00.04 TEMAN

31 7 6
                                    

"Setidaknya dengan memiliki teman hidupmu tidak semembosankan itu."

_______________


*AUTHOR POV*

"Za, untuk tugas tadi bagaimana jika kita kerjakan di rumahmu saja?" tanya Yahzan saat jam sekolah sudah selesai.

Nahza sepertinya dikutuk dengan kehadiran dua orang yang duduk di dekatnya ini. Pembagian tugas kelompok pembuatan makalah presentasi minggu depan berdasarkan tempat duduk dan tiap kelompok terdiri atas tiga orang. Mau tak mau Nahza yang bersebelahan duduk di sebelah Yahzan sekaligus berdekatan dengan Jeno pun harus terima jika kenyataannya mereka ber-partner.

"Kenapa harus di rumahku?" tanya Nahza sambil memasukkan buku-bukunya ke dalam tas.

"Jika di rumahku atau Jeno mungkin saja ibumu tidak setuju kau pergi ke rumah seorang lelaki," jawab Yahzan.

"Aku juga berpikir begitu," tambah Jeno.

"Terserah."

Jika bukan karena tugas sekolah, aku tidak akan mau bersama kalian. Ujar gadis itu dalam hati.



*****

"Sudah kuberitahu cara menghafalnya dengan cepat. Kenapa tetap tidak bisa?!"
"Kalian ini anak SMA atau anak SD?!"
"Sudah ku katakan derajat Cos semua nilainya kebalikan Sin, Cot kebalikan Tan, Cosec itu kebalikan Sec! Masih tidak bisa? Otak kalian hasil hadiah Natal atau bagaimana?!"
"Kenapa kalian tidak bisa sedikit saja mengerti hal ini, huh?!"

Yahzan dan Jeno menelan salivanya kasar. Nahza benar-benar mengerikan jika sudah belajar serius seperti ini. Ditambah mereka berdua masih sulit memahami satu pelajaran yang mungkin memang banyak dibenci kalangan pelajar. Matematika.

"Za, kami sulit memahaminya. Bisa ulang kembali?" Jeno meminta dengan sangat.

Gadis di hadapannya itu berusaha mengatur nafas dan menetralkan emosi. Jika boleh memilih rasanya lebih baik ia mengerjakan tugas sendirian tanpa kelompok. Tentu saja akan lebih mudah dan ia tak harus membuang banyak tenaga untuk menjelaskan.

"Begini saja ... Bagaimana jika Nahza bagian Penyaji Materi, Jeno Moderator dan aku sebagai Penjawab Pertanyaan?" usul Zharo.

"Sepertinya ide bagus."

"Memangnya kau bisa menjawabnya?" tanya Nahza ragu.

"Jika urusan menjawab aku bisa, tapi untuk menjelaskan materi biar ku serahkan pada masternya. Kan nanti Nahza bisa bantu jawab soal, aku yang berbicara," Yahzan melihat Nahza sambil memerkan deretan giginya.

Nahza berpikir sejenak. Menjadi penyaji materi tentunya akan banyak berbicara dan Nahza benci hal itu.

"Kau mau 'kan, Za?" Jeno bertanya dengan nada lembut. Entah kenapa rasanya Nahza seakan tidak bisa menolak, gadis itu refleks mengangguk.

Ibu Nahza bekerja sebagai apoteker dan ayahnya adalah seorang Pengusaha. Keduanya hanya libur di hari sabtu dan minggu, sedangkan sekarang masih hari Jum'at yang tentu saja mereka masih bekerja.

Biasanya Nahza sendirian di rumah, atau pergi ke perpustakaan kota jika bosan. Namun untuk pertama kalinya, hari ini ia bersama dua orang yang entah mengapa takdir seakan membuat mereka terus menerus berdekatan.

"Kalian tidak lapar?" tanya Yahzan setelah mereka bertiga menyelesaikan tugasnya.

"Sedikit," jawab Jeno.

"Masih jam empat, bagaimana jika kita mencari makanan ringan?" Yahzan melirik arlogi yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Aku tidak lapar." Nahza berkata dengan malas.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 26, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LINE OF DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang