Desaku begitu indah. Tanaman tumbuh dengan asri, burung-burung senantiasa bernyanyi menemani saat berkebun, rakyatnya hidup rukun hingga tidak pernah terjadi bencana alam. Kami hidup di bawah pegunungan di Kikiro, sebuah negeri subur, tempat yang cocok untuk bercocok tanam dan tersembunyi dari orang luar maupun makhluk lain yang memburu. Hanya beberapa orang yang berhasil masuk ke sini lalu keluar dengan selamat, entah lolos dari cengkeraman siluman atau memang sekadar beruntung.
Namun, desa kami selalu dilindungi roh yang bersemayam di sebuah pagar yang ukurannya tidak sampai setengah meter. Itu anugerah, begitulah kata para nenek moyang sehingga kami bisa hidup dengan damai. Kendati demikian, tiada yang berani keluar kecuali seorang pedagang dari negeri seberang yang datang untuk menjual kembali hasil panen. Ya, desa ini memang indah, subur lagi nyaman untuk dihuni. Sayang, tempat ini belum memiliki nama.
Ada yang menyarankan nama tumbuhan hingga nama tokoh pelindung negeri ini. Tiada yang cocok atau lebih tepatnya dikehendaki barang satu orang, mereka seolah tidak mau nama yang pasaran atau nama yang sama dengan negeri lainnya di seluruh dunia. Pernah sekali, kami mencoba dengan nama 'Tanpa Nama' agar tidak menyusahkan, malah ditertawakan pendatang yang kini tidak jelas kabarnya (katanya, ia dimakan siluman). Hingga saat ini, desaku tidak memiliki julukan sama sekali. Kami hanya menyebutnya rumah, desaku atau desa kita.
***
Aku menyusun sayur untuk dimakan nanti malam. Hari ini, cuaca cukup bersahabat sehingga banyak makanan siap dimasak. Sehari hanya mengandalkan alam, begitulah kebiasaan kami. Aku hidup dengan menjual hasil panen kebun yang sudah menurun selama beberapa dekade ini. Awalnya, aku hendak menjelajah keluar demi mencari pekerjaan lain yang layak atau setidaknya lebih banyak upah. Namun, itu semua hanya khayalan karena hingga kini belum terkumpul keberanian untuk memulai.
Kutatap sekeliling, hari ini tidak ada orang melintas depan rumah. Biasanya akan ramai kalau panen. Kebanyakan memilih berdiam diri di rumah. Desaku memang tidak sesunyi yang dibayangkan. Kadang aku melihat seseorang melintas dan lenyap begitu ditatap. Aku tahu mereka sedang menghindari sesuatu. Kalau dilihat-lihat, mereka juga takut dan waspada entah kenapa, membuatku ikut tidak merasa aman. Setiap kali menoleh dan menangkap bayangan, pasti hilang bahkan terdengar suara jeritan tertahan seakan akulah yang ditakuti. Ya, meski hidup rukun, kami pada dasarnya tidak mau berinteraksi akibat siluman yang berkeliaran di Kikiro selama beberapa dekade ini.
Entah apa yang ada di benakku saat itu, ketika bergegas pulang aku langsung menyusun beberapa bekal ke dalam tas kulit sederhana buatan mendiang ayahku. Ada beberapa buah dan nasi digabung menjadi satu dan pisau kecil untuk berjaga-jaga. Ya, ini bisa dibilang tindakan paling nekat yang pernah kulakukan selama delapan belas tahun hidupku. Lagi pula, tidak ada yang bisa mencegah lantaran semua orang sibuk mengurus diri sendiri, hingga menciptakan ilusi betapa rukunnya kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vestigium
خيال (فانتازيا)[Fantasy x Adventure] [Vestigium] dalam bahasa Latin berarti jejak, sisa atau tanda. *** Puing-puing batu berhamburan. Tersingkap debu oleh angin, yang sempat menyelimuti jalan setapak selama berabad-abad lamanya. Kamu berjalan seraya mengusapnya de...