Chapter I - The Kid In Us

308 34 7
                                    


"Hyung, ayo main bereng Jackson!" teriak bocah berpipi gembul disebelahnya. Bocah yang dipanggil Jaebeom itu hanya menghela nafas panjang dan menggeleng pelan.

Seminggu lagi, usianya akan menginjak 12 tahun. Dia tidak mau dianggap kekanakan jika masih saja bermain ayunan.

"Aku bukan anak-anak lagi, Jinyoung. Bermainlah sana" jawab Jaebeom malas. Bocah yang bernama Jinyoung itu cemberut dan melepas pegangan tangannya dan berlari ke arah sekumpumpulan anak lelaki yang tak jauh dari Jaebeom berdiri.

Jaebeom melihat ke tiga adik lelakinya itu bermain dan tertawa bersama. Ya, Jaebeom sudah menganggap dua orang diantara mereka sebagai adiknya. Seorang lagi memang adik kandungnya sendiri. Satu-satunya keluarga Jaebeom yang tersisa. Lim Youngjae.

Jaebeom dan Youngjae tiba di panti asuhan tersebut saat Jaebeom berusia 5 tahun dan Youngjae 3 tahun. Dia tidak begitu ingat bagaimana ia dan adiknya sampai sana. Usia dan kemampuan berbicaranya yang terbatas membuat Jaebeom tidak bisa mengingat asal usulnya.Saat itu hujan sangat deras, Youngjae menangis sangat kencang. Jaebeom yang bingung harus kemana, mengajak Youngjae untuk berteduh.

Siapa yang menyangka, tempat dua bersaudara ini berteduh adalah rumah yang ditinggali hingga hari ini. Jaebeom masih ingat, seorang wanita berlari kecil menggunakan payung kuning menghampiri mereka. Sepertinya wanitu itu baru saja datang.

Wanita itu tersenyum ramah dan memperkenalkan diri sebagai Sunmi noona. Sunmi noona mengajaknya masuk dan membuatkan coklat hangat untuk mereka berdua. Hanya itu yang Jaebeom ingat. Tanpa ia sadari, 7 tahun telah berlalu.

"Sedang meratapi nasib sebagai yatim piatu lagi, Jaebeom hyung?" sebuah nada mengejek membuyarkan lamunannya.

Jaebeom menoleh. Merah. Jaebeom membatin warna rambut sosok disebelahnya itu. Selama dia ada disini, ini pertama kalinya Jaebeom melihat rambut anak panti yang dicat.

Cantik.

"Kenapa melototiku seperti orang bodoh begitu?" tanya sosok disebelahnya dengan nada tajam. Buru-buru Jaebeom menggelengkan kepalanya.

"Halo, Mark hyung" sapa Jaebeom takut-takut. Sosok yang disapa Jaebeom berdecak kesal."Sudah kubilang panggil Mark saja" dengus Mark sambil melemparkan seringainya pada Jaebeom. Jaebeom hanya mengangguk pelan.

Jaebeom ingat saat dia pertama kali bertemu dengan Mark. Saat dia masih berusia 7 tahun. Mark diantar oleh seorang pria berjas hitam. Jaebeom tidak mengenalnya.

Mark saat itu berusia 8 tahun, tapi Jaebeom merasa Mark merupakan adik kecilnya. Tubuhnya yang mungil membuat Jaebeom ingin melindunginya.

Mark yang pertama kali Jaebeom lihat seperti anak kucing yang ketakutan. Dia selalu memandang curiga pada orang-orang disekitarnya. Youngjae adalah orang pertama yang melihat Mark tersenyum. Sudah sifat adiknya untuk membuat bahagia orang-orang sekitarnya. Maka dari itu, tidak heran Youngjae menjadi sangat akrab dengan Mark dalam waktu singkat.

Jaebeom melihat perubahan Mark. Saat Mark menginjak usia 10 tahun, Mark berubah menjadi lebih pendiam. Mark memang tidak suka berceloteh, tapi dia semakin lama semakin menjadi anak yang pendiam dan pemarah.

Tidak sampai situ saja, Sunmi noona sering terlihat terluka saat Mark menepis tangannya. Jaebeom ingin marah, tapi Mark memang terlihat sangat menyeramkan. Tidak heran, Jinyoung tidak begitu menyukai Mark.

Mark merupakan sosok hyung-bukan-teman yang misterius. Dia tidak pernah terbuka pada orang lain dan lebih memilih untuk memendam semuanya sendiri. Dengan sifat seperti itu, Jaebeom heran kenapa Jackson tahan sekamar dengannya hingga saat ini. Tidak dengan mulutnya yang tidak pernah behenti berbicara.

Poison, Bullets and Broken Promises [MARKSON]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang