Bip...bip bipp..
Suara bedside monitor menunjukkan garis beraturan di samping laki-laki 22 September yang kini tengah terbaring lemah. Dadanya naik turun perlahan, menarik nafas yang terlihat cukup berat. Wajah pucatnya yang biasa ceria, kini sendu. Seperti ada air mata menggantung karena sembab. Lengkap dengan lengkungan hitam di bawah matanya.
Hidung bangir dan bibir ceri yang selalu bergairah tertutup masker oksigen. Badannya terhubung dengan berbagai macam kabel yang tersambung pada monitor. Semua terlihat sangat menyakitkan.
Begitupula bagi Hyunjin yang baru saja bisa kembali menatap sang kekasih dengan leluasa. 5 hari yang lalu, ia hanya menatap Seungmin lewat kaca jendela ruang ICCU. Keluarga pasien hanya bisa melihat dan memberikan support beberapa menit di waktu jenguk. Dalam 5 hari pula, Hyunjin hanya diberikan dua kesempatan untuk melihat Seungmin. Waktu-waktu menunggu saat itu sangat mengerikan untuknya.
Sepanjang kenal dengan Seungmin, ini kali pertama Hyunjin menghadapi kondisi terburuk pemuda itu. Sebelumnya, ia hanya menemani sang kekasih 2 atau 3 hari di kamar rawat karena telat minum obat atau terkena serangan ringan akibat kelelahan. Hal itu pula yang menyebabkan Hyunjin mengusulkan Seungmin untuk homeschooling kepada Bunda dan untungnya si manis bersedia hingga kesehatannya bisa terkontrol dengan baik.
Tak pernah sedikitpun tersirat dibenaknya melihat Seungmin tak sadarkan diri berhari-hari di rumah sakit. Tak pernah juga ia membayangkan rasa panik berlebih saat mendengar kondisi Seungmin yang kritis sampai sempat mengalami henti jantung.
Saat ini, laki-laki Hwang itu bersyukur Seungmin telah melewati masa kritisnya. Helaan nafas ia hembuskan untuk yang kesekian kali.
"Kamu nanti sore harus udah bangun ya, Jeongin mau dateng ke sini sama Mama. Katanya kamu mau uwel-uwel pipi Jeongin," ucap Hyunjin, tangannya sibuk memainkan jari-jari Seungmin.
Masih tak ada jawaban yang ada hanya suara bedside monitor yang dari tadi menemani sunyi di ruangan vvip itu. Sekali lagi Hyunjin bawa tangan Seungmin yang terdapat pulse oxymetry di jari telunjuknya. Ia usap secara perlahan tangan dingin itu lalu tempelkan ke pipinya.
Mata Seungmin mulai terbuka perlahan, tapi kemudian tertutup lagi.
"Kamu mau bangun ya? Tapi ngantuk? Kata Kak Chan, mending lawan rasa kantukmu itu Min. Ayo kamu pasti bisa,"
Setelah sadar dari koma selama 5 hari, Seungmin belum mau membuka matanya seperti biasa. Dokter bilang, kesadarannya masih belum kembali dengan sempurna, ia akan bangun jika ada rangsangan (kondisi spmnolen).
Hyunjin menggerak-gerakkan tangan Seungmin perlahan menarikan jarinya di atas tangan Seungmin. "Kamu gak geli? Biasanya kalau aku kaya gitu kamu suka marah. Seungmin.. hiks," sial kali ini Hyunjin benar-benar tidak bisa menahan tangisannya.
"Jangan na-ngis," ucap seungmin lirih. "a-aku gak suka"
"Aku gak nangis, aku mau kamu gak sakit. Aku mau kamu sembuh"
Seungmin hanya tersenyum matanya melihat Hyunjin, yang hampir terisak-isak. Kemudian tertutup kembali.
"Kamu gak mau bangun?"
"Gak" jawabnya singkat.
"Yaudah kamu tidur lagi aja, nanti sore bangun kalau udah seger,"
Hyunjin menyimpan kembali tangan seungmin, merapikan selimutnya. Kemudian bermain ponsel, membalas chat teman-temannya.
"Hyunjin, aku minta maaf"
Tak lama suara seungmin terdengar sangat pelan. Hingga Hyunjin kaget mendengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bee's Knees
Short StoryAntologi cerita pendek Seungmin x everyone . . . "The bee's knees is one of the phrases that people seem determined to make sense of. But how much sense is there to find?"