13. Pulang

1 0 0
                                    

Happy Reading :)
_____

"Semoga saja ini tidak sulit, semoga saja semuanya baik, semoga..."

***

Sudah dua hari semenjak kejadian itu, dan selama itu pula Neyla terjebak di dalam rumah dua tingkat milik Galen. Bukan rumah asli, namun rumah terpencil yang cowok itu jadikan tempat eksekusi korbannya.

Neyla mendekam didalam kamar yang menjadi TKP pembunuhan Sarah yang sudah dibersihkan sebelumnya oleh seorang pria paruh baya yang Neyla perkirakan sudah berusia kepala lima.

Kasur dan segala perabotan kamar diganti dengan yang baru, bahkan pria paruh baya itu memberikan dua set baju baru untuk Neyla.

Ceklek!

Neyla sedang duduk diatas ranjang dengan posisi menekuk lutut dan membenamkan wajah diatasnya, cewek itu lantas menegakkan tubuh. Neyla melirik ke arah pintu yang terbuka, sosok yang paling tidak ingin ia lihat lagi muncul disana, menatap Neyla tajam.

Saat Galen sudah duduk di tepi ranjang, Neyla menghembuskan napas panjang, menatap cowok dihadapannya dengan sorot memohon.

"Gue mau pulang"

"Pulang? Ini rumah lo"

"Abang gue pasti khawatir, gue harus pulang"

Galen mengerutkan wajah, menatap tajam Neyla yang mengatupkan kedua tangannya memohon. Galen melepaskan tautan tangan Neyla, cowok itu mendorong Neyla hingga terbaring, ia menahan kedua tangan Neyla diatas kepala cewek itu, Neyla terpejam sejenak dengan alis yang mengerut, kemudian kembali menatap Galen yang sudah berada di atasnya.

"Len, please... "

Galen membelai pipi Neyla dengan sebelah tangannya yang terbebas.

"Don't think about anything, but me. Just me, Neyla"

"Tapi, dia satu satunya keluarga gue, Len. Dia pasti khawatir gue gak pulang dua hari. Besok juga kita harus mulai sekolah lagi kan? Please?"

Galen bangkit, lalu duduk di pinggir ranjang dengan posisi memunggungi Neyla.

"Pergi."

Galen berucap tanpa berbalik menatap Neyla.

"Pergi, Neyla"

Senyum Neyla merekah, ia lantas segera bangkit pergi membuka pintu tanpa sedikitpun berniat melirik Galen, sampai cowok itu kembali membuka suara.

"Pergi, dan satu persatu orang terdekat lo mati"

Neyla berbalik dengan tampang frustasi. "Len?!"

Cowok itu mendengus, memilih membaringkan tubuhnya di ranjang dan memunggungi Neyla, tak menggubris protes yang dilayangkan cewek itu.

Neyla mengacak rambutnya kesal. Ia mengambil tas sekolah miliknya yang tergeletak disamping pintu. Terserah, Neyla hanya ingin pulang, dan bebas.

***

Neyla akhirnya sampai ke rumah ketika hari sudah menjelang malam setelah berjalan beberapa kilometer untuk mencapai jalan raya, kemudian menyetop taksi dan menyebutkan alamat yang dituju.

Let's We Play [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang