[60] Epilog :)

13.3K 308 71
                                    

🌷°🌷°🌷

Aku bergelut dengan dapur pagi ini, rutinitas pagi menyiapkan kebutuhan pangan suamiku. Kutata semua masakan yang sudah matang, "Masak apa hari ini? Baunya sangat sedap sayang." ujar Mas Jiddan turun dari tangga.

"Udang tepung sama tumis kangkung Mas,"

"Keliatannya sungguh lezat, udah gak sabar," ku siapkan piring dan mengambilkan sarapan untuknya.

"Segini cukup Mas?" tanyaku. Mas Jiddan mengangguk.

Lalu kusodorkan piringnya, "Mau teh apa kopi?"

"Air putih saja deh sayang," aku mengangguk paham. Segera kuambilkan segelas air putih untuknya. Aku kembali menyiapkan bekal yang akan dibawa Mas Jiddan ke kantor.

Semakin hari Mas Jiddan semakin manja, ia tak kan memakai dasi bila tidak dipasangkan. Alasannya kalau dia yang memasang tidak pas, yang miring lah yang begitu lah. Alasan klasik memang, tak apa karena Mas Jiddan begitu hanya denganku seorang, hehehe.

"Selesai," ujarku.

"Terima kasih," titahnya sambil mencium keningku.

"Mas berangkat dulu ya," aku mengangguk lalu mencium punggung tangannya.

"Assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam, hati-hati Mas!"

Mas Jiddan mengangguk lalu memasuki mobilnya, setelah mobil Mas Jiddan menjauh dari pekarangan aku menutup pintu dan melanjutkan aktivitas lainnya. Apalagi setelah ditinggal Bi Ida pulang, aku harus mengurus semua sendiri. Iya Bi Ida izin pulang untuk mengurus anaknya yang sedang sakit. Jadi Aku dan Mas Jiddan hanya tinggal berdua di rumah.

🌷°🌷°🌷

Aku sudah berada di kantor Mas Jiddan, tadi dia menghubungiku untuk pergi kesana. Daripada bosen dirumah, pergilah aku kesana.

"Pagi Bu," sapa karyawan Mas Jiddan sopan.

"Pagi juga," ujarku sambil melempar senyum ke mereka.

Aku melihat Azam dan Mas Angga, ku hampiri mereka. Ternyata Azam menangis, ia menolak untuk di ajak pergi Mas Angga, ku dekati mereka.

"Assalamualaikum," sapaku. Azam dan Mas Angga menoleh.

"Waalaikumsalam Nte Syafa," ujarnya berlalu kepelukanku. Aku menangkapnya lalu mengendongnya.

"Waalaikumsalam Fa," sahut Mas Angga.

"Kenapa Azam Mas?" tanyaku.

"Tidak mau di ajak pulang Fa,"

"Mbak Ara kemana Mas?"

"Menjenguk temannya di rumah sakit Fa. Mangkanya Azam di titipin ke aku, eh anaknya malah rewel gini," Azam masih menangis di gendonganku. Aku tak tega melihat si kecil ini menangis.

"Yaudah biar Azam sama aku dulu aja Mas, lagian aku mau ke Mas Jiddan," sahutku.

"Jangan Fa, ngerepotin kalian nanti,"

"Tidak papa Mas, kayak ke siapa. Nanti aku sama Mas Jiddan yang mengantarkan kerumah kalian,"

"Kalau begitu makasih ya Fa, kalau Azam rewel hubungi aku atau Ara ya Fa. Ini aku mau buru-buru menjemputnya,"

"Iya Mas baik,"

"Azam salim dulu gih sama Papa," Azam menurut dan langsung salim ke papanya.

"Yaudah Fa, aku pergi dulu ya," pamit Mas Angga.

"Iya Mas, hati-hati!"

"Assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam," jawabku dan Azam berbarengan.

Syafa Adinda (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang