{11} SORRY MIYEON

364 61 2
                                    

Ding dong

Wendy berlari setelah mendengar bel rumahnya berbunyi. Dalam pikirannya kini hanya ayam goreng pesanan kakaknya yang sangat lezat.

"Wah ayam goreng sudah dat..."

"Permisi Wendy-ssi"

"Ssiapa?"

Tentu  saja Wendy terkejut, bukan kurir yang datang ke rumahnya tetapi dua pria berpakaian rapi. Yang membuat Wendy lebih bertanya tanya lagi adalah dua orang itu berbicara dengan bahasa korea. Dan wajah mereka pun tidak tampak seperti orang kanada.

"Apakah kami boleh masuk?"

Dua pria itu melangkah maju, sontak Wendy menahan mereka dengan berdiri di tengah pintu.

"Tunggu dulu kalian siapa?"

"Kami ditugaskan menjemput anda."

"Oleh siapa? Dan kenapa kalian ingin masuk ke rumahku?"

"Kami akan membantu anda mengemas barang barang anda"

Kini Wendy merasakan jantungnya berdegup sangat cepat. Ia takut, benar benar takut tidak ada seorangpun di rumah saat ini hanya ia sendirian dengan dua orang asing di hadapannya.

"Ini penculikan, kalian tidak bisa tiba tiba membawaku begitu saja tanpa memberitahu alasannya"

"Tidak ini bukan penculikan karena kami berdua adalah staf dari Bighit Entertainment dan kami kemari untuk menjemputmu atas perintah Tuan Suga"

"Apa? Lalu dimana Suga kenapa bukan dia yang menjemputku?"

"Tuan Suga sedang sakit"

Sepeti diterkam ribuan pisau di dadanya ketika Wendy mendengar penuturan dua orang itu. Apa yang tidak ia ketahui selama ini tentang Suga. Apa mungkin Suga tidak pernah memberi kabar karena ia sedang terbaring lemas saat itu. Wendy benar benar kosong saat ini.

"Tidak mungkin"

Wendy mencoba menyangkal bahwa kedua orang itu hanya berbohong padanya agar ia mau pergi bersama mereka. Pertama agar Wendy percaya dua orang itu menunjukkan kartu identitasnya kepada Wendy. Seakan belum puas salah satunya langsung menghubungi seseorang lewat ponselnya.

"Hey kalian dimana?"

Suara itu, suara yang sudah lama tidak didengar oleh Wendy. Itu suara milik Suga, ia masih mengenalinya walaupun sudah lama tidak mendengarnya.

"Bicaralah dengannya Yoongi-nim"

"Wendy?"

Lagi lagi seperti ditikam ribuan pisau, Wendy merasakan sesak di dalam dadanya ketika mendengar suara di seberang sana menyebut namanya.

"Wendy-ssi maafkan aku"

Wendy membungkam mulut dengan kedua tangannya. Matanya mulai memanas pandangannya mulai kabur dihalangi air mata yang sudah menggenang di sana.

"Aku meminta maaf padamu, apakah kau mendengarnya? Kumohon maafkan aku Wendy-ssi. Kumohon ikutlah dengan mereka, ini adalah janjiku padamu bukan? Dan sekarang aku sudah menepatinya."

"Izinkan aku disini dulu menunggu sampai kakakku pulang"

"Apa itu artinya kau mau ikut?"

Wendy menatap nanar kedua pria dihadapannya tanpa mengatakan sepatah apapun lagi.

"Hallo Yoongi-nim, mungkin ini akan membutuhkan sedikit waktu, biar kami yang urus"

Pria itu mematikan telepon sepihak lalu meletakkan kembali ponselnya ke dalam saku mantelnya.
Satu jam lamanya Wendy bersama dua orang pria yang tak ia kenal di dalam rumahnya tanpa ada percakapan apapun kecuali dua orang itu yang entah mengobrolkan apa.
Karena sedari tadi Wendy hanya menatap ponselnya yang menunjukkan pesan yang ia kirimkan untuk Miyeon yang tak kunjung dibaca.

Derap langkah sepatu bisa Wendy rasakan dikala keheningan itu. Sontak ia beranjak dari duduknya mencoba melihat siapa yang datang.
Miyeon muncul dari balik pintu dengan raut wajah yang sudah mulai memerah.

"Ada apa ini?" Siapa kalian? Apa yang terjadi di sini?"

Tidak ada yang berani mengatakan apapun ketika melihat Miyeon marah begitupun dengan Wendy.

"Seungwan jelaskan padaku!"

"Eonnie tidak membaca pesanku"

Miyeon merogoh tasnya, namun tak kunjung mendapatkan ponselnya. Kesabarannya pun habis, Miyeon menumpahkan semua isi tasnya sehingga barang barang di dalam tas miliknya tercecer di lantai.

"Ah sial dimana ponselku"

"Eonnie"

"Diam Seungwan! Kalian berdua siapa? Jelaskan padaku mengapa kalian ada di rumahku?"

Wendy bisa merasakan bahwa Miyeon sangat berbeda, sepertinya kakak perempuannya itu sedang mabuk. Ia lebih yakin ketika ia dapat menghirup dengan jelas aroma alkohol di tubuh Miyeon.

"Kami tidak mau berlama lama disini, kami hanya menginginkan Wendy-ssi ikut dengan kami ke Seoul."

"Apa yang kalian katakan, huh untuk apa?"

"Ini adalah perintah dari agensi kami"

"Bawa saja"

"Eonnie?"

Wendy dibuat terkejut pasalnya betapa mudah Miyeon menyerahkannya kepada orang asing.

"Bawa saja diri kalian sendiri jangan adikku, pergi sana!"

Entah Wendy harus senang atau sedih, ia menginginkan kakaknya menyutujui kepergiannya namun disisi lain Wendy senang kakaknya benar benar masih melindungi dirinya.

"Kami tidak akan pergi sampai Nona Wendy ikut bersama kita"

"Kenapa kalian keras kepala, sudah kubilang bahwa Wendy tidak akan ikut dengan kalian"

Kedua orang itu mengisyaratkan kepada Wendy untuk segera meyakinkan Miyeon.

"Eonnie, aku meminta izin padamu biarkan aku ikut dengan mereka. Kau ingin melihat adikmu sukses bukan? Jadi kumohon izinkan aku pergi"

"Tidak Seungwan, kau bisa berkarir disini kenapa harus jauh jauh kesana, aku tidak akan mengizinkanmu."

Menjadi hening benar benar tidak suara hanya gemuruh nafas Miyeon yang terhembus kasar karena menahan amarah.

"Maafkan aku Eonnie, aku akan tetap pergi aku tidak peduli kau mengizinkan aku atau tidak, aku bukan lagi anak kecil. Seungwanmu sudah dewasa, ia juga ingin menggapai mimpinya."

"Seungwan tidak"

Miyeon bergumam lirih menatap ke arah Wendy dengan sorot matanya yang penuh harap agar adiknya tidak pergi meninggalkan dirinya.



Spoiler Allert 🚨
Banyak badut berkeliaran

Yuhuu bisa gak ya Wendy ke Seoul?
Yuk guys bantuin Wendy biar diizinin ke Seoul
Caranya gampang pencet bintang di pojok bawah sebelah kiri tuh ehehe
Ok thanks ya yang udah pencet
Luv u guy 💜💜💜💜💜

TEAR [WENGA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang