{19} TRUE FACE

279 32 12
                                    

Wendy berdiri memandang kakaknya, wanita itu tak berubah sama sekali.

"Eonnie" ucap Wendy

Ia tak kuasa, air matanya jatuh deras mengalir di pipi putihnya. Miyeon melangkah sedikit demi sedikit sebelum kemudian mempercepat langkahnya lalu mendekap adiknya itu dengan sepenuh hati.
Air mata keduanya bergelut di antara pelukan itu. Miyeon dan Wendy saling merindukan satu sama lain.
Miyeon mengeratkan pelukannya sembari menciumi kening adiknya berkali kali.

Mark yang melihat itu tiba tiba tersenyum sampai ia tak sadar bahwa ia matanya jatuh dengan mulus di pipi kirinya, namun tak lama ia kembali murung. Jauh di lubuk hatinya ia senang jika Wendy bahagia namun ia juga sedih karena Wendy yang dulu sangat bahagia karena mimpinya akan terwujud sekarang tidak lagi.
Ia tak tau harus bagaimana untuk membuat kekasih yang amat sangat ia cintai itu bahagia melebihi kebahagiaan apapun di dunia ini. Mark rela jika ia harus memberikan seluruh hidupnya untuk kebahagiaan wendy. Dengan cara apapun ia akan berusaha mengembalikan kebahagiaan wanita itu.

Setelah beristirahat cukup lama, Wendy keluar dari kamarnya karena kelaparan. Ia melihat Mark masih di sana di depan televisi sementara Miyeon tengah memasak di dapur.

"Sudah bangun?" tanya Mark ketika ia melihat sosok wendy turun dari tangga

"Belum masih tidur" jawab Wendy yang kemudian ditertawakan oleh Miyeon dari dapur

"Lihat dia kakak ipar, aku tanya baik baik dia malah jawab seperti itu" ujar Mark mengadu pada Miyeon

"Sudah sudah, kalian ini mau menikah tapi masih bertengkar seperti itu" timpal Miyeon

"Bagaimana eonnie tau?" Wendy terkejut, bagaimana bisa Miyeon tiba tiba tau tentang rencana pernikahannya dengan Mark

"Apa gunanya dia punya mulut" ujar Miyeon melirik Mark

Wendy tak pernah terpikir jika Mark bisa saja memberi tahu rencana pernikahan mereka pada Miyeon, wanita itu sekarang merasa bodoh.

"Habiskan makanannya setelah itu kita pergi ke makam ayah" celoteh Miyeon

Mark dan Wendy hanya mengangguk sambil memulai menyuap satu dua kali makanan.

"Eonnie, maaf sepertinya aku ingin buang air" tanpa menghabiskan makanannya, wendy berlari menaiki tangga menuju ke kamar mandi di kamarnya.

"Ewh kenapa harus bilang begitu di saat kita sedang makan, harusnya kau sensor" teriak Miyeon

"Maafkan aku hahaha" Wendy tertawa nyaring bahkan suara tawanya masih terdengar ketika ia sudah masuk ke dalam kamarnya sangking nyaringnya.

Kembali mengingat saat Wendy masih tertidur ketika baru sampai di rumahnya. Hanya ada Miyeon dan Mark di ruang tamu. Merka berdua awalnya tak berinteraksi sama sekali, namun Mark memilih membuka percakapan lebih dahulu.

"Kau kelihatan senang sekali kakak ipar?" sahut Mark tiba tiba pada Miyeon yang tengah memainkan ponsel barunya yang dibelinya tiga hari lalu.

Seketika senyum di wajah Miyeon kala melihat beberapa postingan lucu di internet berubah menjadi raut dingin.

"Seharusnya kau selesaikan saja di sana dasar bodoh!" ucap Miyeon tanpa melihat sang lawan bicara

"Aku bukan budakmu maaf" sahut Mark, pria itu bersandar pada pundak sofa sambil mengamati Miyeon yang kini sudah berpindah menatap dingin dirinya.

"Penghianat, kembalikan ponselku" sikap dingin Miyeon berubah menjadi amarah

"Huh kau yakin sekali kalau aku yang mencuri ponselmu" ujar Mark mengejek sembari tertawa tipis.

TEAR [WENGA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang