3

1 0 0
                                    

Aku menatap pohon apel yang aku dan si Petir tanam di sisi utara sana.

Kini sudah tinggi dan rindang. Saat ini musimnya. Baguslah, setidaknya menu makanan kami bertambah. Roti dan apel merah.

Aku mendekatinya. Mencoba meraih satu buah apel besar yang sedari tadi menyita perhatianku. Kutarik ia dari batangnya. Kulahap dengan perlahan. Mencoba menikmati dengan sepenuh hati.

Tiba-tiba angin berderu kencang. Sepercik debu dan seuntai rumput ilalang yang masuk ke mulutku agaknya telah melengkapi bebalnya pemikiranku.

Namun, rupanya itu bukan hal yang negatif. Sebuah pemikiran logis struktural yang tak pernah aku harapkan. Menguntungkan dan membahagiakan.

Aku berlari menyibak rumput tinggi di kanan kiriku dengan penuh semangat. Jujur, aku tak pernah merasa sesemangat ini dalam lima tahun terakhir.

***

Apel merah ditakuti oleh anak kecil. Inilah dampak dari cerita "Snow White" yang diracun dengan apel merah.

Itu tak berlaku bagiku. Malah sebaliknya. Rupanya benih yang aku butuhkan telah tumbuh dalam sisa kewarasan otakku. Vitamin C yang bersatu dengan arus listrik si Petir kini mengalir di setiap arteri tubuhku.

"Nal!" panggilku dengan napas terengah-engah.

Ia sontak kaget. Mungkin ia tak percaya telah mendengar teriakkanku yang ownuh dengan semangat. Ia bahkan memutar tubuhnya saat aku masih berlari mendekatinya.

"Topan apa yang berhasil membuatmu berlari secepat citah?!"

Dari ekspresinya jelas saja ia panik, tetapi maksud senyumnya tak bisa dipahami.

"Titisan dewi memberiku anugerah. Aku sudah sehat sekarang. Ayo, ikut aku!"

Aku menyeretnya keluar gedung. Namun, berhenti sejenak memandangi bangunan reyot itu. Untuk pertama kalinya aku tersenyum bahagia.

"Sehat kau bilang? Sadar, Kawan! Umur kita masih panjang! Janganlah kau jadi gila! Aku tak punya siapa pun kecuali kau. Kau tahu?!"

Kini senyum paniknya sirna. Aku menatap dalam-dalam jauh ke lobus frontalnya untuk membangkitkan inovasi gila yang terkubur di dalamnya.

Ia tercekat saat sadar maksudku. Matanya berkaca-kaca bagai ditimpa uang milyaran.

Tampaknya secara tidak sadar, aku sedang mengembalikan jutaan volt itu dua kali lipat kepada pemiliknya.

Kami saling memandang. Kemudian, saling setuju.

Kali ini kami akan benar-benar gila.

LOSER, NOT A JOKERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang