Akhirnya setelah mengalami serangkaian proses interview kini aku sudah menjadi bagian dari salah satu perusahaan ini. Alhamdulillah aku mendapat pekerjaan sebagai salah satu Copy writer. Aku sudah mulai beradaptasi dengan lingkungan kerjaku, bahkan aku memiliki teman baru walaupun tidak banyak tapi tetap saja aku senang.
"Eh, Kanaya udahan dulu yuk, udah makan siang nih." Panggil ica orang yang sudah merangkap menjadi temanku sejak aku bekerja disini sejak dua bulan yang lalu.
"Iya bentar, dikit lagi ni."
"Lo tu ya, aduh gk ngerti lagi gue, rajin amat sih jadi orang nay, buruan dong udah bunyi ni cacing-cacing di perut gue."
"iya iya ini udah kelar kok."
"Gitu dong dari tadi,kan gue gak perlu ngomel-ngomel ke lo nay." Ucapnya Sambil menarik tanganku menuju Rumah makan yang ada di depan kantor kami.Rumah makan yang menjadi favorit para karyawan karena Selain enak harganya juga murah.
Aqila anisa akrab disapa ica, dia asli jakarta, maka dari itu dia berlogat lo-gue kepadaku. Kehadiran ica sedikit banyak mengingatkanku dengan temanku risa. Rinduku jadi terbendung karena sosok ica. Aku masih sering berkomunikasi dengan risa dan sesekali bertemu jika ada waktu senggang.
"Uhuk uhuk uhuk, Yang benar aja. Gila gak nyangka gue." seru ica yang tersedak minumannya entah mengapa karena dari tadi dia hanya memperhatikan orang orang yang berlalu lalang.
"Minum tuh Pelan-pelan ca, Memangnya ada apa sih?"
"Itu nay lihat deh," Seru ica sambil menunjuk ke arah belakangku memang posisi kami berhadapan jadi aku membelakangi pintu masuk.
"ah,lo pasti gk tahu deh lo kan kudet nay, Itu loh anak Pemilik perusahaan properti yang ada di Depan Kantor kita nay,"
"Terus hubungannya sama kita apa Ica?" ucapku heran.
"Tuh kan, lo kudet si. Katanya ni ya Bapaknya cowok itu pengen anaknya nerusin usahanya. Tapi, anaknya nolak dan lebih milih jadi arsitek sampai buat perusahaan sendiri." Jelas ica padaku.
"Ya ampun, ganteng banget sih." Ucap ica dengan tatapan yang memuja.
"Mau dia anaknya pengusaha,arsitek, atau apalah kan gk ngaruh juga buat kamu kan ca?"
"Abis ganteng sih, terus mau ya dia makan di rumah makan kayak gini nay, duh senyumannya itu loh nay.Coba deh lo liat nay." Seru ica memaksaku. Dan mau tidak mau aku pun menoleh.
Deg..
Nampak oleh pandanganku adalah Seorang yang pernah ku jumpai di halte itu, yang berakhir dengan mengantarku pulang ke rumah pada malam hujan itu. Aldo. dia tengah menikmati makan siangnya dan sesekali mengulas senyum untuk lelucon yang di lontarkan oleh teman-temannya.Apa tadi kata ica? Arsitek? Apakah ia berhasil mewujudkan cita-citanya itu?Entahlah...
Aku langsung memutar wajahku lagi. Kenapa hatiku berdesir melihatnya lagi, aku menggelengkan kepalaku mengenyahkan rasa itu."Udah buruan makannya keburu lewat ni jam makan siangnya, ca." Ucapku memprotes ica yang masih saja menatapnya.
"Iya buk,sans dong." icapun melanjutkan makannya.
Memang setelah malam itu aku tidak pernah melihatnya ataupun berkomunikasi dengannya lagi, tapi apa yang harus ku lakukan pada hati ini yang terus saja berdesir saat melihatnya. Aku harap Hati ini mengerti....
See u again*
KAMU SEDANG MEMBACA
Suara Rindu
Short StoryEntah sejak kapan hujan turun, Entah sejak kapan rasa ini kembali menyakitiku, Entah sejak kapan dia di sini,duduk di sampingku .. Kembali mengingat dia yg dulu, membuat ku smakin merindukannya... #myfirststory #Hopeulikeit #salamkenal