Prolog

57 3 0
                                    

~Januari 2008~
Malang

"Bunda"Teriak seorang gadis kecil berlari menghampiri sang Bunda yang tengah terduduk lemas di lantai bangsal rumah sakit.Dia hanya menatap sang bunda yang tidak bisa berhenti menangis bahkan saat dia sudah ada di hadapannya.

"ayah kenapa?" Tanya nya polos dengan tetap menatap sang Bunda yang menangis"bunda,ayah kenapa di tutup seperti itu?"tanyanya lagi,dengan tetap menatap bundanya dengan polos.

"Rindu"ucap sang bunda dengan menatap Rindu dengan sendu"sini sayang,peluk bunda"lanjutnya dengan mengulurkan kedua tangannya untuk menangkup sang putri agar memeluk dirinya.

"Bunda kenapa nangis?"tanya Rindu polos"apa ayah pergi?"tanya Rindu lagi dengan tetap di pelukan Bunda.

sang Bunda kaget dengan pertanyaan sang putri tercinta bagaimana dia mengerti bahwa sang ayah telah pergi sedangkan dia saja belum memberi tahunya apapun"Rindu bagaimana kamu tau nak?"tanya sang bunda dengan melepaskan pelukannya.

"aku membacanya di buku,dan di buku tertulis seperti itu bahwa orang yang meninggal akan di tutup dengan kain,dan ayah sekarang seperti itu"jawabnya polos dengan tetap menatap mata sang bunda.

"Rin..."belum sempat suci menjawab perkataan sang putri seseorang telah terlebih dahulu,memotong perkataannya.

"Permisi dengan keluarga Bapak Handoko?"ucap seseorang dengan menghampiri mereka.

"Iyah benar dok saya suci istri dari bapak Handoko,ada apa yah dok?"tanya Suci dengan berdiri mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh sang dokter,tidak lupa dia memegang tangan sang putri.

"Saya bisa berbicara sebentar dengan anda? Ada yang harus saya sampaikan"tanya sang dokter dengan sopan.

"iyah,Boleh dok"setelah mengucapkan kata itu suci pun mengikuti arahan sang dokter untuk pergi keruangannya,dan meminta rindu untuk menunggunya dan tidak pergi kemana mana selagi dia berbicara dengan  dokter.

Selama menunggu bunda kembali Rindu menatap sang ayah di depan balik kaca ruangan itu,karena dia tidak di perbolehkan masuk oleh sang bunda jadi dia hanya bisa menatap sang ayah di balik kaca di depan kamar sang ayah berada,yang sudah terkapar lemas tertutup kain putih.

Rindu mengerti dengan apa yang sekarang dia lihat dan kelurganya hadapi,tetapi dia berusaha tenang karena tidak mau melihat sang bunda menangis jika dia menangis,itu hanya akan membuat sang bunda bertambah sedih.

mungkin rindu masih gadis kecil berumur 6 tahun yang tidak mengerti apapun,tapi sang ayah telah mengajarkan banyak hal kepadanya terutama mengajarkan "kita harus tetap kuat dan tersenyum seolah olah tidak mengetahui apapun meskipun hati kita rapuh,karena hanya itu sumber kekuatan bagi kita dan orang di sekitar kita" masih teringat jelas di ingatannya perkataan sang ayah, terlebih lagi rindu adalah salah satu orang yang tidak bisa melupakan apapun dalam hidupnya,bahkan hal kecil sekalipun.

🍀🍀🍀

~Di tempat lain~

"Dok,apa yang terjadi dengan suami saya,dia hanya punya bekas luka kecil di lehernya,kenapa hanya karena hal itu suami saya bisa meninggal?"tanya suci dengan masih teringat bekas luka sang suami tercinta.

"Itu lah hal yang ingin saya sampaikan kepada ibu"ucap sang dokter

"Maksud dokter?"tanya suci

"Suami ibu memiliki bekas luka yang sangat kecil,namun aneh nya suami ibu meninggal hanya karena luka kecil itu,makanya kami selaku dokter ingin mengadakan otopsi,karena kami curiga suami ibu adalah salah satu korban dari pembunuhan berantai saat ini,atau lebih dikenal dengan sang capung"ucap sang dokter

"Otopsi? Pembunuhan? Itu tidak mungkin dok,suami saya adalah seorang Jaksa tidak mungkin ada orang yang ingin membunuh nya"ucap suci dengan tegas dan masih tidak percaya dengan apa yang di katakan dokter.

"Karena suami ibu adalah seorang jaksa,ada kemungkinan bahwa suami ibu adalah korban dari pembunuhan sang capung"ucap dokter lagi dengan serius.

Tokkk....tokkk...tokkk
terdengar suara seseorang mengetuk pintu ruangan.

"Silahkan masuk"ucap dokter mempersilahkan seseorang tersebut untuk masuk keruangannya.

"Selamat siang,dokter Andre saya Dimas selaku detektif dalam kasus pembunuhan sang capung"ucap sang detektif dengan memperlihatkan tanda pengenalnya.

"Ini apa yah dok?,kenapa ada detektif seperti ini?"tanya suci bingung dengan semua nya

"Tenang ibu,dia adalah detektif dimas,kebetulan detektif dimas adalah detektif kenalan saya sekaligus detektif yang menangani kasus pembunuhan suami ibu"ucap dokter memperkenalkan Dimas

"Terus maksud semua ini apa?,kenapa dokter memperkenalkan dia kepada saya?,apa hubungannya dengan saya?"tanya suci masih tetap bingung dengan semuanya

"Ibu saya mohon untuk tenang dulu,karena menurut kepolisian suami ibu adalah salah satu korban dari seorang pembunuh berantai yang sampai saat ini sedang kita incar"ucap Dimas menenangkan Suci " ibu tenang saja kami dari pihak kepolisian sedang mencari cari pelaku,dan untuk selebih nya biarkan dokter Andre yang menjelaskan "lanjutnya

"Jadi begini ibu...."selama dokter Andre,Dimas dan suci berbicara,Rindu sudah berdiri di ambang pintu dan mendengar semua yang mereka bicarakan.

"Ayah?,dibunuh??,capung?? Apa maksud pembicaraan mereka,kenapa ayah bisa dibunuh?"batin rindu dengan tetap Pokus mendengarkan semua pembicaraan mereka,tetapi satu yang rindu mengerti bahwa ayahnya meninggal karena di bunuh oleh capung nama samaran yang terus di bicarakan ketiga orang dewasa itu.









Halo semua maaf yah kalo cerita nya masih rumpang rumpang dan gak nyambung,karena ini cerita pertamaku yang baru berani aku publish,aku gak minta lebih hanya minta dukungan dari kalian♥️ terimakasih semua🥰

Ruang & RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang