kilas balik

133 22 1
                                    

"umiii, Fathan rasanya jatuh cinta"

Fathan yang baru berusia 6 tahunan itu menyampaikan langsung pada uminya bahwa dirinya jatuh cinta. Sang umi tertawa menanggapi. Bocah kecil tau apa tentang cinta cinta? Itulah yang ada di pikirannya

"anak umi ternyata sudah besar ya."umi Zahra membawa Fathan ke pangkuannya, sengaja menghadapkan wajah putranya ke arahnya. Sesekali menciumi kening Fathan

"memangnya anak umi jatuh cinta sama siapa sih? Umi jadi penasaran seperti apa perempuan tipenya Fathan"

Dengan mata berbinar Fathan mulai mengekspresikan apa yang kini ia rasakan

"yang jelas caaantik umi. Hmm lebih cantik dali umi deh, kayak bidadali. Bidadali nya Fathan."

Umi Zahra yang terlampau gemas sendiri kembali memeluk putranya, lekas di peluk Umi Zahra kembali menoel noel pipi dan hidung Fathan

"Lihat bidadari di mana sih anak umi ini? ajak umi dong lihat bidadarinya"

Fathan kini turun dari pangkuan Uminya, ia kemudian menarik tangan Uminya mengarahkannya ke arah kamar

"Umi lihat bidadali pelsi dunia dulu, Fathan belum pernah liat Bidadali di sulga."

Suara tawa kembali terdengar, Umi Zahra cekikikan melihat putranya yang
Okee kembali lagi ke bidadari versi Fathan yang ada di balik jendela

"yang mana sayang?"

Seorang anak perempuan dengan rambut panjang terjuntai lurus lah yang Fathan tunjuk.

"Hanah Umi"

Mendengar nama yang di lontarkan putranya, Umi Zahra sejenak menurunkan pandangan nya, menatap putranya penuh tanya

"Beneran Hanah sayang? Kenapa Hanah? Kalo Mira, Fathan tidak suka?"

Mira dan Hanah, keduanya merupakan sahabat Fathan. Keduanya bahkan sudah seperti saudari bagi Fathan. Namun, jelas keduanya punya tempat berbeda di hati Fathan

"Hanah belani Umi, Mila selalu nangis, Fathan tidak suka pelempuan cengeng. Fathan suka Hanah, saat Fathan nangis Hanah selalu usap ail mata Fathan. Kalo Mila beda umi, Fathan nangis Mila juga ikut nangis jadi yang usap ail mata Fathan siapa Umi?"

***

Semilar angin menerbangkan debu debu yang ada di sekitar. Kumpulan awan di atas sana menjadi fokus ketiga orang yang sedang baring beralas karpet bulu di tengah Rooftop

Fathan, yang dengan manjanya berbaring di antara orang tuanya itu merubah posisi jadi terduduk

"Umi, Abi"

Keduanya menatap Fathan

"kalian marah nggak kalo Fathan sampai suka sama Hanah?"tanya Fathan dengan nada pelan serta tatapan teduhnya

Umi Zahra dan Abi Zul sontak ikut terduduk

"Dan sekarang kamu suka Hanah?"tanya Zahra memastikan dengan nada tak kala lembut nya

Berbeda dengan Abi Zul yang kini hanya menyimak, tak ada ketertarikan sama sekali

"mungkin ada sedikit Umi"

"baiklah, kamu udah bisa bedain yang benar dan salah. Persoalan cinta mu itu biar kamu sendiri yang atasi, Umi dan Abi percaya sama kamu." umi Zahra kembali merebahkan tubuhnya serta tatapan tertuju ke langit. Ekspresi nya nampak biasa biasa saja, tidak ada guratan senyum pun dengan guratan kekesalan hingga menimbulkan senyuman di wajah pemuda yang kini mencium tangan uminya dengan khusyu'

"Eh....itu istri abi."

Fathan tertawa kala Abi Zul menggeser tubuhnya dengan paksa.

"Abi protektif banget, anak sendiri juga"

Abi Zul yang kini tengah memeluk erat istrinya hanya merespon dengan menjulurkan lidahnya

"Abiii, nggak nafas. Pelukannya kenceng banget."

Fathan tertawa menyaksikan interaksi sepasang kekasih halal di depan matanya itu

"Fathan turun dulu deh, takut ngeganggu!"

***

"tunggu sebentar!"

Hembusan nafas kasar terdengar membuat nyali Hanah ciut untuk sekian kalinya

"hm"

Sesingkat itu? Hanah rasanya ingin meneriaki orang itu, namun apa boleh buat, pria itu ayahnya. Pria dingin yang menjadi orang tua tunggal untuknya

"ayah mau ke mana?"

Sorot mata itu menatapnya tajam, sebelum akhirnya kembali berjalan tanpa berkutik sedikit pun

"yah! Pertanyaan Hanah nggak di jawab? Padahal nggak ribet Lo ngejawabnya."

Hanah berjalan mengikuti Edward hingga melalui gerbang. Berharap sang ayah merespon. Namun, hingga mobil yang di kendarai nya itu melesat dan menghilang dari pandangan Hanah, pria itu tidak merespon sama sekali

Debu di bawah sana menjadi tempat pelampiasan Hanah saat ini.

"Ayah kayaknya budek deh! whuuuuu."

Saat hendak kembali ke dalam rumah, Hanah tidak sengaja melihat ke lantai 2 rumah tepat di depan rumahnya

"DARI TADI DI SITU?"

Dia atas sana Fathan yang tengah berdiri mengangguk. "tunggu sebentar"

Tidak memakan waktu lama Fathan telah berdiri di hadapannya

Fathan menatap jalan yang tadinya di lalui Edward. "Ayah mu pasti sedang sibuk jadi nggak usah sedih !"

Hanah memelas. "kamu selalu bilang itu, cuman mau hibur aku kan?"

"nggak, memang ayahmu sibuk."

"sudah deh, aku bukan anak kecil lagi yang langsung percaya dengan ucapan mu. Ayah ku memang tidak pernah menyayangiku!"

Tangan Fathan yang tadinya di saku celana kini ia lipat di depan dada

"sekejam kejamnya orang tua, nggak ada yang tau betapa besar rasa sayangnya terhadap anak mereka.
Tak ada orang tua yang tidak menyayangi anaknya, kalo pun ada berarti itu orang stres. Ayah mu bersikap seperti ini pasti ada alasannya."

Sebelum menyuruh Hanah masuk, Fathan terlebih dulu menaruh tangannya di atas kepala Hanah, namun tidak sampai menyentuhnya. Ia hanya menyentuh angin

"Fathan selalu ada buat Hanah, jangan lupa itu"

****

Bagaimana? Seru nggak di part ini

Yang belum vote ayokk di Vote spam komen juga yaaa

Nantikan terus kelanjutan ceritanya ini


Selalu dukung Author 🤍

Salam sayang untuk semua penggemar cerita ku yang satu ini, eh🤔 perasaan emang baru satu yaa🤭

Sekian dulu

Publish 21 Mei 2021

Me Or Your Religion Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang