Bab 8: Mind

283 39 9
                                    

Jadi, seperti yang dikatakan Shu, Sasuke adalah seorang honko. Pria itu berkata bahwa semua trainee, maiko, geisha, dan honko dari okiya mereka adalah anak-anak yang diadopsi dari panti asuhan oleh okami mereka. Pada awalnya, okiya hanya merawat dua anak, lalu setelah mereka menjalani upacara mizuage dan menjadi geisha resmi dan menambah pemasukan uang, jumlah anak yang diambil terus meningkat. Hingga hari ini, di okiya mereka yang bernama Hana-fubuki, ada 3 geisha pensiun dari generasi-generasi sebelumnya, 5 geisha, 3 honko, 6 maiko, dan 3 trainee.

Dalam sebuah okiya, biasanya setelah trainer menjalani latihan keras dan resmi menjadi maiko, akan ada keluarga khusus yang mematroni mereka. Keluarga ini bertugas menyokong kebutuhan sang maiko sampai dia menjalani mizuage. Sebagai gantinya, ketika upacara mizuage, salah satu pria dari anggota keluarga patron berhak untuk mengambil kesucian si maiko yang mereka sokong.

Mizuage untuk Hinata akan diadakan satu minggu lagi, tepat setelah Pentas Drama Topeng Noh dilaksanakan. Oleh karena itu, untuk mizuagenya, Hinata harus menjahit sendiri kimononya. Katanya, karena itulah, mereka berada jauh di Daratan Utama untuk mengambil sutra dari Abaraya. Akan tetapi, karena mereka mengalami kecelakaan, sutra Abaraya itu menghilang.

Setelah mereka masuk ke mobil Gaara bersama satu polisi lain—yang mengenalkan dirinya sebagai Kankurou—mereka meluncur melewati jalanan pegunungan yang lengang dan dipenuhi belokan di mana-mana. Hinata hanya menundukkan kepalanya menatap tabi kecokelatan yang kotor di kakinya sementara pikirannya berusaha memproses informasi yang dibisikkan Shu. Sementara itu, Kankurou dengan semangat mengajak mereka berdua bicara. Akan tetapi, karena Hinata masih sangat asing dengan hal-hal di dunia ini, yang menjawab semua pertanyaan Kankurou yang pada dasarnya tidak berbobot, adalah Shu, atau Sasuke.

"Jadi, kalian menggunakan riasan yang sama untuk geisha laki-laki dan perempuan?" tanya Kankurou sembari menolehkan kepala berambut cokelat gelapnya ke kursi penumpang.

Sasuke menarik sudut mulutnya membentuk senyuman tipis, lalu megangguk halus, "Begitulah."

Hinata, yang masih menunduk, melirik Sasuke yang tengah tersenyum. Walaupun wajah Hinata setenang danau hijau tanpa riak, di dalam pikirannya, dia menggerutu, 'Woy, Shu, bicara tentang riasan, kenapa wajahmu terlihat bersih? Kamu bahkan tidak memakai pewarna bibir!'

Senyum lembut Sasuke masih bertahan di mulutnya, bahkan saat dia menyahut di dalam hatinya, 'Riasannya berat. Aku mencucinya begitu terbangun.'

Mencucinya? Samar-samar, Hinata teringat penampilan Sasuke saat baru terbangun; pria itu masih mengenakan uchikake brilian biru tua dengan kerah putih, obinya terlilit rapi, tapi wajahnya memang mulus. Jika alasannya karena Sasuke telah mencuci wajahnya, maka Hinata bisa mengerti kenapa pada saat itu wajah Sasuke terlihat basah dan rambutnya meneteskan air.

'Lalu kenapa kamu tidak mencuci wajahku juga?' rutuk Hinata.

"Bagaimana caranya? Apa mengenakan kimono dan memakai riasan butuh waktu lama?" tanya Kankurou lagi. Gaara, yang diam saja sejak terakhir kali bicara dengan Sasuke, melirik Kankurou denhan wajah sinis, tapi dia tidak mengatakan apa-apa.

Sementara itu, diberikan dua pertanyaan yang harus dia jawab, Sasuke kembali memperlebar senyumnya. Selama itu, dia menyahuti pertanyaan Hinata dengan satu kata, 'Malas.' Satu detik berikutnya, dia membuka mulut dan menjawab pertanyaan Kankurou, "Sangat lama jika sendiri. Jika maiko binaanku membantu ..." Sasuke melirik Hinata, satu senyuman lembut menghiasi mulutnya, "... waktunya akan lebih cepat."

Dilirik seperti itu, Hinata tiba-tiba merasakan gelombang kekaguman menampar hatinya. Sasuke sangat hebat; dia menjawab pertanyaan Hinata sementara benaknya sibuk memikirkan jawaban untuk pertanyaan Kankurou. Selain itu, dia dapat mengatur gerakannya untuk terlihat sangat anggun sementara wajah, senyum, dan tindak-tanduknya begitu halus.

Isekai's System : Purple OrchidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang