ㅡ new ㅡ

312 35 10
                                    

I'm a man in a movie when I look at you

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

I'm a man in a movie when I look at you

 I like a protagonist from a movie

I hope this moment will continue.

.

.

Brian terdiam, memperhatikan tiap figura foto dirinya dengan Sungjin. Kepalanya pusing seketika, rasanya seperti ada bagian dari dirinya tahu akan masa lalunya, seperti ada yang ingin memberontak masuk kembali kedalam pikirannya.

Ia memegangi kepalanya, memijat lembut untuk meredakan rasa sakitnya. Matanya ia pejamkan guna menetralisir pikiran aneh yang mengganggunya.

"Aku mungkin akan pergi, namun percayalah, aku akan kembali hanya untukmu!"

Hanya sekelibat bayangan memori melintas diotaknya, rasanya sangat nyata, bahkan ia dapat mendengarnya dengan jelas.

"Jae, tolong selamatkan aku."

Ia mengerutkan dahinya, rasanya seperti ada secercah peristiwa yang ingin menerobos masuk ke dalam memorinya.

"Eungh, aku kenapa? Kepalaku terasa penat," gumamnya dalam diam sambil meremas rambut kepalanya.

Banyak pertanyaan yang munch dalam dirinya sejak hari pasca operasinya. Mulai dari siapakah aku? Mengapa aku disini? Mengapa semua orang khawatir padanya? Bahkan untuk wajah orang tuanya saja ia tak ingat, tapi ada satu pertanyaan yang lebih besar dari semua itu, siapakah Sungjin? Mengapa Jae-orang yang mengaku sebagai saudaranya- sangat mempercayai Sungjin untuk merawat dan menjaga Brian.

Ah entahlah, mungkin tidur adalah kunci dari segalanya. Mungkin Brian akan mendapatkan jawabannya dialam bawah sadarnya.

..

'Lihat, pecundang itu sedang berpacaran dengan Brian! Kok dia mau?'

'Hei! Apa urusan kalian dengan Sungjin, hah?'

'Lawan aku dulu kalau kau ingin bermacam-macam dengan dia!'

'Brian! Bri! Bangun! Sakit ya? Bisa jalankan? Ayo aku bantu.'

'Brian, ini semua demi kebaikan dirimu juga.'

'Dan lihat, aku juga punya namamu terukir disini. Jadi aku akan selalu ingat kamu!'

Brian terbangun, napasnya terengah-engah. Suara siapakah yang berani mengganggu tidur siangnya. Ia mengacak-acak kasar rambutnya, rasanya semua hal ini terlalu menekan dia. Anehnya lagi, ia terbangun di tempat yang asing. Tidak, ini jelas bukan ruang tengah apartemen Sungjin, ruangan ini terasa gelap dengan penerangan seadanya dan mungkin sedikit berkabut baginya.

「Solitude; Sungbri」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang