Begitu Sasuke kembali fokus pada jalanan, Hinata yang sebelumnya menatap pepohonan hijau di setiap sisi jalan yang masih berlarian ke belakang, menolehkan kepalanya ke arah wajah kaku Sasuke, lalu menarik napas bosan.
"Hei, Sasuke, tahu tidak?"
Sasuke membanting setir ke kanan saat dia membelokkan mobil di pertigaan. Gerakannya anggun dan tenang, membuat Hinata bertanya-tanya dalam hatinya apakah Sasuke sudah pernah ke dunia ini dan menghapal jalanan dengan baik menuju okiya mereka.
Setelah kembali menyetabilkan kecepatan mobil, Sasuke menyahut, "Tidak."
Mulut Hinata mengerucut cemberut. "Ya, makanya aku mau memberitahumu!"
Sasuke diam saja, tapi dia bersikap seolah dia menunggu dengan sabar sampai Hinata sendiri yang mengucapkannya.
Melihat reaksi itu, Hinata menurunkan sedikit kelopak matanya dan kembali melihat ke jalanan dengan aspal hitam di hadapan mereka, lalu berkata, "Aku tidak suka pikiranku dibaca. Rasanya, seperti aku tidak punya tempat di dunia. Hei, bagaimana cara agar pikiran kita tak lagi terhubung?"
"Kembali ke markas utama dan laksanakan transmisi lagi. Akan tetapi, 75% kemungkinan adalah singgungan sel otak kita tetap akan terjadi."
Hinata bergidik saat mengingat vertigo tak terbatas yang dialami selama transmisi di dalam portalnya, jadi dia akhirnya hanya tersenyum masam.
"Jadi, apa ini tidak bisa dijelaskan Fisika—seperti yang sering kau bilang itu?"
Yah, bagaimana pun juga, Hinata percaya, setiap hal di dunia ini bisa dijelaskan secara logika. Dia menyukai matematika sejak kecil, jadi dia tahu bahwa hal paling tidak masuk akal sekalipun, bisa diterima oleh otak manusia yang mau berpikir. Oleh karena itu, dengan penjelasan Sasuke, dia berharap akan ada teori lainnya tentang ini.
"Jangan dipikirkan. Jangan diinginkan. Itu terjadi karena keinginan kuat untuk membaca pikiran satu sama lain," jelas Sasuke. Dia menurunkan kecepatan mobilnya secara perlahan saat mobil sewaan itu memasuki kota yang sedikit ramai, dipenuhi orang-orang yang mengenakan yukata[1] dan kinagashi[2] dalam berbagai warna. Orang-orang itu sibuk sendiri dengan urusan mereka, beberapa tengah makan di restoran yang terbuat dari kaca, beberapa yang lain hanya melangkah ringan menyusuri trotoar. Sasuke kembali berkata, "Aku sebenarnya ingin tahu pikiranmu agar probabilitas keberhasilan misi meningkat, tapi protokol utama misi adalah dengan membuat host nyaman, jadi jika kamu tidak suka, aku akan berusaha berhenti menebak pikiranmu."
[1] Yukata adalah kimono santai yang dibuat dari kain katun tipis tanpa pelapis untuk kesempatan santai di musim panas.
[2] Kinagashi adalah kimono santai yang digunakan saat keluar rumah atau dalam kesempatan tidak resmi. Ini adalah jenis kimono yang digunakan oleh pria.
Hinata tertawa mendengar penjelasan itu. "Jadi, selama ini kamu menebak-nebak isi pikiranku?"
"45% iya."
Pada detik berikutnya, Hinata menemukan bahwa dia tidak punya hal lain yang ingin dia katakan, tapi dia tidak mau berhenti bicara saat ini. Dia ingin tahu tentang dunia ini, tentang daerah yang terbagi dalam daratan-daratan, tentang orang-orang yang mengenakan baju tradisional Jepang di mana-mana, atau tentang mereka yang menjadi geisha. Pertanyaan di benak Hinata terlalu banyak, tapi dia tidak tahu harus mulai dari mana.
"Hei, Sasuke," panggil Hinata.
Sasuke berdehem, "Apa?"
Hinata membuka mulutnya, tapi dia lupa mau bertanya apa, jadi dia kembali menutup mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Isekai's System : Purple Orchid
Fanfiction|FANFICTION STORY| Judul seri : Isekai's System Judul asli : Purple Orchid Judul alternatif : Don't Give Me A Fuck. Genre : Romance, Drama, Young Adult, Fantasy, Isekai Aired : May, 2020 Status : On Going •Spoiler• "Your hair's colored like a purp...