satu.

137 7 3
                                    

"Demi apa lo suka sama tuh manusia Ra?!"

Suara yang begitu melengking itu berasal dari mulut Alhena Gelvira. Bahwasannya ia tidak menyangka penuturan salah satu sahabatnya, Adara Artelladinata.

Adara menghela napas sembari menggerutuki dirinya sendiri karena mengatakan apa yang seharusnya ia pendam dalam diam "Iya gue serius"

Iya, Adara Artelladinata. Gadis berambut panjang bergelombang, kulit putih serta lesung yang terpatri di pipinya baru saja mengatakan bahwa ia menyukai Ciptaan Tuhan yang bernama Altair Razka Ardana.

"Lo yakin sama perasaan lo tapi apa lo yakin seorang Altair Razka Ardana punya perasaan sama lo?"

Skak!

Bagai ditusuk ribuan belati, bagaimana bisa Adara hanya memikirkan dirinya yang telah jatuh pada pesona seorang Altair?

"Aludra Zakeishia, gimana caranya lo kalo ngomong suka bener" Alhena terkekeh begitu juga Ludra tentang kebodohan sahabatnya yang begitu natural

Adara menghela napas gusar. Bagaimana Altair suka padanya sedangkan ia saja tidak tau apakah Altair mengenalnya atau tidak.
Miris sekali memang.

Disisi lain dalam waktu yang bersamaan, A²rMee yang terdiri dari Altair,Arctu, Rigel, Mars, Esta, dan Estell melakukan ritual wajib yang hampir setiap hari mereka lakukan, bolos.

Estell bernyanyi memainkan sebuah lagu dengan petikan gitar sedangkan yang lain ikut bernyanyi diwarung belakang sekolah milih Bu Inah yang sering mereka singkat menjadi WarBuNah.

"Pacarku hilang diambil orang apakah wajahku kurang tampan sayang"

Altair terkekeh pelan, "Emang lo ngerasa tampan gitu Tell?"

Sontak pernyataan Altair mengundang gelak tawa yang lainnya, bahkan Bu Inah pun ikut tertawa karena tingkahnya.

Mars memukuli bahu Esta sedangkan yang dipukul memasang muka datar saking dinginnya. Juga Arctu yang menghilangkan air yang merembes dari matanya akibat terlalu lama tertawa.

Mereka memang tipikal yang mudah bergaul, tapi tidak untuk manusia kutub bernama Esta yang sifatnya berbanding terbalik dengan Estell yang notabene merupakan kembarannya.

Rigel memegangi perutnya yang terasa sakit akibat terlalu lama tertawa "Anjir si Altair, kalo ngomong suka pedes baner"

"Sialan lo pada"

o0o


Adara berlari menyusuri koridor dengan napas tersengal-sengal sembari meneriaki nama orang yang tengah ia kejar "Ankaa balikin buku gue woy"

Teman sekelas yang memiliki hobi mengganggu Adara itu terus berlari tanpa mempedulikan ucapan yang terlontar dari mulut Adara.

Sedangkan Alhena dan Ludra berada tepat dibelakang Adara untuk membantu "Udah si Ra diambil besok aja"

Adara mendengkus "Ada tugas buat besok ya kali kue mau kena hukuman Pak Marco"

Di ujung koridor Ankaa berbelok kanan setelah melakukan gerakan seolah ia akan terus lurus. sontak dengan tenaga yang tersisa Adara memutar tubuhnya ke kanan.

Saat melihat ada orang yang tengah berjalan sontak suara Alhena dan Ludra memekik di seluruh koridor "Adara Aw--"

Dan tanpa disangka tubuhnya oleng yang berakibat menubruk dada bidang seseorang.

Pelajaran telah berakhir sepuluh menit yang lalu sedangkan Altair dan yang lain baru saja masuk ke kelas untuk mengambil tasnya.

Jangan tanyakan kemana saja mereka ketika jam belajar tengah dimulai karena jawabannya pasti warung Bu Inah.

Keenamnya menyusui koridor yang sudah sepi akan orang yang berlalu lalang. Namun ke enamnya juga terheran akibat kerasnya suara teriakan seseorang.

"Adara Aw--"

Brukk

Sontak semua mata tertuju pada arah dimana seorang Adara Artelladinata menabrak seorang siswa bermarga 'Ardana' itu.

Adara mengangkat kepalanya dengan ragu hingga netranya bertemu dengan seorang yang ia tabrak.

Lidahnya serasa kelu untuk mengucapkan sebuah kata "Ma..ma maaf Al"

Yang di tabrak hanya berdehem kemudian tersenyum simpul dan melanjutkan langkahnya kembali meninggalkan beberapa manusia disana tak lupa meminta agar Anka mengembalikan bukunya.

Alhena dan Ludra berlari kecil menghampiri Adara. Tatapan keduanya seakan bertanya 'lo gak papa' lalu Adara menganggukkan kepalanya pertanda bahwa ia tidak apa-apa.

Rigel berhenti sejenak melirik Alhena "Pulang sama siapa?"

"Sama Adara Gel, kamu duluan aja"

Rigel mengangguk. Alhena memang berpacaran dengan Rigel dua Minggu yang lalu setelah satu tahun digantung seperti jemuran.

Setelah Altair dan antek-anteknya melenggang dari pandangan Adara, ia menjatuhkan dirinya di lantai koridor. Bahkan ia melupakan kekesalannya pada Ankaa.

"Gak papa beneran Ra?"
Adara melirik kedua sahabatnya "Rasanya kayak mau meninggoy!"







Maafkan author yang nulisnya masih bnyk kekurangan:(








The Strains Of The HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang