Chapter 4 : Perpustakaan Amor
"Oke, guys. Terima kasih udah nonton live gue. Sampai jumpa, stay healthy yaa."
Moon menghempaskan tubuhnya ke atas kasur. Membiarkan handphone nya tergeletak mengenaskan dilantai. Selama kurang-lebih 1 jam Moon live di Instagram, namun orang tua nya tak kunjung pulang. Ya...nasib jadi anak dari keluarga sibuk yang kerja dari pagi hingga malam. Tapi Moon sudah terbiasa dengan hal itu. Malahan dengan tidak adanya Della dan Daniel─orang tua Moon, Moon merasa lebih bebas. Karena biasanya, jika Della dan Daniel ada dirumah, mereka pasti menyuruh Moon tetap dikamar untuk belajar.
Seperti sekarang ini, Moon tengah menuruni anak tangga untuk keluar dari rumah, sekedar menenangkan diri.
"Non Bulan." Itu suara Bi Inah, satu-satunya asisten rumah tangga dirumah Moon. Bi Inah memang sudah terbiasa memanggil Moon dengan sebutan "bulan". Anggap saja, itu panggilan khusus dari Bi Inah untuk Moon.
"Iya Bi?" Moon menghampiri Bi Inah yang sedang menyiapkan makan malam dimeja makan.
"Non mau kemana?" Tanya Bi Inah seraya tersenyum.
"Mau keluar aja bentar. Aku bosen lama-lama dikamar. Jadi Bi, nanti kalo Mami sama Papi pulang terus nanyain aku, bilang aja aku udah tidur ya. Tapi jangan lupa, bilang juga aku nggak mau diganggu tidurnya. Biar mereka nggak mau masuk kamar aku," pesan Moon lalu tersenyum penuh harap, sedangkan Bi Inah terkekeh kecil.
"Baik Non. Hati-hati ya! Pulangnya jangan kemalaman."
Membalas ucapan Bi Inah dengan senyum, Moon keluar rumah saat itu juga. Saat baru sampai di Indonesia, jujur dia sangat ingin berkeliling komplek walaupun sebentar.
"10 tahun gue tinggalin tempat ini, udah banyak yang berubah aja ya," gumam Moon sambil terus berjalan santai.
"PERPUSTAKAAN AMOR."
"Wah! Wah! Demi apa sih perpustakaan ini sampai sekarang masih ada!"
Moon memasuki perpustakaan tersebut. Perpustakaan minimalis serba kayu dengan warna coklat mendominasi. Juga aroma khas buku-buku baru memenuhi perpustakaan yang bernama Amor.
Di samping pintu terlihat lelaki tua dengan tatapan sayu sedang duduk, melihat Moon dengan seksama seolah dia pernah melihat Moon sebelumnya.
"Ayu?" Merasa namanya dipanggil, Moon menoleh ke sumber suara dan menatapnya dengan pikiran yang melayang jauh ke masa lalu, mencoba mengingat-ngingat siapakah lelaki tua itu.
"Kakek Iyan?!!" Pekik Moon, lalu menghampiri orang yang dipanggilnya dengan sebutan Kakek Iyan dan memeluknya. Kakek Iyan memeluk balik Moon dan mengusap rambut Moon, lembut.
"Kakek Iyan apa kabar? Ayu kangen banget sama Kakek." Kakek Iyan terkekeh kecil seraya meletakkan buku yang dipegangnya diatas meja kayu.
"Kakek sehat, alhamdulilah."
Tanpa sadar air mata Moon menetes. Matanya terasa memanas dengan perasaan yang campur aduk antara bahagia dan terharu. Mungkin orang-orang merasa Moon lebay dan semacamnya. Tapi perlu diketahui, Kakek Iyan merupakan orang baik yang sangat disayangi Moon dihidupnya. Sehingga Moon sudah menganggap Kakek Iyan seperti Kakeknya, begitupun dengan Kakek Iyan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOON
Teen FictionComedy ─ Romantis. Selepas pulang dari London, Moon bertekad untuk fokus mengejar tujuannya. Tidak! Lebih tepatnya tujuan orang tuanya. Yaitu agar Moon bisa mendapatkan juara umum di sekolahnya. Dia Claretta lin Moon. Panggil saja Moon. Si cantik...