~ Chapter 9 ~

1.5K 74 0
                                    

Setiap lelaki punya cara yang berbeda dalam mengungkapkan perasaannya, ada yang suka mengungkapkan secara verbal, ada juga yang mengungkapkannya lewat material. Kedua tipikal lelaki seperti ini aku kurang suka, karena sebagai perempuan yang pernah menjajakan tubuhku kepada setiap lelaki, aku jadi mengenal banyak tipikal lelaki.

Mas Todhy bukan tipe lelaki yang seperti itu, dia tidak pernah mengungkapkan perasaannya secara verbal, dia juga tidak pernah memamerkan kekayaannya, untuk menarik perhatian aku, tapi semua tindakannya bisa aku rasakan, kalau dia punya perhatian dan rasa terhadap aku.

Lelaki yang bisa menjadi ayah, sekaligus menjadi ibu bagi anak-anaknya, menurut aku adalah lelaki yang luar biasa. Mas Todhy seperti itu, dia benar-benar mencurahkan perhatian kepada orang yang disayanginya. Bisa jadi aku termasuk orang yang disayanginya, Aamiin ya Allah.

Hari ini mas Todhy datang dengan kedua anaknya, kebetulan hari libur. Aku dikenalkannya dengan anaknya yang paling besar. Mas Todhy kemarin memang janji mau ajak aku jalan dengan anak-anaknya. Aku sangat bahagia, karena mas Todhy sudah mulai memperlihatkan keseriusannya, meskipun dia belum pernah mengatakan apa-apa.

"Runi, hari ini kamu temani mas sama anak-anak ya." Ujar mas Todhy

"Dengan senang hati mas, aku sangat senang dekat dengan anak-anak." Jawabku sangat surprise

"Dena, Raini, cium tangan sama tante Seruni ya." Mas Todhy meminta anak-anaknya untuk cium tangan aku.

Aku melihat kalau anak-anak mas Todhy sangat membutuhkan dekapan dan kasih sayang ibu. Setelah mereka cium tangan, aku peluk Dena dan Raini. Aku sangat terharu, aku bisa merasakan apa yang mereka rasakan. Aku mencium mereka dengan penuh kasih sayang yang tulus, gak terasa mataku basah.

"Tante Runi nangis ya?" Tanya Dena

"Gak sayang, tante cuma terharu, Dena dan Raini mau tante peluk?" Tanyaku

Mas Todhy melihat suasana itu dengan biasa-biasa saja, aku gak tahu apa yang ada di dalam hatinya. Aku melakukan itu semua, bukan untuk mengambil hati mas Todhy, aku melakukannya secara tulus dan ikhlas, karena naluriku sebagai perempuan, yang akan menjadi seorang ibu.

"Tante Runi isterinya teman papa Om Grasto, yang sudah meninggal beberapa bulan lalu." Mas Todhy kasih tahu anak-anaknya

"Hari ini kita mau kemana pa? Tante Seruni ikut gak?" Tanya Raini

"Ikut sayang, nanti tane Runi temanin kalian main ya." Jawab mas Todhy

Dena gak bicara apa-apa, mungkin karena dia belum dekat sama aku. Singkat cerita, akhirnya kami jalan menuju ke daerah Taman Impian Jaya Ancol. Kami menuju ke sebuah Restoran yang cukup bagus, yang di dalam area restoran itu ada arena bermain, dan Pantai pasir putih yang sangat indah.

Aku menemani anak-anak bermain, Raini sangat manja dengan aku. Sementara Dena agak menjaga jarak. Aku berusaha untuk mendekatkan diri dengan Dena, namun dia selalu menghindar.

Kami bermain di tepi Pantai, mas Todhy duduk menyaksikan dari jauh. Dia duduk di meja restoran, yang tidak jauh dari Pantai. Aku merasa mas Todhy sengaja membiarkan aku beradabtasi dengan anak-anaknya. Kadang aku berpikir terlalu jauh, aku sendiri gak tahu apakah pikiranku sama dengan mas Todhy.

Setelah anak-anak main di playground, barulah aku duduk di dekat mas Todhy. Mas Todhy senang melihat cara pendekatanku sama anak-anak, meskipun aku belum punya anak, tapi aku dianggapnya tahu cara menyayangi anak-anak,

"Kamu memang sudah pantas jadi seorang ibu Runi." Ucap mas Todhy

"Masak sih mas? Aku itu memang senang sama anak-anak mas, aku pernah punya cita-cita jadi guru TK." Aku bilang gitu sama mas Todhy

"Runi, setelah kamu melahirkan nanti, kalau Tuhan meridhoi, aku ingin kamu mau jadi ibu dari anak-anakku." Ucapan mas Todhy itu bikin aku terharu, tanpa terasa air mataku jatuh

"Aku bersedia mas, aku sayang sama anak-anak mas Todhy, aku pikir cuma aku yang berpikir seperti itu, ternyata Tuhan sudah menjawab doaku." Aku mengucapkan itu sambil menangis terharu

"Mungkin kamu sudah merasakan, kalau mas sangat sayang sama kamu." Ucap mas Todhy

"Ya mas, aku sangat merasakan, semua sikap dan tindakan mas pada aku, sangat aku rasakan, hanya saja aku menunggu mas untuk mengatakannya."

Tiba-tiba Raini datang menemui kami, dia aneh melihat aku menangis, dan dia mengira papanya memarahi aku,

"Tante kenapa nangis? Dimarahin sama papa ya?" Tanya Raini

"Gak sayang, tante nangis karena kasihan sama dede bayi yang ada di perut tante." Aku jawab gitu, sambil aku rangkul Raini, aku ambil tangannya untuk memegang perutku

Raini sangat senang, dia dekatkan telinganya ke perut aku, dia senyum menatapku. Mas Todhy senang melihat kedekatanku sama Raini. Mas Todhy tanya sama Raini, mau gak punya Dede,

"Raini mau gak punya Dede?" Tanya mas Todhy

"Mau pa, biar Rai punya teman nanti." Ujar Raini dengan senang.

Satu harian kami jalan-jalan, aku sangat terhibur. Selama ini aku cuma di rumah, kalau lagi gak di rumah, paling ke Majelis Taklim. Aku senang bisa dekat dengan anak-anak mas Todhy, apa lagi mas Todhy sudah mengungkapkan perasaannya. Aku sudah mendapatkan sinyal dari mas Todhy, kalau dia ingin menikah denganku.

Yang masih mengganjal di hati, aku belum berhasil dekat dengan Dena. Aku akan berusaha untuk meluluhkan hati Dena, sebelum aku menjadi isteri mas Todhy. Yang Aku tahu akhirnya, mas Todhy juga menyukaiku, bukan cuma aku yang suka padanya.

Perjalanan kami hari ini sangat menyenangkan, perasaanku bermacam ragam rasanya, senang, gembira, dan terharu, semua menjadi satu. Setidaknya hari ini ada sebuah kepastian untuk melangkah kedepan. Aku memang tidak bisa selalu berpikir, pengganti mas Grasto haruslah seperti mas Grasto.

Namun setidaknya, mas Todhy banyak mempunyai kesamaan dengan mas Grasto. Bagi aku lelaki yang keren itu harus bisa menghormati dan menghargaiku sebagai wanita, tidak melihat siapa aku, tapi seperti apa aku sebagai seorang wanita. Inilah yang bisa aku catat, dari peristiwa yang Aku alami hari ini.

Bersambung..

Seruni, Catatan Isteri Seorang PolitisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang