Seorang pria berdiri di teras sebuah rumah setelah membunyikan bel, tangannya terus menggenggam sebuah kotak beludru dalam saku kanan celananya dengan senyum cerah yang terpancar dari wajahnya. Hari ini, dia bertekad akan melamar wanita yang selama ini dicintainya. Setahun lebih dia berjuang mendapatkan hati wanita tersebut, dan hari ini dia berharap perjuangannya berbuah manis.
Ceklek
Seorang wanita muda berusia dua puluh lima tahun nampak terkejut melihat kedatangannya.
"Bian?"
"Ha ... Hai. Boleh aku masuk?" Bian tiba-tiba nampak gugup.
"Oh iya. Silahkan." wanita yang biasa dipanggil Kirana itu membuka lebar pintu serta memiringkan badannya agar Bian bisa masuk.
Bian melangkah masuk. Setelah mempersilahkan Bian duduk, Kirana beranjak ke dapur untuk membuat minuman. Hingga beberapa saat kemudian, dia kembali dengan membawa nampan yang berisi minuman untuk Bian.
"Silahkan diminum, Bian." Kirana berusaha tersenyum.
"Terimakasih, tapi ... Aku kemari untuk mengatakan sesuatu." Bian mulai bicara serius dengan menegakkan duduknya.
"Ada apa?" Kirana nampak bingung dengan perkataan Bian.
"Kirana, sudah lebih dari setahun aku mencoba dekat denganmu. Dan beberapa bulan belakangan, aku rasa kita semakin dekat. Aku enggak ada niat buat pacaran, karena aku sudah merasa mantap jika kamulah wanita yang tepat buatku." Kirana terhenyak mendengar perkataan Bian yang tidak pernah ia sangka.
"Kirana Mustika, aku ingin kamu jadi pendampingku. Maukah kamu menikah denganku?" Bian mulai mengeluarkan serta membuka kotak beludru yang dibawanya, hingga terpampang sebuah cincin emas putih yang ditengahnya terdapat safir berbentuk hati dengan hiasan permata kecil yang melingkarinya.
Hening. Hanya deru suara pendingin ruangan yang memecah kesunyian antara mereka. Bian menatap lekat Kirana yang saat ini menundukkan kepala. Bulir bening jatuh tepat diatas tangan Kirana yang digunakan meremas ujung kaos sedari Bian mengungkapkan perasaannya.
Debaran dalam dada Bian kian menjadi ketika tetesan air mata tanpa suara itu berubah menjadi isak. Bian letakkan kotak cincin itu diatas meja kemudian duduk mendekat pada Kirana, perlahan ia menggenggam lembut tangan wanita yang dicintainya itu.
"Aku ... Aku tidak bisa Bian." Kalimat Kirana membuat Bian mematung.
"Kenapa?"
"Aku tidak pantas untuk kamu. Aku sudah menikah, Bian." Tangis Kirana pecah saat mengatakan itu semua. Ia tidak menampik jika ada rasa suka dan nyaman yang mulai tumbuh di hatinya untuk Bian selama beberapa bulan belakangan, namun ... Mungkin memang bukan Bian jodohnya.
"Ada tamu?" Suara yang cukup familiar bagi Bian tiba-tiba terdengar.
Dengan segera Kirana melepaskan genggaman Bian serta menghapus air matanya.
"Iya Mas." Kirana berdiri menyambut pria yang kini menjadi suaminya.
"Pak Arfin?!" Bian tak dapat menyembunyikan raut terkejutnya. Pertanyaan demi pertanyaan muncul disana. Kenapa rekan kerjanya ini ada disini bersama Kirana? Bukankah pria yang terpaut usia 10 tahun darinya ini sudah memiliki istri dan anak?
"Jadi???" Bian beralih menatap Kirana.
"Dia, suamiku." Jawaban singkat Kirana membuat Bian harus menelan kekecewaan.
Dia sangat mengenal baik Arfin yang kini ternyata telah menjadi suami Kirana itu, namun bagaimana bisa Kirana mau menjadi istri kedua?
Dan mengalirlah cerita dari Kirana, sampai akhirnya Kirana diketahui hamil karena perbuatan Arfin kemudian menikah dengan pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Juni Tanpa Mimpi (END)
RomanceCover by @henzsadewa Kejadian beruntun yang menyisakan trauma masa lalu,membuat seorang perempuan tak lagi ingin memiliki mimpi. Hingga dia dipertemukan kembali dengan seseorang yang telah menorehkan luka di masa lalunya. Mampukah trauma itu terobat...