cr @drunkonjb
https://twitter.com/drunkonjayb/status/1259803880088408066?s=20Guys, tonton ini deh ini keren banget aku mo nangis ada yg bikin ini ngga lama aku bikin cerita ini. Ada ahgase lain jga yang bikin di youtube. Keren2 banget, aku terharu wkwkwkw. btw, say hi di twitter ya @underjsky
Jika ada yang bertanya tentang bagaimana keadaan Lisa sekarang, Lisa pasti akan mengeluarkan serangkaian sumpah serapah karena sebagian besar tubuhnya terasa kaku, terlalu lama berdiam diri di satu posisi yang sama dalan waktu yang lama. Tapi Lisa tidak melakukan itu. Dia justru tetap tenang dengan sepasang tangan yang melingkar dipinggangnya dan kepala yang tenggelam di curuk lehernya.
Sudah 30 menit Lisa berada di pangkuan Tuan Mook dan Lisa hanya mengelus lembut rambut orang dihadapannya. Tuan Mook, yang Lisa yakini kini bernama Bam, tidak mengatakan apapun dan hanya memeluknya. Lisa tidak keberatan, karena seperti tahun-tahun sebelumnya, Bam-sshi akan seperti ini di tanggal yang sama.
3 Juli. 4 tahun lalu, Bam datang ke toko bunga tempat Lisa bekerja dan meminta bunga Lily putih 10 tangkai. Tangkai-tangkai itu terus bertambah, dan Lisa yakin tahun ini harusnya Bam mendapatkan 14 tangkai bunga Lily putih.
Saat pertama kali Bam datang, lelaki itu memperkenalkan diri sebagai Tuan Mook. Lisa tidak yakin apakah Mook adalah marga yang umum. Dia bahkan tidak yakin jika Mook adalah nama asli pria asing dihadapannya.
Saat pertama kali bertemu, suara Tuan Mook sangat dingin, bahkan sedikit membuat Lisa takut. Tapi itu tidak membuat Lisa berhenti tersenyum padanya. Sekarang, Lisa hampir mengenal emosi di setiap suara Tuan Mook, alias Bam.
Lisa menerima keadaannya. Tapi kehadiran Bam dalam hidupnya terkadang membuatnya merasa serakah. Dia ingin melihat sosok Bam. Dia ingin melihat rambut Bam yang katanya berwarna perak. Lisa tidak puas hanya mendengar suara lembut atau menyentuh rambut Bam. Lisa ingin melihatnya.
Lisa tidak terlahir buta. Lisa buta karena kecelakaan saat dia dan keluarganya berlibur ke Thailand. Waktu itu Lisa masih 12 tahun. Ayahnya tewas, dan ibunya lumpuh permanen. Kecintaannya terhadap bunga membuatnya bekerja di sebuah toko bunga milik saudara jauhnya, Kim Jisoo. Kim Jisoo sangat baik padanya, dan sudah Lisa anggap kakak sendiri. Saat ibu Lisa meninggal 5 tahun lalu, secara otomatis Jisoo menjadi walinya.
Jisoo secara tegas mengatakan bahwa dia membenci Tuan Mook. Tuan Mook terlihat berbahaya. Dia selalu datang dengan mobil hitam berkaca gelap. Tuan Mook tidak pernah tersenyum dan kadang hanya melihat Lisa dari jauh tanpa mengatakan apa-apa.
Lisa menganggap hal itu biasa saja dan Jisoo hanya berlebihan. Jisoo marah dan mengatakan itu karena Lisa tidak bisa melihatnya.
Mendengar itu, Lisa terdiam dan Jisoo menangis meminta maaf.
Bukan perkataan Jisoo yang membuat Lisa terluka. Dia menyadari bahwa dia memang tidak bisa melihat. Tapi hatinya mengatakan bahwa Tuan Mook bukanlah orang jahat. Meskipun penilaiannya ini sangat diragukan karena kemampuannya yang terbatas, hatinya yakin jika Tuan Mook hanyalah orang yang kesepian.
xxxxx
"Halo, ini sudah 14 tahun sejak Anda pergi. Saya datang untuk memberi salam" kata Jinyoung pelan. Dia memandang nisan dihadapannya dengan tatapan kosong. Seutas senyum tipis sedikit menghiasi wajah tampannya saat melihat satu buket lily putih dihadapannya.
"Sepertinya Bambam juga sudah berkunjung" celetuknya kemudian. Untuk beberapa menit, Jinyoung terdiam. Seakan dia ingin mengatakan sesuatu, tapi tidak yakin dengan dirinya sendiri.
"Tahun ini..." ucap Jinyoung membuka suara. Dia menghela napas panjang, lalu menarik napas dalam-dalam.
"Tahun ini, anak kesayanganmu tidak datang lagi. Jadi aku yang menggantikannya. Kamu tidak keberatan, kan?" kata Jinyoung tegas. Dan seperti tahun-tahun sebelumnya, nisan itu tidak membalas.
![](https://img.wattpad.com/cover/221434970-288-k282305.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Poison, Bullets and Broken Promises [MARKSON]
Fanfiction"Lihatlah Jaebeom hyung, langitnya cantik sekali. Warnanya sangat merah" "Sama seperti warna kesukaanmu. Sseun-ah, apakah kau keberatan jika ku tembak kepalamu sekarang? I hate you, you know? You were my brother too And you took away my brother from...