"...Jinyoung?"
Jinyoung adalah orang pertama yang Jackson lihat saat membuka mata. Dia tahu tampangnya terlihat sangat berantakan. Dia bisa merasakan matanya yang sembab dan berat, rambut acak-acakan dan mulut kering tidak menyenangkan. Belum lagi kepalanya terus berputar seperti ingin pecah. Jinyoung mendorongnya untuk kembali tiduran saat Jackson memaksa dirinya bangkit.
"Tidurlah. Kamu black out selama dua hari. Tidak biasanya..." kata Jinyoung masih dengan wajah datarnya. Jackson hanya mengerang setuju.
"Makanlah jika sudah baikan. Aku dan Bambam akan mengurus semuanya. Hari ini hari sabtu. Kamu tidak masuk sejak hari Kamis, jadi Senin kamu harus sudah kembali kerja" terang Jinyoung sambil menunjuk makanan yang ada di hadapannya. Jackson hanya mengangguk pelan dan kembali bergelung di kasur.
"Oh ya, Jackson... Tuan Park titip pesan. Dia ingin kamu menghubunginya saat sudah sadar" kata Jinyoung sebelum menutup pintu. Mendengarnya, Jackson tertegun. Apa yang diinginkan orang tua itu darinya kali ini.
Jackson tidak beranjak dari tempat tidurnya sampai Bambam menyeretnya turun ke ruang makan. Bambam mengancam untuk menyebar foto telanjang Jackson ke internet jika dia tidak mau segera turun untuk makan malam bersama. Jackson tidak keberatan fotonya tersebar di internet, tapi dia tetap turun ke ruang makan karena satu hal. Wajah adiknya itu. Wajah Bambam yang terlihat bahagia, membuat Jackson mau tak mau merasa penasaran dengan apa yang terjadi dengan adik kesayangannya itu.
Ketiga saudara itu sedang makan malam dengan tenang , sampai akhirnya JInyoung membuka suara karena rasa penasarannya yang tinggi pada lelaki di hadapannya itu.
"Jadi, apa yang ingin kamu umumkan pada kami Bambam?" tanya Jinyoung sambil melahap steaknya. Lelaki yang ditanyai terbelalak dan gelagapan untuk menahan seringai bahagia yang terhias di bibir tebalnya.
"Huh? Tidak bisakah kita makan bertiga tanpa ada hal yang harus dibicarakan?" tanya Bambam dengan wajah pura-pura polos. Bambam menghela nafas panjang saat menatap mata Jackson yang memandangnya lurus sambil mengunyah saladnya.
"Uhm, aku dan Lalisa memutuskan untuk berkencan. Hehehe" kata Bambam. Mendengar itu, alis Jinyoung sedikit terangkat, seakan heran mendengarnya.
"Oh? Bukannya kamu memang sudah berkencan dengannya sejak 2 tahun lalu?" tanya Jinyoung heran. Bambam menggeleng pelan. Dia menjelaskan, hari ini dia mengatakan perasaannya pada Lisa dan Lisa dengan senang hati menerimanya. Bambam tidak tahan dengan Lisa yang selalu berwajah sedih menceritakan tentang kebencian Jisoo tentang hubungan mereka berdua.
Mendengarnya, Jinyoung hanya mengangguk dan melanjutkan makannya. Jackson tidak berkomentar apapun, tapi dia tersenyum dan mengusap kepala Bambam lembut. Hal itu membuat Bambam bisa bernapas lega.
Bambam sadar kehidupannya berbeda dengan Lisa si gadis penjual bunga. Kehidupan Bambam sangat kotor, bahkan dia berharap Lisa tidak perlu tahu identitas Bambam sebenarnya. Dia ingin bertemu dengan Lisa sebagai pemuda biasa, seperti lelaki yang Jisoo jodohkan pada Lisa. Bambam tidak tahu siapa pemuda itu, Lisa bahkan tidak mengingat namanya. Tapi, Bambam ingin merasa selfish for the first time in his life. To make Lisa his.
Lisa sangat periang. Dia sabar dan mau mendengarkan cerita Bambam. Dia tidak pernah tertarik dengan rupa Bambam, atau kekayaan yang selalu Bambam tunjukkan padanya.
"Bam, aku... aku tidak ingin uangmu, kau tahu? Aku hanya ingin kamu jujur tentang dirimu sendiri"
Bambam hanya bisa terdiam, saat Lisa mengatakan itu. Dia ingin mengatakan siapa dirinya. Dia megatakan dia merupakan pebisnis gelap. Kekayaannya didatangkan dari dunia yang seharusnya tidak diketahui oleh Lisa. Dunia yang seharusnya hanya untuk dirinya dan kedua kakaknya. Tapi Bambam selalu ingin melindungi gadis itu. Dan saat Lisa membalas ciumannya, Bambam tidak kuasa untuk menolak memiliki hati gadis itu.
xxxxxxx
"Memikirkan bahwa Bambam sudah dewasa, atau memikirkan kapan giliranmu?" tanya Jinyoung tiba-tiba. Jackson tidak menjawab dan kembali menyesap rokoknya. Matanya memandang langit gelap. Jinyoung berjalan mendekat ke arah balkon dimana Jackson berdiri. Keduanya tidak berkata apa-apa, tenggelam dalam pikirannya masing-masing.
