"Tuh, kan!" Belum satu jam berlalu, suara rintihan si pengantin baru sudah kembali terngiang."Mas ... aduh, pelan-pelan."
"Ini juga udah pelan kok, Sayang." Si Hans menimpali, aku semakin membenamkan diri pada tumpukan bantal. Tapi, rintihan dan suara mereka semakin nyaring.
"Mas, kok makin gede ya perasaan? Aduh, Mas, sakit!" Oke, aku sudah ngga sanggup lagi.
Dengan cepat, tanganku melempar semua bantal, mendirikan tubuh dan mengayun langkah. Bukan untuk mengasingkan diri, tapi memberi pelajaran! Ya, pengantin baru seperti mereka harus diberi pelajaran!
Cepat kaki ini berjalan, setelah sampai di depan pintu kamar Siska, aku memarik napas dalam lalu membuka kenop pintu bersamaan dengan embusan napas.
Eh! Ternyata nggak dikunci.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rintihan Pengantin Baru
Cerita PendekMOHON UNTUK DIPERHATIKAN USIA ANDA SEBELUM MEMBACA! Bermula pada suatu malam, ketika kakakku melewati malam pertama setelah menikah dengan Hans.