Chapter 9 : Become A Hero

476 47 10
                                    

Akhirnya pasangan binatang itu pergi juga. Dimana Fitri sekarang?

Aku melihat ke kanan dan ke kiri namun masih belum melihat Fitri.

Apa dia ada kelas tambahan?

"Hei tadi cewek itu cantik sekali ya?"

"Ya tapi sayang dia diganggu sama senior preman itu."

"Benar juga, cewek yang berurusan sama senior itu pasti akan menjadi aneh."

"Huf, sayang sekali."

Aku merasakan firasat buruk dari obrolan mereka.

Aku pun menghampiri mereka.

"Maaf tadi kalian membicarakan seorang perempuan. Boleh aku tau dia dimana?"

"Ah tadi aku melihat mereka ada di samping gedung."

"Terima kasih bro."

"Yo."

setelah bertanya kepada mereka aku pun berlari. Kecepata lariku juga sepertinya sangat cepat.

Gedung kampus yang jaraknya berpuluh meter pun hanya aku tempuh dalam 1 menit. Aku sudah seperti monster aja.

"Mungkin ke kanan."

Aku pun memilih ke kanan, dan benar saja aku meliat Fitri dan temannya sedang diganggu oleh 5 orang yang sepertinya senior.

Waktunya bersinar!

"Apa yang sedang kalian lakukan?"

Aku bertanya dengan nada seperti orang biasa. Tidak mengintimidasi maupun provokasi.

"Ho ada pahlawan kesiangan ternyata bro."

"Hahahaha."

"Mungkin dia iri dan ingin ikutan."

Kejadian yang sangat klasik sekali ya.

"Bukankah kalian merasa malu? kalian berlima tuh cewek cuman 2 orang loh."

"banyak bacot kau!"

"Ya seterah kita mau apa."

Hmmm... Sepertinya menarik.

"Ya bukannya begitu sih. Coba lihat 2 cewek itu cantik dan polos kan. Mungkin mereka masih perawan."

"apa maksud lu huh!?"

"Jika benar mereka perawan siapa yang mau duluan mulai? Apa kalian menerimanya? Mereka berdua tuh primadona sekolah loh kesempatan langka kan?"

He sudah mulai terpancing, perkumpulan seperti itu sangat mudah di kerjain.

"Bener juga yang kau bilang itu."

"Hoi gua pemimpinnya kan jadi gua yang ambil pertama."

"Apa lu bilang! Gua yang pertama persetan dengan pemimpin."

"Huh bacot kalian! Gua duluan yang menemukan cewek ini jadi gua duluan."

"Hei tenanglah."

"Tenang, tenang bilang aja lu mau duluan kan sialan."

Sepertinya orang yang mengerti maksudku salah waktu. Baru saja dia ingin menenangkan temannya malah dia yang kena pukul. Sungguh tuman.

Karena pukulan itu, orang yang mencoba menenangkan mereka itu pun kesal dan menyerang balik orang yang memukulnya. Dia menendang tepat di perut, sehingga membuat orang yang ditendang itu terpental.

Sungguh pemandangan yang luar biasa.

Pada akhirnya pun mereka ribut. Saling menonjok dan menendang. Bahkan ada yang kepalanya dipukul dengan bata.

Hum mantap.

Beberapa menit kemudian pun pertarungan selesai. Dan yang masih berdiri tegak hanya 1 orang saja, yaitu si pemimpin.

Seperti yang diharapkan dari seorang pemimpin. Dia yang paling kuat di antara mereka.

"Sepertinya Fitri dan temannya malah semakin ketakutan."

Ya mau bagaimana lagi, di hadapan mereka  perkelahian yang sampai membuat kepala seseorang berdarah.

"Maaf telah mengerjai kalian. Ya itu juga salah kalian sendiri sih."

"Sialan kau!"

Pemimpin itu berlari ke arahku dan mencoba memukulku. Aku pun menunduk untuk menghindari tinju itu.

Aku memukul perut dia dan membuatnya mundur beberapa langkah. Ya walaupun aku tidak menggunakan kekuatan penuh tapi dia masih bisa bertahan dari pukulanku.

"Pukulan lu kuat juga."

Orang itu berdiri lagi dan berpose bertarung.

Ini menyenangkan...

Kali ini aku maju dan memukul kepalanya dari depan. Dia menahan seranganku dengan kedua lengannya dan membuatnya mundur lagi beberapa langkah.

"Serangan yang sangat kuat."

"Pertahananmu juga sangat kuat."

Ya aku juga tidak menggunakan seluruh kekuatanku. Kalau aku menggunakan seluruhnya mungkin kedua lengan dia akan hancur.

"Hahaha baiklah aku menyerah, mereka milikmu."

"Dari awal juga mereka adalah milikku kalian saja yang mengganggunya."

"Maaf kalau begitu. Kalau ada masalah di sekolah ini panggil saja aku."

"Hoho jadi kita berteman nih."

"Ya bisa dibilang seperti itu."

Aku pun maju dan mengulurkan tanganku untuk berjabat tangan dengannya. Dia menerima tanganku dan kami pun berjabat tangan.

Habis berkelahi lalu berteman. Sungguh otak otot.

Dia pun pergi setelah kami berjabat tangan.

"Oh ya namaku Ryan."

"Namaku Stevan, aku biasa di ruang kelas kosong di lantai atas."

Dia berbicara tanpa melihatku, aura kepemimpinan yang hebat.

"Baiklah ladies waktunya pulang."

Aku kembali melihat Fitri dan temannya. Reaksi mereka kok biasa aja?

"Apa kalian tidak apa-apa?"

"Kak Ryan! Terima kasih sudah menolongku, aku sangat takut sekali."

???

Kenapa cewek ini langsung memelukku? Apa aku mengenalnya?

"Hoho jadi mas Ryan suka dipeluk sama cewek cantik ya? Hm hm."

Apa maksudnya hoi???

"T-tunggu ini salah paham!"

"Shella sudah cukup, hentikan."

"Ya ya maaf tuan Putri, Pangeran tolong aku tuan Putri sangat menakutkan?"

A-apa maksudnya lagi itu.

"P-putri... Hentikan Shella!"

Fitri pun menarik perempuan yang memelukku. Jadi namanya Shella... Dadanya lumayan juga...

"Kenapa kamu senyum-senyum?"

"Ah tidak aku hanya berpikir kalian imut itu saja."

"I-imut..."

"Hahahaha kak Ryan bisa aja gombalnya. Kalau aku langsung jatuh cintak ke kaka gimana hayo."

"Apa kamu menggodaku?"

Shella pun hanya tersnyum saja padaku dan Fitri terlihat memerah. Sial itu beneran imut.

"Lupakan, ayo kita pulang."

"Apa kak Ryan juga mengajakku?"

"Tentu saja, kamu adalah temannya Fitri jadi ikut saja."

"Memangnya akan pulang naik apa, kak?"

"Tentu saja dengan mobil. Aku meminjamnya dari temanku."

"Woah hebat!"

Shella tampak senang sedangkan Fitri tampak bingung. Mungkin dia tidak percaya padaku.

Kami pun berjalan ke supermarket tempat aku memakirkan mobilku. Singkat saja sesampainya disana aku mampir ke supermarket terlebih dahulu dengan mereka.

Fitri dan Shella membeli es krim sedangkan aku hanya membeli permen mint dan air minum. Setelah membeli dari supermarket aku langsung naik mobil.

"Bukankah ini mobil khusus? Aku belum pernah melihat mobil seperti ini."

Ya ini mobil sedan hitam tanpa lambang dan tanpa tipe mobil. Jadi mungkin dia bingung ini mobil apa. Juga interior mobil ini tidak kalah bagusnya dengan mobil mahal.

"Bahkan ada tv dan wifinya. Mobil ini terlalu hebat."

"Apakah seperti itu? Aku hanya meminjamnya dari temanku."

"Heee... Teman kakak baik sekali sampai meminjamkan mobil khusus buatan pribadi."

"Ya begitulah."

Fitri masih tampak bingung dan tidak percaya. Ya itu maklum saja karena dia adalah orang yang sangat mengenalku.

"Sudah pasang sabuk pengaman kalian kita berangkat sekarang."

Fitri dan Shella mengenakan sabuk pengaman mereka dan kami pun berangkat. Di perjalanan Shella memberiku peta gps ke rumahnya. Ya itu cukup jauh dari rumahku dan Fitri. Mungkin sekitar 7 km dari rumah kami.

Sesampainya di daerah rumah Shella ternyata itu perumahan orang elit dan berduit. Pantas saja Shella mengerti tentang mobil. Di daerahnya banyak sekali pemilik mobil.

Bahkan ada yang memajang mobil sport mereka di depan rumah. Ada banyak mobil mahal disini.

Sungguh hebat perumahan orang kaya.

"Baiklah sudah sampai, apa ini rumah kamu?"

"Ya terima kasih kak Ryan dan Fitri."

"Ya tidak apa-apa."

"Sampai jumpa Shel."

Shella pun masuk ke rumahnya dan Fitri pindah tempat duduk ke depan. Itu juga karena aku yang memintanya.

"Jadi bisa kamu jelaskan?"

"Aku sudah menduganya kalau kamu akan mengatakan itu."

"Jadi?"

"Sebaiknya ayah kamu saja menjelaskan."

Akhirnya sepanjangan perjalanan pun hanya ada kesunyian diantara kita. Aku tidak terlalu mempedulikannya tapi itu sangat tidak menyenangkan.


_____________________________________

Selesai...


Strange SystemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang