00.01 MENYEDIHKAN

68 12 16
                                    

"Apa yang lebih menyakitkan daripada kepada Sang Anak orangtua berkata 'kamu tidak berguna'?"

_______________

"Sok!"
"Angkuh!"
"Sombong!"
"Dia tidak ingin berbicara karena bisu mungkin, haha..."
"Dia tidak mendapat teman!"

Aku tidak tuli dan masih memiliki perasaan. Dadaku terasa panas dan jantungku berdegup kencang. Aku tahu kata-kata bisikan itu dilontarkan untukku meski mereka tak menyebut nama. Rasanya aku ingin sekali memaki dan berkata menyesal telah bersekolah dimana hanya berisi orang-orang tidak penting, yang dengan sibuknya menilai seseorang tanpa pikir panjang.

Aku terus berjalan seakan tidak mendengar apa yang mereka ucapkan. Ini sudah hampir sebulan sejak aku dinyatakan sebagai siswa SMA 5 Darma Bakti. Sejak saat itu pula sepertinya aku cukup banyak mendapat Hatters.

Sebenarnya aku tidak peduli. Sejauh ini hidupku tetap berjalan meski tanpa adanya sosok yang mereka bilang teman. Aku terbiasa sendirian, tidak butuh siapapun.

Sesampainya di kelas aku langsung duduk dan membaca novel. Bel pertanda masuk yang berbunyi tak menghentikan kegiatanku membaca buku fiksi ini.

Terdengar suara seseorang duduk di sebelahku. Tak ada niat untuk menolehnya, atau sekedar terbuyarkan fokusku membaca karena sosok ini. Aku tahu siapa itu. Yahzan Van Augur. Namanya memang sangat belanda, tetapi orangnya sama sekali tidak terlihat seperti keturunan ras tersebut. Yahzan adalah Saingan Sebangku. Aku tidak memiliki teman, jadi aku menyebutnya saingan sebangku.

Ayah selalu berkata, 'teman itu tidak ada, yang ada hanyalah orang-orang yang saling memanfaatkan.'

"Selamat pagi Es Batu," ucapnya padaku. Sungguh tidak ada niatan untukku menggubrisnya.

Yahzan memang tampan, tapi sifatnya adalah kutukan. Dia sepertinya akan menjadi bibit-bibit Playboy di sekolah ini. Bagaimana tidak, dengan modal tampangnya itu dia sudah berhasil mendapatkan dua mantan kakak kelas yang menjadi panitia MOS angkatan kami. Itu terjadi hanya dalam waktu kurang dari sebulan. Entah siapa target selanjutnya. Cih, dasar Playboy cap kaki badak bertanduk setan.

Oke, cukup. Jangan membahasnya!

"Miss Cassie tidak datang hari ini." Itu suara Rian si Ketua Kelas yang baru saja kembali dari ruang guru.

Sorak-sorai pun terdengar di kelas ini. Seakan sedang menang kupon undian.

"YEI! JAM KOSONG!" teriak salah satu siswa lelaki dengan girang.

"Tidak ada jam kosong!" Rian menjawab dengan tegas. Seluruh kelas kini terdiam. "Miss Cassie menitipkan tugas dari halaman tujuh belas sampai sembilan belas bagian pilihan ganda bab satu. Kerjakan dan wajib dikumpul hari ini. Tidak ada susulan dan bagi yang tidak mengumpul akan di anggap alpa," lanjutnya panjang kali lebar.

Banyak keluhan dari para siswa. Terutama siswa lelaki yang merasa menyesal memilih Rian sebagai ketua kelas. Rian adalah tipe orang yang pandai berbicara dan memiliki kharisma yang bagus. Saat kampanye pemilihan ketua kelas ia berhasil memikat banyak wanita dengan ucapannya. Beruntungnya ia tak hanya pandai berbicara tapi juga bertanggung jawab dengan tugasnya sejauh ini.

Setelah mendengar perintah tugas dari Rian tadi aku baru menghentikan kegiatan membaca novel. Ku ambil sebuah buku Lembar Kerja Siswa mata pelajaran bahasa Inggris. Tertera sebuah nama Eyira Nahza di sampul buku tersebut. Aku menatapnya miris.

Nama yang indah dengan hidup yang menyedihkan. --Pikirku.

Kutarik nafas dengan berat kemudian membuka buku dan mencari halaman yang Rian sebutkan tadi.

LINE OF DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang