4 - SELESAI

3 0 0
                                        

Itu adalah akhir dari keterpurukan masa remaja-dewasa yang kami alami dengan pualam sepi dan kesedihan. Kami memang tak sudi kembali ke negeri sok berpengetahuan itu.

Kami adalah penggebyar yang keras kepala.

***

Pulau padang rumput seluas 4000 hektar ini telah kami sulap menjadi negeri baru. Kami, para pecundang, bangkit bersama-sama untuk menaikkan kembali harkat dan martabat kami sebagai manusia.

Dengan ide dan keyakinan, aku dan Nal, si Petir, berhasil membuat kebahagiaan kami sendiri. Menanam dan memetiknya dengan baik. Sama seperti awal kami menanam pohon apel itu.

Kami membangun negeri sendiri. Tentunya, sebuah negeri yang lebih makmur dan sejahtera. Kami dapat menghasilkan pangan dan industri lewat sumber daya yang ada.

Manusia yang terbuang di sini bukan manusia sembarangan. Mereka didepak dari kursi jabatan dan dilempar dari rumah karena berkata jujur dan benar.

Pembatas tak berperikemanusiaan itu rencananya akan dirobohkan dengan membangun jembatan layang. Kelihatannya, mereka ingin ikut campur. Kami menolak.

Kami akan bekerja sama, bukan menjadi satu negeri. Aku dan Nal adalah sebagian penting yang turut mengatur berjalannya peraturan. Tak ada penguasa. Yang ada hanya massa dengan asa.

Kami melangkah tunggang-langgang. Namun, tetap maju dengan kepercayaan. Ternyata teori petir itu benar. Nal benar. Dengan satu semangat tinggi, aku bisa terkejut, sadar, dan bangkit.

Sama halnya dengan orang yang tidur di tengah badai petir. Senjata itu yang Nal gunakan untuk menyadarkan para penghuni bangunan reyot itu. Termasuk aku. Mengejutkan otak dan hati mereka dengan kejutan lebih dari desiliun volt.

Dan ya. Itulah petir semangat terbesar yang pernah Nal buat semasa hidupnya.

SELESAI

LOSER, NOT A JOKERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang