dua.

78 9 1
                                    

Ludra benar-benar jengah melihat salah satu tingkah manusia yang tak mau berhenti menggerutu atas kebodohannya sendiri.

Demi apapun Adara sangat malu. Namun sedikit ada rasa senang ketika Altair meminta Ankaa untuk mengembalikan bukunya tak lupa juga dengan senyuman simpul milik Altair yang ditujukan untuknya.

Alhena dan Ludra memang sudah berencana untuk menginap di rumah Adira hari ini untuk marathon drama Korea yang belum sempat mereka tonton.

Ludra memutar bola matanya sekejap, "Ra lo sadar udah hampir dua jam lo jungkir balik kayak gitu?"

Adara menoleh dan mendapati Ludra yang masih terfokus pada laptop dan Alhena yang diyakini Adara sedang chatting dengan Rigel "Ya mau gimana lagi, gue malu"

Alhena terkekeh geli melihat tingkah Adara yang seperti itu hanya karena seorang cowok bernama 'Altair', "masih punya urat malu ternyata lo Ra"

Ludra membenarkan posisinya menjadi lebih nyaman lalu berbalik menghadap Adara "Alhena kan pacarnya Rigel nah tinggal lo ngikut kalo dia mau ketemu Rigel kan bisa Ra"

Adara menoleh, juga Alhena yang mulai tertarik untuk topik yang mereka pilih "Gue yakin masih ada harapan selama Altair belum ada yang punya"

Ludra mengangguk membenarkan ucapan Alhena "Gak ada berita juga kalau Altair udah ada pacar"

"Iya kalo belum ada gebetan, kalo udah ya gue ngerti lo tau bahasa Inggrisnya bulan sama pintu"

Berfikir sejenak apa maksud kata yang terlontar dari mulut Ludra, Adara melotot ketika tau apa yang sahabatnya maksud "Belum apa-apa juga gue udah harus mundur"

"Ya udah si terserah, yang terpenting lo gak ngerusak hubungan antara Altair sama orang yang dia suka. Dan satu lagi semoga aja dia beneran gak ada gandengan"

Adara berucap pelan, "Gue harap juga gitu"

Ditempat yang berbeda, tepatnya di kediaman keluarga 'Ardana', Altair dan yang lainnya sengaja berkumpul dengan alasan bosan.

Di gazebo belakang, tepatnya di sebelah kolam renang Estell menyanyikan lagu dengan iringan gitar yang dipetik Altair.

Tak dipungkiri dari keenamnya, suara Estell yang paling jauh dari kata buruk. Maka dari itu setiap kali mereka mengadakan konser dadakan Estell lah yang akan turun.

Mars dan Arctu mengipasi api yang mulai padam. Bukannya apa, tapi untuk menghidupkan suasana katanya.

Jangan tanyakan Rigel yang sedang mengetikkan kata dilayar ponsel miliknya, juga Esta yang terlalu betah berkutat dengan buku tebalnya sekalipun ia sedang bersama dengan temannya.

Selesai mengalunkan sebuah lagu, Estell melirik yang lain sebentar "Kembaran gue kenapa si buku terus yang diliatin sama dia gabung siki kek"

"Males" kompak kelimanya

Saking seringnya Esta mengatakan kata 'Males' semua menjadi hafal saat-saat dimana seorang Esta akan menggunakan kata andalannya.

Arctu berdiri diikuti Mars dan mengambil posisi duduk di samping Esta "Bukannya yang nabrak lo tadi Adara Artelladinata ya Al?"

Rigel menoleh sembari meletakkan ponselnya ke dalam saku celananya "Iya, Adara sahabat pacar gue yang ikut olimpiade matematika juga"

Adara memang dikenal dengan kepintarannya. Selain cantik dan manis pintar juga faktor utama yang membuat para siswa maupun siswi mengenalnya, bahkan banyak yang terang-terangan mengaguminya.

Altair mendengkus membuat yang lain menggelengkan kepala "Gue kenal juga sebatas kenal gak lebih"

Arctu menatap Altair heran "Kurang apa dia Al, Cantik?iya Pinter?iya body goals juga lagi. Kalo gue si iya iya aja"

Altair berucap enteng "Ambil"

Kekehan kecil keluar dari mulut Esta "Segitunya lo suka sama yang gak pernah ada Al"














The Strains Of The HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang