"Berani lo kesini?"
Dia, Devina Andhini Rahayu. Penampilannya sangat mencerminkan sikapnya. Seragamnya yang ketat, rambut yang terurai panjang dengan warna-warna yang mencolok dan tas kecil yang selalu ia gunakan. Sungguh penampilannya seperti Jalang.
"Buat apa lo manggil gue kesini hah?!" Tanya Alysa nyolot.
"Dih kok nyolot? Gue disini cuma mau ngasih lo peringatan. Gue sama Varo itu dua orang yang saling mencintai, lo jangan pernah ganggu hubungan kita. Intinya, lo jauh-jauh deh dari kita berdua. Gue gasuka ada benalu dalam hubungan gue." Devina menatap Alysa dengan senyuman miring seperti setan.
"Bentar Dev, gue mau nanya dulu nih," ucap Alya sedikit tersenyum miring.
"Lo yang terlalu halu atau lo yang gaperna sadar kalo Varo nolak adanya kehadiran lo Dev?" Senyum setan kini terukir di wajah Alysa. Dua pilihan yang ia berikan pada Devina membuat batin tertawa terbahak bahak.
"Lo?!"
"Iya? Gue kenapa hm?"
Plak.
Pipi Alysa kini sudah memerah, air matanya berlinang seakan meminta persetujuan sang pemilik tubuh untuk menjatuhkan air matanya. Dalam sejarah hidup Alysa, ia tak pernah sekalipun di tampar, bahkan orangtuanya saja tak pernah menampar Alysa.
"Najis, gitu aja nangis lo bitch." Devina pergi sambil mengacungkan jari tengahnya. Alysa masih membeku, namun air matanya kini sudah berjatuhan. Sakit dan panas, itu yang dirasakan Alysa sekarang. Bel berbunyi, tapi Alysa masih berada di rooftop. Alysa terus memegangi pipinya yang masih terasa panas, ia masih kaget dengan perlakuan Devina.
—•—
"EH LUNA SINIIN GA KERTAS GUE?!" Teriak Andra, teman sekelas Alysa dan keempat sahabatnya.
"SHINTYA AKU MENYUKAIMU DARI AWAL PERTEMUAN KITA, AKU HARAP KAMU MENYUKAIKU JUGA. SALAM MANIS SEPERTI WAJAH SHINTYA, ANDRA GANTENG," teriakan Luna yang membacakan surat cinta Andra untuk Shintya —anak ips— membuat satu kelas tertawa keras. Sedangkan yang membuat surat cinta, kini sedang mengelus pelan dadanya.
"Bacot eh, siniin kertas gue. Awas aja lo Lun, one day gue bales dendam." Andra mendelik lalu berjalan ke arah Andra yang sedang mengobrol dengan Bella.
"Wei Samuel. Eh ada Bella. Bell, eh temen lo bunuh aja napa? Idupnya bikin gue susah mulu bangs*t," ucap Andra ngegas.
"Ghibahin gue ya nyet?" Andra tidak sadar sejak tadi Luna sudah berdiri di belakangnya.
"Eh ngga Lun," Andra nyengir kuda.
"Eh bentar deh." Andra kembali bersuara.
"Idup lu kebanyakan ngomong 'eh' bosen gue nyet." Luna kesal karena setiap kalimat yang di lontarkan Andra, pasti mengandung kata 'eh'.
"Eh iya maap. Bentar gue serius mau nanya, Alysa mana?"
Bella dan Luna saling melempar tatapan. Mereka baru menyadari Alysa belum juga memasuki kelas sejak bel, padahal bel sudah berbunyi sejak 15 menit yang lalu.
"Gatau, pas istirahat dia gak bareng kita. Terus dia bilang kalo mau masuk kelas kita disuruh ke taman belakang dulu, tapi pas kita kesana dia udah gak ada." Jelas Bella panjang lebar.
"Andra ikut gue." Samuel langsung menarik Andra. Oh ya, Andra ini sebenarnya dekat dengan Alfa, Varo dan Samuel. Namun, ia tipe orang yang tidak suka bermain medsos dan jarang sekali keluar kelas. Jadi, ia tidak sefamous ketiga temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Valysa
Teen Fiction"Papa!! Alysa kangen Papa," ucap Alysa dengan air mata yang membendung. "Lho tadi malam kan Alysa baru ketemu Papa." Daniel, sang Papa terkekeh melihat putrinya yang manja. "Manja," ucap Alfa. "Ganggu lo!" "Alysa, maaf Papa sama Mama ingin bicara se...