"Jack, biarkan dia mencintai seseorang. Kamu tidak berharap Bambam akan sendirian seumur hidup bukan?" kata Jinyoung akhirnya. Jacson hanya terdiam, masih menyesap rokoknya yang mulai habis. Batas kesabaran Jinyoung mulai menipis dengan Jackson yang masih saja pasif dengan keadaan.
"It's been 14 years. Can't you move on already?"
"CAN YOU?" Jinyoung berjengkit kaget saat Jackson balik bertanya dengan tatapan tajam. Jinyoung medengus kesal, lalu tertawa. Dia selalu suka wajah Jackson yang serius dan marah. Tatapan matanya yang penuh kebencian dan rahang yang mengeras selalu membuat Jackson terlihat tampan di mata Jinyoung.
"Bambam will protect her without fail. You knew. He won't fail like you. Not like us. So, just.. just don't think too much" kata Jinyoung akhirnya sambil menepuk pundak Jackson pelan, dan mencium pipinya lembut. Jackson menggenggam tangan Jinyoung, tanda maaf atas sikapnya. Jinyoung hanya menggeleng pelan dan berbalik menuju kamarnya.
Whatever.. This relationship never work anyway.
xxxxxxx
"Gaga, dengarkan ceritaku. Kamu marah padaku?" Jackson, 13 tahun, menggeleng pelan dan kembali membuka matanya.
"Kamu ingin cerita apa? aku ngantuk, Mark. Jinyoung mengajakku bermain seharian" kata Jackson. Dari wajahnya kentera sekali Jackson sedang berusaha keras menahan kantuknya. Melihat itu, Mark jadi tidak tega. Dalam hati kecil Mark, dia merasa kesal saat Jackson lebih menghabiskan waktunya dengan Jinyoung daripada dirinya. Mark lebih senang saat Jackson sibuk dengan latihan anggarnya dibandingkan bermain dengan Jinyoung.
"Baiklah, kamu boleh tidur. Selamat malam Gaga" kata Mark pelan. Mendengar itu, Jackson melihat wajah Mark dan berusaha mencari amarah di sana. Jackson tidak menemukannya karena Mark sudah berbalik memunggunginya. Jackson menghela nafas panjang. Hari ini dia mengantuk sekali, besok dia akan berusaha untuk berbaikan dengan Mark.
"Sseun.. bukannya lebih baik kalau uangnya ditabung saja? Sayang sekali jika dibelikan untuk kalung seperti itu" kata Jinyoung sambil memandangi kalung berwarna perak di tangan sahabatnya. Jackson merengut sambil menggelengkan kepalanya.
"No. Aku sudah bekerja keras untuk membeli kalung ini. Nggak boleh disia-siakan" kata Jackson sambil meringis. Matanya tidak pernah lepas dari kalung itu. Jinyoung hanya terdiam. Jinyoung, sedikit tidak paham dengan Jackson. Bocah lelaki sebayanya ini berbeda. Paling tidak, berbeda dengan saudara-saudara mereka di panti.
Jackson adalah saudara tertua setelah Mark dan Jaebeom. Ketika kedua saudara mereka menyerah dengan sekolah, Jackson mati-matian memperjuangkan nilai akademisnya. Tidak cuman itu, Jackson aktif di semua bidang olahraga. Bahkan sampai mengikuti kejuaraan anggar. Yang paling aneh, Sunmi noona tidak pernah melarang atau mempersulit Jackson meraih semua yang diinginkannya.
Berbeda dengannya. Jinyoung memang tidak terlalu tertarik dengan olahraga. Nilainya juga sedikit diatas rata-rata. Tapi hidupnya seakan dipersulit oleh Sunmi noona. Belum lagi dia harus menjaga adik-adik mereka,...dan juga Jaebeom saat dia sedang di bawah pengaruh obat. Jinyoung masih tidak mengerti. Tapi dia tidak pernah membenci Jackson. Hanya saja, perbedaan mereka selalu membuat Jinyoung tidak pernah melepaskan pandangannya pada Jackson.
"Happy Birthday, Yien-ge" bisik Jackson di telinga Mark. Hari itu, Mark tepat berusia 15 tahun dan Jackson berbisik tepat saat waktu menunjukkan pukul 12 malam. Mark yang sudah tertidur lelap tidak mendengarnya, namun Jackson memakluminya. Dengan hati-hati Jackson mengalungkan kalung perak ke leher hyungnya itu.
Puas melihat kalung pemberiannya melingkar di leher Mark, mata Jackson fokus pada bibir lelaki di hadapannya itu. Jackson tersenyum lembut, dan mendekatkan wajahnya sambil memejamkan matanya..
Halo gengs! I am back. Aku mau bgt update eclipse, tp moodku dark terus, jadi aku update ini dulu hehehe. Kurang 6 chapter lagi tamat keknya..
Kalo rame ya aku panjangin kek sinetron Indonesia. Hahaha, canda. Happy reading!
KAMU SEDANG MEMBACA
Poison, Bullets and Broken Promises [MARKSON]
Fanfiction"Lihatlah Jaebeom hyung, langitnya cantik sekali. Warnanya sangat merah" "Sama seperti warna kesukaanmu. Sseun-ah, apakah kau keberatan jika ku tembak kepalamu sekarang? I hate you, you know? You were my brother too And you took away my brother from...