HER | Part 11

1K 101 19
                                    

Krystal POV

Hari-hari di sekolah jauh lebih baik dari sebelumnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari-hari di sekolah jauh lebih baik dari sebelumnya. Aku berjalan tanpa rasa takut,datang ke perpustakaan tak perlu duduk di pojokan,tak perlu takut akan sepeda yang rusak, tak perlu takut akan makanan yang sudah ada belatung. Semua karena Amber, aku kembali fokus dalam belajar dan kembali dalam peringkat pertama. Bahkan, Kai dan Jennie sulit untuk mengangguku.

Hari-hari di sekolah menjadi menyenangkan. Canda tawa mulai menghiasi wajahku melihat tingkah konyol Amber, Eric, Henry dan Jackson. Seakan sudah menyatu dengan mereka seiring berjalannya waktu membuatku bersemangat dalam menjalani hari. Hari yang menyenangkan, melihat Amber yang hampir selalu tertidur di dalam kelas, menemani hobi Amber diatap gedung seni, mengjarinya bermain piano yang bahkan membuatku bingung buat apa menaruh piano di dalam kamarnya, melihat Amber yang mulai mengerjakan soal fisika walaupun hanya bertahan satu menit saja.

Tidak hanya Amber, Jackson yang selalu membuat mual mereka dengan kalimat-kalimat romantisnya yang justru membuatku juga mual. Si keras kepala yang cintanya selalu ku tolak. Luna yang sedang semangat karena pentas seninya berhasil dan akan tampil di Jepang. Dan yang lainnya selalu bersamaku bagaikan teman lama.

Aku tidak ingin cepat berlalu aku harap ini bukanlah tahun akhir sekolah rasanya terlalu singkat menikmati waktu bersama mereka. Aku pikir, aku tidak pantas mendapatkan semua ini. Luna sahabatku, sahabat pertamaku di sekolah ini dan akan selamanya menjadi sahabatku, juga mereka yang disebut pembuat onar kini menerimaku menjadi bagian dari mereka. Aku merasa tak pantas mendapatkan mereka semua, namun Amber memegang tanganku, menarikku ke arah mereka. Berdansa, bernyanyi bersama, menghirup udara malam dengan api unggun.

Amber memang tak pandai dalam berkata-kata tetapi gerak tubuh serta sorotan matanya cukup membuatku mengerti bahwa aku pantas mendapatkan semua ini.

Hari ini Amber akan mengajakku jalan untuk menikmati makan malam bersama. Dia sedikit kesal karena pekerjaan paruh waktukku, bodohnya dia akan membeli toko roti itu jika manajerku tak memberikanku libur. Aku curiga secara diam-diam Amber sudah membelinya karena bos Daehyun selalu memberikanku izin.

Ntahlah, sifat bodoh Amber lebih terlihat seperti sifat yang tak bisa diatur oleh siapapun. Melakukan apa saja yang dia inginkan, itulah dirinya.

Aku menatap Amber dengan menendang bebatuan, mungkin mengusir rasa bosannya karena menungguku. Aku tersenyum, melihat rambut hitamnya yang sudah mengenai telinga, gayanya yang khas memasukan kedua tangan ke dalam saku celana, tubuhnya yang terlihat meninggi dan berotot setiap harinya.

"Hei, llama." dia menghela nafas, bosan namun memberikan senyuman padakku "Mengapa lama sekali? aku lapar." aku berjalan ke arahnya dan menikmati sore kami berdua. Tak ada pengawal, tak ada mobil mewah. Amber kabur dari mereka semua melalui jalur belakang bersamaku.

Sebelum menuju halte bus, kuberikan topi hitam untuk ia kenakan takut akan seseorang akan mengenalnya karena asal kalian tahu akhir-akhir ini wajah Amber sering muncul di TV, media internet ataupun koran yang membuatnya kesal.

HERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang