Me After You (2)

357 21 3
                                    

Hari yang dinanti-nanti pun tiba, final pertandingan basket antar sekolah yang paling bergengsi akan segera digelar. Semalaman Seungmin tak berhenti berdoa untuk kelancaran pertandingan Hyunjin dan kelompoknya serta tak lupa juga untuk kesehatan dirinya agar ia bisa mengikuti aktivitas seperti yang telah direncanakan.

Hari ini, selain pergi menonton, Seungmin juga berencana ikut perayaan di villa milik Changbin bersama kedua sahabatnya yang lain. Bunda juga bilang ingin ikut menonton Hyunjin.

Awalnya Seungmin menolak. Tapi dari pada tidak mendapatkan izin dari ayah, Seungmin pun pasrah diikuti oleh sang bunda tercinta. Dengan syarat hanya menonton, tidak serta merta ikut pergi ke villa. Untungnya Bunda setuju,

"Call," kata Bunda.

Seungmin bersiap-siap memakai hoodie abu dibalut jaket jeans warna biru langit kesayangannya, mematut diri di cermin full body. Ia sedikit meringis saat menatap cermin karena lingkaran hitam di matanya tak kunjung hilang, bibirnya pun pucat. Padahal semalam ia sudah memakai masker mata agar lingkaran hitam di matanya sedikit menghilang.

Seungmin hanya bisa pasrah. Tak ada pilihan lain, ia harus meminta Bunda untuk menghilangkan rona pucat di wajahnya dengan sedikit riasan.

"Bundaaa," dengan semangat Seungmin berteriak dari kamarnya.

"Bundaa Bunn... arrghh", saat hendak menghampiri tiba-tiba rasa nyeri tak tertahan menyentak tubuh Seungmin. Lidahnya kelu, sesak di dada membuat badannya bergetar. Seungmin pun berlutut, menekan dada kirinya kuat-kuat.

"Nggak-nggak, gak boleh sekarang plis aku mohon," Seungmin memukul dadanya pelan berharap rasa sesak sekaligus sakit tak tertahankan itu menghilang.

Ia baringkan badannya perlahan di lantai yang dingin dan meringkuk. Tutup mata dan mencoba menenangkan diri.

"Aku mohon, aku mohon, Bundaaa" bisiknya lirih, air matanya mengalir begitu saja.

"Seungminn, adek!!!!"

Suara derit pintu dibuka berbarengan dengan suara Bunda yang memekik terkejut. Seungmin perlahan membuka matanya kembali. Matanya yang sembab dan berkaca-kaca melihat sosok Bunda yang bergerak cepat ke arahnya bergegas memangku tubuh Seungmin yang ringkih. Tangan kanannya yang bebas segera menggenggam tangan Seungmin yang dingin.

"Hei, Seungmin, nak kamu bisa denger Bunda, kita ke rumah sakit ya sayang,"

Seungmin menggeleng. "Aku mau lihat Hyun..jin Bun,"

"Kondisi kamu gak memungkinkan nak, coba duduk dulu" Bundaa membantu Seungmin untuk bangkit secara perlahan. Sejujurnya dia sangat khawatir, bibir bawahnya ia gigit untuk menyalurkan segala kekhawatiran dan air mata yang siap mengalir. Berusaha agar tetap kuat, menampung setiap kesakitan dan kegelisahan yang sedang dialami oleh putra bungsunya.

Ia rangkul erat tubuh Seungmin, memapahnya menuju kasur agar ia bisa duduk bersandar dengan nyaman.

"Wonpill, Ka!!!!" Bunda berteriak mencari putra sulungnya untuk meminta bantuan.

"Iya Bunda, astaga dek kamu kenapa?," kata Wonpil.

"Ka, ambilin obat adek di laci sama minumnya ya"

Wonpil mengangguk, sementara itu Bunda masih mencoba membantu Seungmin agar bisa bernafas dengan teratur. Ia pasangkan nasal kanul atau selang oksigen ke hidung Seungmin dan mengatur konsentrasi oksigen pada bubble humidifier tabung oksigen di pinggir kasur.

"Segini udah enak dek?" tanya bunda, Seungmin pun mengangguk.

Tak lama, Wonpil datang, dengan obat serta minumnya.

"Adek minum obatnya dulu, masih sakit? Apa udah mendingan?" tanya Wonpil.

Seungmin pun menurut, ia langsung menenggak obat penahan rasa sakit yang sering ia konsumsi. Hatinya terus berdoa agar obatnya dapat bekerja seenggaknya sampai pertandingan Hyunjin selesai nanti.

"Udah mendingan" jawab Seugmin singkat, ia masih lemas.

"Bun kayaknya Adek gak bisa nonton Hyunjin sekarang deh, Kakak khawatir"

Seungmin langsung menggeleng lagi, "Enggak Ka, Seungmin janji gak bakalan kenapa-napa. Nanti juga ada Bunda,"

"Kakak kalau mau ikut juga boleh biar nanti kalau aku emang kenapa-napa, kaka bisa siap-siap telepon ambulance atau anterin Seungmin ke rumah sakit," lanjut Seungmin. Sekarang badannya menegak, berusaha baik-baik saja.

"kamu tuh ya kalau dikasih tahu suka nantang.."

"Udah-udah, Kakak siap-siap dulu ya. Hyunjin kan giliran main jam 9. Masih ada waktu buat adek istirahat dulu, sekarang adek tidur sebentar. Jangan banyak pikiran ya, pokoknya adek harus semangat biar nanti bisa nyemangatin Hyunjin," ucap bunda, tangannya mengusap surai seungmin  yang menutupi keningnya.

"Tapi bunda, nanti sebelum pergi, dandanin Seungmin. Bolehkan? Seungmin mau hilangin lingkaran hitam di bawah mata sama tolong kasih warna sedikit di bibir Seungmin ya. Seungmin gak mau keliatan jelek,"

Bunda mengangguk. " Kamu gak jelek sayang. Jangan aneh-aneh. Dah istirahat dulu ya, yu kak. Nanti bunda ke sini 45 menit lagi ya sayang," Seungmin pun mengangguk, menghela nafas panjang dan siap menutup matanya.

Dibalik pintu Kamar Seungmin, Bunda dan Wonpil juga menghela nafas berat.

"Bunda gak bisa larang Kak, Bunda takut" Bunda hampir menangis, Wonpil menariknya ke dalam pelukan dan menuntun Bunda menuruni tangga rumahnya.

***
Senyum Seungmin mengembang dari arah tribun penonton. Ia melihat gerakan Hyunjin yang lincah memainkan bola. Seungmin percaya, tim Hyunjin akan memenangkan permainan ini. Hyunjin dan timnya terlalu kuat untuk dikalahkan.

Pertandingan semakin panas, Seungmin tersenyum senang saat Hyunjin menguasai bola dan berusaha menghindari lawan. Jumlah skor kali ini memang tidak cukup jauh, tim Hyunjin unggul. Beberapa menit lagi pertandingan selesai dan itu membuat para suporter berteriak keras. Tak terkecuali Jisung dan Felix.

Seungmin juga dalam hati ingin melakukannya, tapi ia sadar diri. Di pinggirnya juga ada bunda yang dari tadi merangkul Seungmin agar tidak melakukan hal-hal yang dapat memperburuk kondisinya.

Menit-menit terakhir, skor masih tetap sama. Kali ini Minho yang menguasai bola. Ia over ke Hyunjin karena dihalau lawan, Hyunjin berusaha mendekati ring dan hendak memasukan bola. Jantung Seungmin berdetak tak normal dia nerveous sekaligus merasakan kembali sakit di dadanya. Ia pun menunduk. .

Pritttt...
Pertandingan selesai tepat setelah Hyunjin berhasil memasukan bola dan tim mereka menang. Semua bersorak riang, Bunda pun demikian bertepuk tangan. Namun, aksinya terhenti kala melihat Seungmin yang terus menunduk.

"Kamu kenapa Min? Ada yang sakit?" tanya Bunda khawatir

"Bentar Bun, hhh" Seungmin menetralkan nafasnya. Kemudian mencolek Felix dan Jisung yang tepat duduk didepannya.

"Aku anterin Bunda ke toilet dulu ya," Jisung dan Felix pun memberikan isyarat dengan menunjukan jempolnya.

Seungmin segera menarik lengan Bundanya ke luar arena. Setelah agak jauh, di tempat yang agak sepi, dia memegang tangan Bundanya dengan erat, tak mampu lagi topang badannya yang sudah hampir ambruk.

"Nak pelan-pelan astaga. Bentar Bunda telepon Ka Wonpil. Duduk dulu,"

Seungmin sudah tidak bisa berkata apa-apa, ia bersandar ditembok sambil memagang lengan Bunda yang sebelahnya erat.

Tak lama Wonpil datang dengan petugas medis, dia sudah tahu kondisinya akan seperti ini. Seungmin yang keras kepala, tak pernah bisa berbohong. Saat ia menantang Wonpil dengan menyuruhnya memanggil ambulance. Hal itu berarti dia memang sedang dalam keadaan yang buruk. Seungmin tak akan pernah bertaruh seperti itu, kalau memang keadaannya baik-baik saja. Adik satu-satunya itu tipe orang yang selalu positif terhadap apapun dan satu lagi, dia benci ambulance.

-tbc





The Bee's KneesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang