Tiga hari paskamelahirkan, aku diperbolehkan untuk pulang, namun anakku Al Fatih masih harus dalam perawatan. Ingin rasanya aku menemani anakku di rumah sakit, namun aturannya memang harus begitu.
Seperti yang aku ceritakan sebelumnya, dengan anakku masih di rumah sakit, maka aku harus bolak-balik ke rumah sakit, disamping untuk kontrol, juga untuk memberikan ASI bagi anakku. Tidak merepotkan sih sebetulnya, dan juga tidak untuk waktu yang lama. Menurut dokter kurang lebih satu minggu, waktu yang di butuhkan untuk perawatannya.
Di rumah juga belum ada yang bisa aku lakukan selain dari pada istirahat, mbak Sum menyiapkan aku berbagai macam jamu untuk pemulihan. Yang paling aku jaga adalah bekas jahitan operasi, karena agak sensitif.
Hari terus berganti, aku pun tidak terlalu lama merasakan berpisah dengan anakku, karena pada hari ketujuh, setelah kelahirannya, sudah boleh dibawa pulang. Hitungan tahun berganti sekarang ini tidaklah terasa lama, apa lagi cuma hitungan hari, tanpa terasa terus berganti.
Rasanya belum lama aku mengambil mbak Sum dari agensinya, sekarang aku sudah mempunyai anak. Baru aku terasa manfaat kehadiran mbak Sum di rumah, dia ternyata sangat terlatih untuk mengasuh anak, dari dialah aku banyak belajar.
Rasanya aku tidak habis-habisnya memuji mas Todhy, karena semua inisiatifnya selalu jauh ke depan, dan pilihannya tidak pernah salah. Dialah yang memilihkan agensi untuk kebutuhan Asisten Rumah Tangga, dan dia juga yang memilih mbak Sum untuk membantu aku.
Aku menyaksikan, berapa cekatannya mbak Sum dalam mengurus Al Fatih. Dari menyiapkan dua botol air hangat, yang harus selalu diganti dalam beberapa jam sekali. Sampai meletakkannya dikiri-kanan tubuh Al Fatih, semua itu dilakukan mbak Sum tanpa rasa canggung.
Rupanya mbak Sum memang sudah terlatih dari agensinya, disana dia tidak cuma dipersiapkan sebagai ART, tapi juga sebagai Baby Sitter. Tenaga mbak Sum baru terasa sangat aku butuhkan.
Mbak Sum juga yang mengajarkanku cara memandikan Al Fatih, memasang dan mengganti popoknya. Lagi-lagi aku mensyukuri nikmat Allah, aku benar-benar beruntung, selalu mendapatkan pertolongan, disaat aku memang membutuhkannya. Mbak Sum sangat berarti bagi aku saat ini.
Sekarang aku bisa lebih leluasa menyusui Al Fatih, kapan waktu dia butuhkan, aku siap sedia. Al Fatih sangat kuat menyusunya, saat menyusuinya aku gunakan untuk berkomunikasi dengan Al.
Mas Todhy belum izinkan anak-anak untuk menginap di rumah, menurut dia sekarang masa sensitif bagi Al, apa lagi kalau anak-anaknya lagi pilek, dia tidak izinkan untuk ke rumah.
Padahal aku rindu sama mereka, meskipun aku sudah ada Al, aku merasa mereka juga butuh kehadiran aku. Kerinduan itu aku sampaikan pada mas Todhy, saat dia mampir ke rumah sebelum berangkat ke kantor,
"Mas..anak-anak kapan nginap di rumah?" Tanyaku saat itu
"Besok aku bawa mereka kesini, tapi jangan nginap, kasihan Al nanti," kata mas Todhy
Aku tidak ingin membantah apa yang dikatakan mas Todhy, karena alasannya juga sangat masuk akal. Aku tahu mas Todhy selalu bertindak preventif, selalu memperhitungkan sebab dan akibatnya.
Aku juga menanyakan soal test DNA Al Fatih pada mas Todhy. Mas Todhy bilang, test itu dilakukan kalau memang sudah di butuhkan, misalnya tiba-tiba Karta datang dan mengakui bahwa Al Fatih adalah anaknya, barulah perlu dilakukan test DNA.
Penjelasan mas Todhy menurut aku benar, dan aku tidak terlalu perlu memikirkan hal itu. Memang bisa saja suatu saat kang Karta datang, dan mengakui Al Fatih sebagai anaknya, pengakuan itu harus bisa dibutktikan secara forensik, itu menurut mas Todhy.
Mas Todhy minta aku tidak terlalu memikirkan hal itu, baginya test DNA itu hal yang sangat mudah dilakukan sekarang ini. Memang waktu yang paling tepat adalah saat adanya klaim dari orang yang mengaku sebagai ayah biologisnya, kalau tidak ada yang klaim, test itu tidak perlu dilakukan
Sampai saat ini, secara emotional sedikit pun aku tidak merasa kalau Al Fatih adalah anak biologist kang Karta, karena secara fisik aku tidak melihat ada ciri kang Karta pada ciri fisik Al Fatih.
Aku sebetulnya tidak ingin memikirkan hal itu, namun kadang trauma terhadap perlakuan kang Karta terhadapku, membuat aku selalu ingin mewaspadainya, aku tidak ingin ada jejak kang Karta pada anak yang aku lahirkan, karena aku sangat tahu seperti apa watak lahiriahnya kang Karta.
Sekarang aku ingin fokus membesarkan buah hatiku, Al Fatih adalah warisan terindah yang aku terima dari Allah, dengan perantara mas Grasto. Dan mas Grasto adalah laki-laki yang pernah membuktikan ketulusan cintanya kepadaku, dan sudah mengubah hidup aku dengan cinta dan kasih sayangnya.
Manusia dipertemukan, dan dipersatukan dalam ikatan cinta, tidak terlepas dari rencana Allah. Kadang memang tidak dipersatukan untuk selamanya, hanya menjadi perantara waktu untuk sebuah perubahan. Namun ada juga yang dipersatukan untuk selamanya, dan itulah yang dinamakan jodoh.
Seperti itulah Allah mengatur hidup manusia, dengan segala rencana dan campur tangan-Nya, yang kesemuanya untuk kebaikan manusia. Dipersatukan untuk sebuah kebaikan, dipisahkannya pun untuk tujuan yang sama. Tidak ada yang perlu diragukan dari semua rencana Allah, karena rencana Allah selalu baik bagi umatnya.
Kadang sambil menyusui Al Fatih, aku membayangkan Allah mempersatukan aku dan mas Todhy, di dalam Mesjid yang sedang aku bangun saat ini. Mesjid yang menjadi simbol cinta aku dan mas Grasto, yang menjadi saksi pernikahanku dengan mas Todhy.
Aku begitu bahagia membayangkan suasana seperti itu, berapa Allah sudah memberikan isyarat kepadaku, ada seorang lelaki yang baik, yang tulus untuk mempersunting aku sebagai isterinya. Mas Todhy sudah memberikan sinyal untuk kearah sana, hanya tinggal menunggu waktu yang tepat.
Hasil konsultasi mas Todhy dengan pak Kyai, soal nama Mesjid yang sedang di bangun, pak Kyai kasih nama Mesjid Ar Raudhah, yang artinya 'Taman Surga'. Aku sangat senang dengan nama itu, dan sangat pantas diberikan kepada Mesjid itu, karena dalam mimpiku, aku bertemu mas Grasto di Taman Surga.
Aku ingin Allah mempersatukan aku dengan orang yang menjadi jodohku di Taman Surga, di Mesjid yang bagi aku nantinya sebagai Taman Surga bagi kami sekeluarga, agar kami senantiasa mengingat-Nya, dan mematuhi semua larangan dan perintah-Nya.
Dari Mesjid At Raudha itu, aku banyak memiliki cita-cita. Aku ingin membangun Taman Surga bukan hanya bagi keluarga aku, tapi juga bagi orang-orang yang berada di sekitar Mesjid itu.
Dari Mesjid itulah syiar Islam terus dikumandangkan, dan menjadi amal jariyah bagi mas Grasto yang sudah mendahului kami. Mimpi pertemuanku dengan mas Grasto itu pun bukanlah sekadar bunga tidur, tapi sebuah mimpi yang memiliki arti penting dalam aku melanjutkan kehidupan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seruni, Catatan Isteri Seorang Politisi
RomansaNovel cetaknya sdh terbit Cerita ini sudah selesai [Complete] Cerita ini masih merupakan bagian lanjutan dari "Cinta Seorang Politisi pada Pelacurnya", dan tetap merupakan Roman Dewasa 18++ Jangan lupa like, vote and comment supaya author semangat...