Dia Menarik

22 4 0
                                    

Seperti biasa pagi ini Aku berangkat pagi. Pelajaran IPS memang pelajaran yang berhasil membuatku ngantuk, sedangkan matematika justru buatku pusing. Jadi akupun tidak tahu sebenernya passionku ini apa.

Pelajaran Demi pelajaran berlangsung seperti biasanya. Sekarang tibalah saat untuk siswa bisa berhamburan keluar kelas, beli makan agar kenyang atau sekedar snack untuk menaikkan mood saja.

Aku goyang - goyang tubuh imel, teman sebangkuku. Seolah memberi isyarat mengajaknya makan dikantin. Tapi dia diam saja masih tampak asik mengotak atik rumus.

"Mel Ayo dong ke kantin"

"Ah gue lagi males tan, lu aja dah gua nitip"

"Yeuu enak aja"

Setelah itu Aku langsung enyah tanpa menunggu jawaban lagi.

• • •

Ahh kantin selalu ramai sampai berdesakan seperti ini. Tapi cacing - cacing diperutku sudah berontak minta jatah. Aku yang sedari tadi masih mengamati suasana kantin dari ujung mencoba melangkah mantap mencari tempat yang cukup longgar.

Stand yang tampak sepi memang hanya standnya mbak Jum. Disini memang tidak terlalu banyak menu yang ditawarkan. Tapi cacing - caingku ini sepertinya cukup Kalau Aku beri makan pecel.

Kantin di sekolahku ini memang tidak terlalu lebar, tapi lumayan untuk 5 stand. Setiap stand di sediakan satu meja panjang persis didepan ruang sakralnya, bukan sakral juga sih, hanya tempat untuk ibu kantin masak. Ntah kenapa siang ini tampak lebih penuh dari biasanya. Sama juga dengan stand mbak Jum, hanya tersisa longgar di ujung saja. Sebenernya bisa juga tidak terlalu pojok, tapi disana segerombolan orang sedang makan.

Sudah lah dekat tembok saja, batinku. Sedari tadi pegang piring sambil berdiri mengamati tempat seramai ini hanya menambah berontak cacing - cacingku. Aku langsung melangkah cepat menduduki singgasanaku, sebelum di tempati orang.

Hmm sudah nyaman bisa mulai makan sekarang, kataku dalam hati. Baru akan melahap suapan pertamaku, tiba - tiba Ada yang menduduki bangku sampingku.

Bleg !
Suara duduknya mantap sekali mungkin memang sedang lapar. Tidak mempedulikan aku melanjutkan suapan pertama yang terhentu tadi.

"Eh Bintan, ikut duduk ya"

Deg.
Aku kenal suaranya, mataku terbelalak masih menatap depan sambil menduga - duga siapa yang di sampingku ini. Tapi dari suaranya ini mirip suara pemilik sepasang Mata sempurna itu. Mas Tian !

Aku menoleh menatapnya, mungkin dia sedang menunggu jawabanku. Mas Tian juga jadi ikut menoleh karena aku menatap Tak percaya cukup lama ke arahnya.

"Oh mas tian, iya mas" kataku dengan mengambangkan senyum semanis mungkin.

"Rame banget abis, gua bingung mau duduk Mana."

Gawat, kupu - kupu di jantungku ini muncul lagi. Aku memilah setiap kata yang akan Aku ucapkan padanya. Makanku jadi terasa lebih lama. Moment ini tentu Tak boleh Aku lewatkan untuk bisa mengenalnya lebih jauh.

"Iya mas, emang mas Tian gak Ada pelajaran?" Tanyaku mulai menggali pertanyaan.

"Lagi kosong sih"

"Btw mas Tian ini anak Mon media ya?"

"Tahu dari Jo ya? Jo gak cerita macem - macem Kan?"

Mas tian rupanya juga sangat menjaga rahasianya sebagai seorang penipu. Pantas mas Jo sampai gemetaran menceritakan ya. Tentu Aku jugaa Tak mau jadi Ada jarak dengan mas tian, jadi lebih baik pura - pura tidak tahu saja"

"Tan?"
"Iya mas? Oh engga kok mas Jo jarang cerita"

Ah sial aku melamun lagi, celetukku dalam hati.

It's Okay To LeaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang