"Hari itu, harusnya semua baik-baik saja."
~~~
Matahari sedang terik-teriknya memancarkan cahaya, di waktu itu pula kelas Ile keluar usai pelajaran terakhir selesai. Gadis itu berjalan beriringan dengan kedua teman barunya di SMA Helius, kadang pula menyapa seseorang yang ia kenal lewat ekstrakurikuler atau hanya sekedar kenal.
"Janjiw dulu gak nih? Panas banget btw," celetuk Yesi mengibaskan tangan berharap usahanya berhasil walau hanya menghasilkan angin kecil.
"Ayo aja sih gue mah, lagian udah lama juga. Lo gimana, Le? Mau?" Ava bertanya pada Ile yang menyimak saja.
"Gas, tapi traktir, lo kan mingdep ulang tahun, Yes."
Yesi berhenti berjalan, sontak ia menatap Ile tak habis pikir. "Lo udah ngerampok gue tadi di kantin, masih mau nguras dompet gue lagi?"
Seperti tidak merasa bersalah Ile mengangguk mantap seraya menepuk bahu Ava yang bereaksi melotot kepada Ile. Gadis itu sedikit mengaduh mengusap bahunya yang terasa panas.
"Lo kan kaya, Yes, kita minta dibikinin istana aja dalam semalem lo mampu."
"Bapak gue yang mampu, bukan gue nyet," sarkas Yesi mengundang tawa kedua temannya.
"Yaudah ayo janjiw, gue juga belum ngeluarin duit selain bayar bensin," ajak Ile berpasang dada bangga. Biasa habis lebih dua puluh ribu dalam sehari di sekolah, hari ini hanya dua belas ribu yang ia keluari tadi pagi.
"Enak amat jir, jatuh miskin lo?" ledek Ava dengan tatapan remeh.
"Kayaknya iya, gue abis tiga puluh cuma buat jajanin dia doang," timpal Yesi.
"Itu namanya hemat teman-teman."
"Hematnya ngerugiin orang laen," Yesi menyulut.
Ile menatap Yesi tak menyangka dengan mulut terbuka bulat. "Lo gak ikhlas jajanin anak orang yang tinggal sendiri?" ucapnya memasang wajah bak kucing kelaparan.
Yesi mendekat sambil merangkul pelan Ile yang masih ngambek. "Ikhlas sayang, ikhlas. Tapi kalo minta lagi namanya ngelunjak."
"Lebih ngelunjak siapa gue sama Ava?" tanya Ile meminta jawaban, ia tidak mau disalah-salahkan oleh Yesi, sedangkan Ava yang lebih merampok Yesi tidak dicerca dari tadi.
Gadis itu diam nampak berpikir, lalu jawabannya membuat Ile terbahak karena dirinya tidak lagi merasa bersalah.
"Ava, sih." Yesi melirik Ava yang memutar bola matanya. "Jujur ya ini mah, Va."
"Ya, bodo amat. Mulai sekarang gue bakalan lebih lebih lebih lagi nguras dompet lo, nyet," decih Ava melenggang pergi duluan, di belakang Ile dan Yesi tertawa bersama akan Ava yang berhasil buat mereka kesal.
Sesampainya di parkiran, Ava merentangkan satu tangannya menahan Ile agar tidak lanjut jalan. Yang dicegat beraut bingung pada Ava yang tiba-tiba seperti sesak napas sembari memandang ke depan.
Melihat itu ia pun mengikuti arah pandang Ava yang sangat tidak bisa melihat cowok ganteng sedikit saja, ia menghela napas lelah karena tingkah laku temannya yang terobsesi pria berparas tampan. Ile menurunkan tangan Ava yang nyaris menyentuh dadanya, kalau bisa Ile mau menendang Ava saja yang kini jingkrak-jingkrak sambil menekan satu bahu Ile.
KAMU SEDANG MEMBACA
JAVAN
FanfictionDEADLY STORM gen2. [WARNING 17+ TERDAPAT BAHASA KASAR YANG TIDAK UNTUK DITIRU!!!] FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA. Ini semua kesalahannya, kalau saja ia tidak sembarangan menarik dan mengklim pria lain sebagai pacarnya di depan sang mantan, mungkin tid...