SEKERTARIS OSIS

19 3 0
                                    

Pelajaran dimulai seperti biasa dan hal itu tak luput dari candaan Virgi saat menjawab pertanyaan dari Bu Tri yang sedang mengajar matematika

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pelajaran dimulai seperti biasa dan hal itu tak luput dari candaan Virgi saat menjawab pertanyaan dari Bu Tri yang sedang mengajar matematika.

"Coba kamu Virgi, Kerjakan soal nomer 2 dan tulis jawaban kamu dipapan " Tunjuk Bu Tri pada Virgi yang aslinya gak paham apa apa tentang materi yang di ajarkan oleh Bu Tri.

Dengan santainya Virgi mengambil spidol hitam dimeja guru dan menulis jawaban yang seharusnya benar tapi malah Virgi berlagak menulis padahal tutup spidolnya belum dibuka.

Entah apa yang dipikiran Virgi hingga penutup spidolnya belum dibuka saat menulis jawaban soal matematika yang tertera dipapan tulis kelas. Hingga membuat seisi kelas tertawa dan mulai gaduh dan hal itu membuat Bu Tri geleng geleng kepala.

"Duh Virgi, Harusnya tutup spidolnya dibuka dulu " Pekik Bu Tri pada Virgi yang hanya tersenyum misterius yang sebenarnya menyimpan guyonan garingnya.

"Gak mau lah Bu '' Jawab Virgi pada Bu Tri yang menghela nafas dan mulai kesal sama Virgi.

"Lah kenapa Virgi!? Nanti tulisannya gak keliatan " Kata Bu Tri yang kemarahannya sudah mencapai ubun ubun dan siap menghukum Virgi kapan saja.

Tapi bukan Virgi namanya jika Virgi sendiri takut dengan hukuman karena ia sudah kebal dari hal yang berbau ancaman sejak SMP. Bahkan ia sering bolak balik dari ruang BK atau BP karena selalu membuat lawakan pujangga saat jam pelajaran.

"Karena jawaban saya ini sama kayak cinta Bu. Gak bisa dilihat tapi bisa dirasakan Bu '' Jawab Virgi dengan cengiran lebar yang membuat suasana ricuh dan tambah gaduh, sampai ada yang bersiul dan bersorak ria pada Virgi.

"Siapa doi nya Virgi!? Udah dikode nih " Teriak Septian membahana hingga membuat kelas tambah runyam dan jangan tanyakan Bu Tri yang mengurut dahinya pusing karena jawaban Virgi yang seperti pujangga ulung.

"Udah udah diam semuanya! Dan kamu Virgi, nanti temui saya diruang guru '' Teriak Bu Tri yang membuat suasana kelas seketika senyap. Memang kekuatan guru itu tidak bisa diabaikan.

''Iya Bu '' Jawab Virgi dengan biasa tampa rasa bersalah dan kembali duduk ke kursinya.

Disaat pelajaran mulai kembali normal, Arara malah melirik ke jendela kelas untuk sekedar melihat Galen yang lewat depan kelasnya meski hanya sebentar.

"Hei, Jangan ngelirikin Kak Galen terus deh. Lagi pelajaran nih " Safina berkata pelan pada Arara sambil menyenggol bahu Arara dengan pelan.

Arara yang agak kaget dengan senggolan bahunya segera mengalihkan pandangannya ke arah papan tulis dan mulai memperhatikan pelajaran.

Hingga pelajaran yang membuat otak diperas telah selesai dengan ditandai dengan bunyi bel pulang sekolah.

"Ra, Gua pulang duluan ya. Gua pulang sama Ilyas, '' Kata Safina pada Arara yang sudah akan berjalan meninggalkan kelas.

"Tumben lu pulangnya sama Ilyas, Bukan sama Virgi? '' Sahut Arara yang sepertinya bingung dengan teman sedari SMP nya.

"Gua gak mau digantungin sama perasaan yang belum pasti dan Gua harap lu juga jangan sampai mau digantungin yah, '' jawab Safina sambil mengeluarkan permen kiss dari saku bajunya.

"Ha? '' Arara agak bingung dengan perkataan Safina. jujur saja Arara itu tipe orang yang sulit peka dalam hal perasaan.

"Nih, Buat lu " Ujar Safina memberikan sebungkus permen kiss kepada Arara dan mengabaikan rasa kebingungan Arara.

"Saf, ayo pulang! '' Teriak Ilyas yang sudah menunggu Safina dipintu kelas bersama Virgi dan Septian.

"Sampai ketemu besok Ra " Dengan buru buru Safina berjalan agak cepat menuju Ilyas dan meninggalkan Arara yang menghela nafas pasrah.

Arara yang juga harus pergi ke area parkiran segera berlari tampa memperdulikan Virgi dan Septian yang masih berbincang dipintu kelas mereka.

Sampai akhirnya Arara sampai diparkiran dan duduk dibangku yang bermodel seperti bangku taman untuk menunggu Galen. Tapi nyatanya sampai satu jam menunggu, Galen tak kunjung datang padahal sepedanya masih ada diparkiran.

"Kak Galen mana sih!? Kok lama banget " Decak kesal Arara yang sepertinya sudah sangat marah pada Galen yang tak kunjung datang.

"Arara! '' Teriakan yang sangat dikenal Arara terdengar sangat keras hingga membuat Arara yang semula marah marah menjadi kembali ceria.

Tampak Galen yang tengah berlari tergesa gesa dari ruang UKS yang letaknya tidak jauh dari area parkiran sambil membopong ranselnya dipunggung,

"Kak Galen? '' Tanya Arara yang kebingungan dan khawatir pada Galen yang terlihat sangat panik dan keringat bercucuran dari dahinya.

"Ra, Gua minta maaf karena buat Lu nunggu kayak gini " Ujar Galen dengan nafas yang tidak beraturan dan Arara yang panik segera berdiri sejajar dengan Galen walau Galen sendiri lebih tinggi dari Arara.

''Gak papa, Emang kenapa kok bisa sampai lama dan kenapa Kak Galen kayak capek gini? '' Tanya Arara sambil mengambil sapu tangan disaku roknya dan mengelap keringat didahi Galen dengan lemah lembut.

''Tadi ada temen sekelas Gua yang tiba tiba mimisan dan pingsan pas jam pelajaran olahraga tadi dan gua nungguin dia sampai sadar '' Jelas Galen pada Arara yang mengangguk patuh yang sebetulnya dalam hati tengah marah marah tidak jelas.

''Yaudah gak papa, Lagian itu perbuatan baik kok '' Arara bersikap manis dan seolah memaafkan Galen dengan mudah padahal dalam hati tengah bertanya tanya. Siapa temen kak Galen yang bisa membuatnya menjadi panik dan cemas seperti ini.

''Gua beneran minta maaf Ra '' Kata Galen yang sepertinya masih merasa bersalah pada Arara.

"Udah santai aja Kak Galen, Yuk pulang " Arara segera menuju sepeda Galen dan hanya tersenyum pahit.

Galen juga segera menuju sepedanya dan membonceng Arara pulang kerumah tampa mengetahui bahwa perasaan Arara yang tengah campur aduk.

Saat ditengah tengah perjalanan tiba tiba mulut Arara terasa gatal untuk sekedar bertanya siapa teman Galen yang jatuh sakit.

''Kak Galen? Emangnya siapa temen Kak Galen yang sakit? '' Tanya Arara yang sudah tidak bisa menahan rasa penasarannya.

"Dia temen sekelas Gua yang tiba tiba mimisan pas olahraga lari tadi '' Jawab Galen yang sepertinya tengah senang membayangkan hal tadi.

''Siapa namanya Kak Galen? '' Arara bertanya kembali karena ia tengah kepo setengah mati tentang temannya Galen yang bisa bikin Galen begitu perhatian.

Harusnya kan bisa orang lain saja yang menemani temen Galen. Gak harus Galen juga yang nungguin sampai melupakan Arara yang menunggu Galen hingga satu jam lamanya.

"Dia sekertaris osis. Namanya Sakura Aprilia " Jawab Galen dengan lembut dan mengayuh pedal sepedanya tambah laju yang membuat Arara berpegangan pada pinggang Galen karena takut jika jatuh.

Tapi nyatanya setelah mendengar perkataan Galen barusan membuat hatinya menjadi galau tidak karuan.

"Kenapa saingan gua harus sekertaris osis sih? Kan dia pastinya juga udah deket sama kak Galen? Bikin hati gua galau aja "

-

Author Lahilut Fihana
Selasa, 23 Juni 2020

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 23, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang