1 >Still the same

267 6 0
                                    

•••

Semua masih sama.
Fisik selalu menjadi penilaian, dan hati yang harus menjadi korban.

Fisik selalu menjadi penilaian, dan hati yang harus menjadi korban

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Seorang gadis berjinjit sambil mengangkat tangannya yang terdapat potongan kertas kecil, diantara kerumunan siswa.

Sambil berteriak. "Tiga belas!"

Malam ini sekolah mengadakan camping, ya hanya untuk bersenang-senang ditengah padatnya pelajaran. Dan sekarang mereka sedang melakukan penjelajahan malam, yang kebetulan diadakan berpasangan.

Lalu seorang cowok berbadan tinggi menghampiri gadis itu. "Lo tiga belas?"

Gadis tadi mengangguk, lalu menurunkan tangannya. Gadis tadi mendongak lagi menatap cowok tinggi itu.

"K-kamu juga tiga belas?"

"Ya. Yaudah ayo berangkat, lo udah bawa petanya kan?"

"Iya udah."

Mereka berjalan berdampingan, tak ada yang memulai pembicaraan. Suara bisik dari kerumunan siswi bersahutan.

"Siapa tuh cewek? Enak banget bisa pasangan sama Dev."

"Gila si Dev gebetan gue diembat dong sama dia."

"Kurang ajar, berani banget nyaingin kita."

"Kalo dibandingin sama Dev mah gada apa-apanya. Item buluq gitu."

Dan masih banyak lagi, tapi gadis yang diketahui bernama Sena ini menghiraukan bisik-bisik para siwi itu.

Cowok itu sedikit menunduk memandang Sena, gadis ini pendek. Tingginya saja hanya sebatas dadanya.

"Nama lo siapa?" Cowok itu memulai obrolan.

"Sena. Kamu?"

"Devian, panggil Dev aja."

Sena menganggukan kepalnya faham.

"Kenapa sih gak lo-gue aja?"

Sena mengerutkan kening tak paham. "Maksudnya?"

"Bodoh banget jadi cewek. Maksudnya, lo kok pake aku-kamu, kenapa gak pake lo-gue aja, kek yang lainnya?"

"Ouh. Gak biasa aja, dari kecil biasa pake aku-kamu soalnya."

Di tengah perjalanan, tiba-tiba ada suara di dekat semak-semak. Sena kaget lalu memegang tangan Devian.

Devian yang menyadari itu langsung menepis tangan Sena. "Apaan sih lo? Gatel banget jadi cewek."

Sena hanya diam sambil menunduk. "Maaf."

Hanya itu yang bisa ia katakan, mana bisa dia membantah bahwa dia terkejut dan secara reflek memegang tangan Devian.

Ya sudahlah, toh dia juga sudah sering diperlakukan seperti ini oleh cowok lain.

Lagi dan lagi ada suara-suara yang menganggu telinga Sena, dan menyebabkan cewek itu ketakutan. Dia sudah berusaha untuk memberanikan diri untuk tidak takut, tapi apalah dia, hanya gadis penakut.

Kali ini ada burung gagak yang terbang ke arah mereka. Sena terkejut lagi, dan reflek memeluk Devian.

Devian sudah tak tahan dengan Sena. Dia menghempaskan tubuh Sena, sampai terjatuh ke tanah.

Sena kesakitan, sampai lututnya berdarah. Dia mendongak menatap Devian dengan mata yang berkaca-kaca. Sedangkan Devian sempat iba dengan Sena, dia terlalu keras mendorong gadis itu. Tapi dengan cepat dia menepis semua itu.

"Maaf, tapi aku beneran gak bermaksud Dev." Ucap Sena lirih, dengan posisi yang masih terduduk lemas.

"Alasan! Lo pasti mau caper kan ke gue? Udah hafal gue sama cewek modelan kek lo!"

Devian mendekati Sena, ikut berjongkok dihapan Sena. Dia menatap Sena lekat.

"Heh cewek ganjen, gue bilangin ya biar lo sadar akan diri lo. Lo ngaca gih, lo itu buluk, hitem lagi." Dia terkekeh singkat.

"Seharusnya lo sadar, gak ada cowok yang mau sama lo. Sebenarnya gue gak mau ngatain lo kek gini, tapi karena lo gatel banget jadi cewek, udah tugas gue menyadarkan lo, kalo lo tuh gak sebanding sama gue. Sana gih kalo mau ganjen sama cowok yang setara."

Lalu Devian pergi begitu saja. Meninggalkan Sena yang terisak pelan sambil memandangi luka yang ada di lututnya.

Lagi-lagi ia diperlakukan seperti ini. Memang semua laki-laki selalu memandang fisik, memangnya siapa mereka? Menilai manusia kok seenaknya? Emang mereka sendiri sudah sempurna?

Huft. Diam saja lebih baik, sambil menunggu Karma menyapa.

Sena berdiri dengan sedikit kesakitan, tak apa ini hanya luka kecil saja, toh nanti juga sembuh. Lalu dia meneruskan perjalananya tanpa pasangan.

Sendiri lagi fikirnya.

•••

Disisi lain Devian yang sudah berjalan jauh kembali ke tempat dimana Sena terjatuh tadi, tidak lebih tepatnya dia mendorong Sena sampai terjatuh.

Dia merasa bersalah setelah memikirkan Sena tadi, dari tatapannya tak memancarkan kebohongan, ia berkata jujur.

Dirinya sendiri lah yang terlalu kejam terhadap Sena, sudah menjelekan harga diri Sena.

Dia berlari sekencang mungkin, dengan nafas yang tersengal dia berhasil di tempat tadi. Tapi, gadis yang ia cari tak ada di situ.

Dia menengok ke arah sekitarnya, tak ada siapapun selain murid yang mengikuti penjelajahan malam.

Dirinya semakin merasa bersalah, mana kakinya berdarah lagi. Pasrah, dia melanjutkan perjalananya dengan kecewa.

•••

Setelah selesai penjelajahan malam, sekarang waktunya makan malam. Ia sangat lapar sekarang, dengan cepat dia mengambil makanan dari bapak dan ibu guru.

Sambil membawa nasi bungkus dan botol minumnya, dia berjalan ke tempat yang agak sepi. Ya itulah Sena, suka menyendiri, memang apakah ada yang mau kalau dia ikut bergabung dengan yang lainnya?

Dia melihat Rena temannya dulu, saat masih kelas X. Ya dulunya dia berteman dengan Rena, tapi semenjak naik kelas, dan sekarang berbeda kelas, Rena juga ikut berbeda, tak ada Rena yang baik seperti dulu.

Tak ada gunanya memikirkan itu, cepat-cepat dia memakan nasinya. Setelah itu dia bisa tidur dengan nyenyak.

"Maaf soal tadi, gue kebawa emosi." Dia Devian, cowok itu tiba-tiba duduk di sebelah Sena. Membuat Sena tersentak kaget.

Sena menelan makanannya. "Gak apa kok. Toh emang salah aku, kamu bener kok."

Sena tersenyum tulus menatap Devian. Hal itu semakin membuat Devian bersalah.

"Gue beneran minta maaf udah ngatain lo tadi Sen. Gue kelepasan, sekali lagi maaf."

"Beneran gak apa, yaudah sana makan sama temen-temen kamu. Nanti kamu malu lagi diliatin mereka, masa cowok famous kek kamu makan sama aku sih?" Sena terkekeh pelan, lalu menyendokan makanannya lagi.

"Emang lo gak punya temen? Kok sendiri?"

"Siapa sih yang mau temenan sama aku Dev? Cewek buluk, item, jelek pula."

Devian merasa iba.

"Gih, kamu kesana, sebelum yang lain lihat."

"Yaudah gue pergi dulu."

Masih sama, fikir Sena. Tadinya dia berfikir bahwa Devian akan menemaninya makan. Tapi salah, percaya diri sekali dirinya ini. Memang siapa dia?

Masih sama, semua cowok memang sama.

•••

Yang di mulmed cast Devian ya^^

Stay with meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang