"Mengapa selalu kamu? Selalu ada lampu sorot di dekatmu."
•••
Hari ini gue datang pagi-pagi banget buat ke sekolah. Pukul 06.30. Udah janjian sama Kiran dan Anya katanya mau keliling sekolah bareng (lagi) sekalian liat kakel-kakel cogan (ini mah maunya mereka).
Karena momennya emang lagi MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah), gue harus berseragam putih abu-abu dengan sangat rapi biar nggak ditegur sama kakak-kakak OSIS alias babunya sekolah. Yap, kalian bener. Gue diterima di sekolah ini. Juga Kiran dan Anya.
Saat gue udah sampai di depan pagar sekolah, mereka langsung melambaikan tangan dari kejauhan. Tepatnya mereka sedang berdiri di bawah pohon rindang di sebelah ruang Tata Usaha yang letaknya memang di bagian depan sekolah.
"Clau, sini!" seru Kiran sambil mengibas-kibaskan topi abu-abunya ke udara.
Sebenarnya hari ini juga tak kalah banyak siswa-siswi yang masih mengenakan seragam putih biru karena masih dalam masa MPLS, namun gue ngerasa kayak anak SMP aja. Makanya gue pakai seragam putih abu-abu. Kirain cuma gue sendiri. Ternyata Kiran, Anya, dan siswa-siswi lain juga begitu.
Gue berjalan mendekati mereka yang tampaknya sudah menunggu dari tadi.
"Udah lama?"
"Lumayan. Ehm, maybe sekitar sepuluh menitan."
Oh ya, gue lupa jelasin. Sebenarnya Anya itu bukan orang bule atau apalah itu. Bahasanya emang campur-campur kalau ngomong walaupun nggak selalu. Katanya mau ngebiasain Bahasa Inggris karena cita-citanya emang mau kuliah jurusan Sastra Inggris.
"Yuk ah, kantin dulu. Laper," kata Kiran.
Gue tersenyum.
Kami bertiga berjalan menyusuri sekolah ini sembari membicarakan beberapa hal. Mulai dari teman lama, film, Wattpad, sampai kehaluan.
"Denger-denger Adipati Dolken sama Vanessa Angel udah putus ya?"
"Yeee, bukan Vanessa Angel. Vanessa Pricilla!"
"Iya-iya itu maksud gue Nya."
"Ehm iya kayanya. Gue kemaren liat Instagram mereka fotonya udah pada dihapus."
Kiran mengangguk-angguk.
"Clau, lo tau mereka kan?" tanya Kiran tiba-tiba memecah lamunan gue yang hanya menyimak pembicaraan mereka berdua.
"Adipati sama Vanessa?"
Kiran mengangguk dan menatap gue penuh selidik.
"Ya iyalah, gue pernah ngobrol bareng mereka juga."
Gue melihat mereka berdua yang seketika menahan tawa. Iya iya, gue gila di mata mereka.
Tapi ini beneran, gue ga bohong.
"Are you in halutination? Hahahah!" Anya menjitak dahi gue.
Jitak aja semau lo sampe kening gue ngga jenong lagi.
"Ahhahaha, udah sampe tuh." Gue terpaksa tertawa kecil seperti mereka walau tampak tidak ikhlas dan buru-buru mengalihkan pembicaraan bahwa kami sudah sampai di kantin. Sebenarnya sudah 'hampir' sampai. Ya kali mereka ngga nyadar kalau udah di dalam kantin.
"Pesen apa?" tanya Kiran ke arah gue."
Ah, dia emang juru pesan.
"Batagor deh, yang pedes."
"Lo Nya?"
"Vegetable salad with peanut sauce," ujar Anya yang membuat gue berfikir sejenak. Makanan apa itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Hurt
Teen Fiction"When his past comes to your life, you will feel broken and hurt." ••• Menjadi populer serta memiliki banyak penggemar tentunya merupakan impian banyak orang. Selain itu, berpenampilan menarik, multitalenta, cerdas, seola...