Sepasang Mata

43 8 0
                                    

Hari ini terasa melelahkan. Jalanan sekolah ke rumah rasanya lebih jauh dari biasanya. Langkah kaki ku juga terasa lebih berat. Tapi mau bagaimana lagi harus tetap melangkah untuk segera pulang.

Langkahku sudah sampai dilangkah terakhir. Tapi sial gerbang rumahku terkunci. Padahal aku sudah membayangkan kasur sejalanan tadi. Ditengok tengok lagi rumah rasanya sepi sekali.

Tapi mas Jo belum balik tadi, pikirku terus memastikan Kalau mas Jo memang belum balik. Masih didepan gerbang lalu aku mulai merogoh saku mencari ponsel.

"Kenapa tan?"
"Mas Jo balik dong, Aku kekunci didepan sendirian"
"Yaelah kan tadi mas dah bilang ntar balik bareng mas aja"
"Ah, mas kan masih nugas sama temen mas"
"Ya Daripada sendirian dipinggir jalan gitu"
"Harusnya mas itu temenin bintan dong mas..."

Belum selesai bicara ponselku mati tiba tiba. Lalu Aku duduk tipis di tepian pagar rumahku. Sambil bengong celingukkan kanan kiri.

Lama lama pikiranku mulai kemana mana, sudah sering seperti ini tapi Kalau terlalu lama gini aku malu dilihat orang orang, apalagi sudah setengah jam aku duduk masih pakai osis begini.

Aku beranjak memutuskan kembali ke sekolah mencari mas Jo. Kakakku ini selisih Dua tahun denganku. Sejak SD memang Aku selalu mengikuti jejak sekolahnya. Jadi mas Jo ini kakak kandung sekaligus kakak kelasku.

Dan benar saja, mas Jo Dan teman temannya masih Ada dikelasnya. Aku langsung masuk tanpa Salam penghormatan adik kelas, sudah biasa.

"Mas Ayo pulang, dari tadi aku bengong depan rumah"
"Hahaha tan Kalau Kita pulang jadi Dua bengong depan rumah"
"Tapi Aku capek mau tidur"
"Tidur di aspal?"

Ah menurutku lelucon mas Jo barusan tidak lucu sama sekali. Masih kesal, aku duduk di bangku seberang tempat mas Jo dan teman - temannya.

Masih sama bengongnya, cuma pindah tempat aja pikirku. paling tidak sekarang tidak sendirian dan orang orangnya pakai osis juga sama sepertiku.

Aku yang hampa tanpa ponsel ini sok sokan mengamati seisi kelas 12 IPA 1. Seisi kanan ruangan sudah habis aku telusuri dengan mataku. Ketika mataku melirik akan menghabisi seisi kiri ruangan, mataku terhenti oleh salah seorang teman mas Jo.

Alisnya tebal, bulu mata lentik menghiasi mata sayu. Sempurna ! gumamku. Penulusuranku berhenti. Tanganku yang tidak lagi mau menopang kepala, kini telipat di meja. Kepalaku tentu saja mengikuti.

Masih mengamati sepasang mata yang sempurna itu, aku mengingat ingat nama pemiliknya. Seperti sering lihat waktu teman - teman mas Jo main ke rumah. Tapi biasanya hanya sebentar - sebentar saja. Terlalu asik mengikuti gerak kedua bola matanya, sampai akhirnya aku tertidur.

"Tan tan"
"Hah? Iya mas?"
"Ayo pulang"

Aku dengan sedikit menengadah melihat mas Jo sudah berdiri menggendong tas ransel. Ruangan sudah sepi, Dan sepasang Mata sempurna itu juga sudah tidak Ada.

• • •

Sampai dirumah, Kali ini pintu rumahku sudah terbuka. Aku bergegas menuju kasur empuk kesayanganku. Hanya menaruh tas Dan membuka sepatu saja, lalu tubuhku mendarat cepat dan tepat.

• • •

Sore terlalu cepat datang sepertinya. Suara abah sayup - sayup terdengar jelas dalam mimpiku. Suara masakan dari dapur sepertinya sudah siap untuk disantap nanti malam. Dan bau wangi yang kali ini datang dari mas Jo sepertinya, yaaa dia baru selesai Mandi. Ah mas Jo selalu wangi seperti ini, ntah berapa liter sabun yang ia gunakan.

It's Okay To LeaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang