Tak tahu apa yang terjadi, kini Hyunjin tengah berlari setengah sadar di lorong rumah sakit. Kurang lebih pukul 4 subuh, sang mama membangunkannya dengan beberapa kali sentuhan lembut. Mata Mama Hwang saat itu sudah sembab. Sesaat beri pelukan secara tiba-tiba disertai usapan di punggung Hyunjin. "Kita ke rumah sakit ya," katanya.
Hyunjin tak mau berpikir lebih lanjut. Dengan segera memakai sweater hitam dan berlalu untuk ke garasi, memasuki mobil yang sudah menyala, diikuti oleh sang Mama. Di dalam mobil sudah ada Jeongin dan Papa yang sudah menunggu. Ada apa ini, pikirnya.
Tiba di rumah sakit yang dituju adalah kamar rawat sang kekasih. Hyunjin tak akan pernah lupa jalan, meski nyawa belum sepenuhnya kembali. Langkahnya ia percepat, jantungnya berdetak tidak karuan.
Pintu ruang rawat itu sedikit terbuka, Hyunjin mendengar isakan beberapa orang disana. Langkahnya tertahan di depan pintu.
"Nggak, nggak mungkin" gumamnya.
Mama Hwang menghampiri Hyunjin memegang pundak anaknya.
"Lihat mata Mama sayang, kamu harus kuat ya. Mama gak mau kamu kecewa lagi. Untuk kali ini aja, tunjukkin ke Seungmin kalau kamu gak akan kalah dan bakal selalu ada buat dia dalam keadaan apapun. Seungmin gak suka liat kamu nangiskan? Mama percaya sama kamu. Tunjukin yang terbaik buat Seungmin ya,"
"Yuk masuk Nak, gak papa. Sama mama, sama Jeongin juga," lanjut Papa
Hyunjin melangkah masuk, pintu itu dibuka sedikit oleh Mama Hwang. Di sana ada Chris yang duduk di sofa dengan mata tak kalah sembab. Beberapa belas menit yang lalu, laki-laki itu yang memberi kabar kalau Seungmin sudah tiada pada Mama Hwang. Atas perintah Wonpil.
Di sisi kasur Seungmin, ada Wonpil yang tengah mengelus halus surai Seungmin, meski wajah adiknya tersebut telah ditutup selimut. Ia mengusap wajahnya pelan setelah melihat kehadiran Hyunjin, mundur beberapa langkah agar belahan jiwa adiknya tersebut bisa leluasa melihat sang kekasih untuk terakhir kali.
Hyunjin dituntun Mama Hwang, dadanya sangat sesak. Entahlah. Air matanya menetes, seakan tiada habisnya. Ia ingin menahannya tapi tak kuasa. Perlahan ia buka selimut yang menutupi wajah Seungmin. Matanya tertumpu pada wajah Seungmin yang tertidur sangat damai. Mama Hwang sedikit terheran kala melihat wajah Seungmin yang tidak sepucat saat ia koma. Seakan hanya tertidur, wajahnya memang pias tapi terlihat sangat tenang dan bebas. Tak ada beban.
Senada dengan Mama Hwang, Hyunjin menyetujuinya. Sebelum ini, Hyunjin seringkali melihat tidur Seungmin tak tenang. Seperti sangat berat ketika bernafas, nafasnya kadang tersenggal. Keringat bahkan kerutan terlihat di dahinya. Penyakit sialan itu tak bosan mengganggu tidur nyenyak si manis. Tapi kali ini tidak, tidurnya terlihat sangat damai.
"Sekarang kamu tenang ya, gak akan rasain sakit lagi. Yang paling penting gak akan nyembunyiin penyakit itu dan nyiksa diri kamu sendirian kaya kemarin," Hyunjin terisak.
"Maafin aku" Lanjutnya.
Mama Hwang mengusap punggung anaknya lagi, ia juga tak kuat menahan sesak. Ia jadi teringat Bunda, ia tidak bisa membayangkan, bagaimana perasaan sahabatnya tersebut?
Wonpil bilang Bunda pingsan dan di bawa ke ruangan terpisah. "Mama ke ruangan Bunda dulu ya sama Papa," ucapnya. Hyunjin hanya mengangguk.
Chris yang sedari tadi duduk menghampiri Hyunjin dan Jeongin ya tak hentinya menatap Seungmin.
"Saya gak pernah nyangka kalau waktunya akan secepat ini. Ayah dan Paman Kim benar-benar telah berusaha mencari jantung yang cocok buat Seungmin. Tapi Tuhan berkata lain,"
"Makasih banyak Ka Chris. Jeongin juga gak nyangka. Bukan ini yang Jeongin harapkan saat datang ke sini sebenarnya. Tapi Jeogin benar-benar beruntung, Tuhan ngasih kesempatan ke Jeongin buat ketemu Ka Seungmin buat terakhir kali," Jeongin mengusap air mata di wajahnya. Chris tersnyum lembut melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bee's Knees
ContoAntologi cerita pendek Seungmin x everyone . . . "The bee's knees is one of the phrases that people seem determined to make sense of. But how much sense is there to find?"