Chapter VII - Story of Gaga and Yien

113 12 1
                                    

"Gaga... Apakah kamu harus berikan kalung ini padaku? Ini sepertinya mahal, duitnya tabung aja" celetuk Mark sambil memandangi kalung yang melingkar di lehernya. Tidak mendengar jawaban, Mark menoleh memandang Jackson dan menemukan wajah sahabatnya itu cemberut kesal.

Mark tersenyum kecil. Sudah satu tahun sejak kalung pemberian Jackson melingkar di lehernya. Dia masih tidak percaya Jackson memberikan sebuah kado untuknya.

"Kalo kamu nggak suka, ya kembalikan saja Mark!" jawabnya ketus sambil berusaha menarik kalung dari leher Mark. Mark tersenyum sambil menggenggam kalungnya. Dia berusaha menjauhkan kalungnya dari rengkuhan Jackson. Tidak lama Mark melompat ke pelukan Jackson dan merangkulnya erat.

"Makasi ya Gaga" bisik Mark di telinga sahabatnya itu, dan sukses membuat Jackson membeku dengan wajah merah padam. Mark menatap Jackson sambil tersenyum penuh aegyo sebelum mencium ujung hidung Jackson dengan malu-malu. Melihat Jackson yang tidak bergerak, Mark memukulnya pelan dan lari menjauh dengan wajah merah padam,

Gaga bodoh...!

Mark tahu Jackson Wang mengetahui perasaanya. Mark memang tertutup dan jarang membuka hati ke orang lain, tapi Jackson selalu dengannya dan bisa membacanya dengan mudah. Bahkan saat Mark tidak bicara apa pun.

Setelah ulang tahun ke 16 tahun Mark, Jackson bersiap untuk turnamen anggarnya. Sunmi bersikeras untuk membuat pesta perpisahan sebelum keberangkatan Jackson, tapi Jackson menolak. Jackson tidak suka saat saudara-saudaranya mengetahui bahwa Jackson akan pergi ke asrama untuk beberapa bulan sedangkan yang lain sekolah saja sudah susah payah.

Bukan salah Jackson, kata Sunmi tegas.

"Kamu mendapatkan beasiswa full karena bakatmu. Jinyoung juga mendapatkannya, walaupun dia sekarang terancam dicabut jika nilainya terus turun"

Well, jika kau tidak memaksanya untuk menjaga para maknae, aku yakin nilainya baik-baik saja. batin Mark saat mendengarkan Sunmi menjelaskan dengan penuh keyakinan.

"sedangkan Mark dan Jaebeom..." Sunmi menghela nafas panjang.

"well, you know what? Noona yakin kamu bisa menang dan membawa pulang medali emas itu Jackson" sambung Sunmi sambil tersenyum ramah. Jackson yang mendengar itu hanya tersenyum masam, merasa tidak yakin bahwa dirinya pantas untuk mendapatkan semua fasilitas khusus dari panti. Merasa cukup mendengar pembicaraan Jackson dan Sunmi, Mark beranjak dari balik pintu.





"Yien-ge"
Mark membatu. Sure, Jackson dan dia selalu mencampur ketiga bahasa yang mereka kuasai saat berbicara satu sama lain. Tapi Jackson jarang sekali memanggilnya dengan gege. Biasanya, Jackson hanya memanggilnya hyung atau nama saja. Tentu saja jantung Mark langsung berdegup kencang saat Jackson memanggilnya dengan bahasa mandarin.

"Aku.. aku janji saat ulang tahunku nanti aku akan pulang. Apakah gege akan memberiku hadiah ?" tanya Jackson malu-malu. Kepalanya ditundukkan agar Mark tidak bisa memandang wajahnya. Cute, pikir Mark.

"Jika kamu menang" kata Mark sambil tersenyum. Mendangar itu , Jackson mendongak dan memandang Mark dengan mata berbinar. Memastikan bahwa dia akan membawa pulang medali emas untuk gegenya itu. Keduanya sudah sepakat bahwa kemenangan Jackson akan menjadi kado ulang tahun Mark yang ke 16. Walaupun ulang tahunnya sudah lewat, Mark bersikeras bahwa medali emas Jackson adalah kado terindah untuknya. Tiba-tiba, Mark menarik tangan Jackson agar dia mendekat. Mark mencium kening Jackson.

"...untuk jimat keberuntungan" terang Mark saat melepas ciumannya. Jackson hanya mematung. Tangannya segera menepuk kening bekas Mark cium. Saat Mark hendak berbalik pergi, Jackson menggenggam tangannya.

"aku janji gege, menjadi pemenang" ...dan akan membebaskanmu dari sini. lanjut Jackson dalam hati.

Jackson Wang, meskipun terlihat selalu periang dan oblivious dengan sekitarnya, tapi dia bukanlah pemuda yang bodoh. Sejak dia tahu Mark selalu dipenuhi luka-luka, Jackson ingin mereka pergi dari panti itu. Toh Jackson tidak memiliki siapa pun lagi. Saudara-saudaranya ada di Hongkong dan Cina, dia sendirian di Korea tidak akan ada yang peduli. Asalkan Jackson dan Mark bersama, dia tidak takut.

Tidak, asalkan Mark bisa terbebas dan tidak tersiksa lagi, Jackson akan melakukan apapun. Whatever it takes.

Dihari keberangkatan Jackson ke asrama, dia meminta Mark mengantarnya ke bandara. Mark tidak yakin bisa memenuhi permintaan itu, tapi Jackson bersikeras untuk menunggunya dan mengancam untuk tidak jadi berangkat. Mau tidak mau, Mark akhirnya menyanggupi permintaan sang atlet itu.

"Jackson, apakah kamu sudah menyiapkan semuanya? sepatu? handuk?" tanya Sunmi ceria. Jackson hanya mengangguk pelan. Pagi ini, Jackson membuka mata dan mendapati Mark sudah pergi. Dia tidak tahu harus merasakan sedih atau lega. Jika dia bangun mendapati Mark masih tidur di sampingnya, dia pasti tidak akan mau berangkat menuju turnamen. Jackson akan lebih memilih untuk diam di rumah dan memandangi wajah hyungnya itu.

"Dengan, Jackson. Ini, noona memberikanmu ini" kata Sunmi menyerahkann sebuah handphone. Jackson membelakkan matanya. Anak-anak panti memang tidak pernah diberi handphone. Bahkan Mark dan Jaebeom. Jackson berpikir itu karena panti ini bukanlah panti yang kaya dengan banyak donatur, tapi melihat handphone yang ada di tangannya, Jackson jadi meragukan pikirannya.

"bawa ini. noona sudah menyimpan nomor noona di hape ini. Jangan pernah telepon ke panti ya, karena noona takut anak-anak lain yang akan menerimanya dan berpikir noona pilih kasih. Oke?" terang Sunmi noona sambil memegang tangan Jackson.

"tapi noona... kalau aku ingin bicara dengan yang lain bagaimana?" tanya Jackson pelan.

"aku akan memanggil mereka untuk bicara padamu. Jangan khawatir ya" jawab Sunmi meyakinkan. Dengan wajah tidak yakin, Jackson mengangguk dan memasukkan handphone tersebut ke saku celananya. Setelah yakin semuanya selesai, Sunmi menyuruhnya untuk segera ke bandara bersama teman-teman turnamennya, sebelum anak-anak panti lain menyadari Jackson menghilang.





Mark berlari menuju panti. Hari ini, semua permintaan telah ia lakukan. Dia tahu Jackson akan berangkat, makanya dia berusaha untuk kembali ke panti tepat waktu. Hatinya mencelos saat melihat Jackson sudah berangkat ke bandara. Mark melirik jam yang ada di samping tempat tidur mereka.

Masih ada waktu... batin Mark. Dia segera berbalik untuk mengejar Jackson ke bandara.

"hm, kamu pikir kamu bisa menemuinya, Mark Yi-En Tuan?"




.
Halo I'm back! Heheh finally ada kabar klo gatsemo keluar dari jype. Jujur aku lega banget so mereka ngga bakalan kesika lagi hehhe.
Oiya, tahun 2021 aku mau usahain aktif lagi nulis cerita. Karena akhir 2020 kemaren aku baru kehilangan ayah sama kaken nenekku daalm waktu sebulan. (Jadi curhat hahaha)🤣
Aku mau 2021 buka lembaran baru lagi. So kalean juga yaaa. Aku harap kalian positif dan semangaat untuk tahun ini!!!🙏

Poison, Bullets and Broken Promises [MARKSON]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang