Chapter 4

6.8K 55 0
                                    

Vivi mengencangkan sabuk merahnya ke seragam taekwondonya. Nafasnya ia hembuskan keras-keras seakan ada beban yang sangat besar bersarang di dadanya. Ia berusaha melepaskan pikirannya dari kejadian kemarin sore. Namun, semakin ia berusaha, semakin teringat ia dengan gambaran sore itu: Mira dengan setengah bertelanjang dada berlutut di depan seorang laki-laki dengan penis yang sudah keras, seakan Mira akan memuaskan lelaki tersebut dengan mulutnya.

Vivi kembali merasakan sakit yang amat pedih. Perasaan sakit akan pengkhianatan muncul lagi mengganggu pikirannya. Di benaknya tergambar Mira yang sedang mengulum penis Ardan di mulutnya, lalu terbesit gambaran Ardan yang mencumbu kekasihnya itu di atas kasur. Mira terlihat pasrah di dalam cumbuan lelaki brengsek itu.

Vivi memukulkan kepalannya ke pintu loker yang ada di depannya sehingga terdengar keras menggema keseluruh sudut ruang ganti. Untungnya saat ini di ruangan itu tidak ada orang lain selain Vivi.

"Kenapa harus si brengsek Ardan itu sih? Lagian bisa-bisanya lagi si Mira!", ujar Vivi kesal dalam hati.

Namun Vivi kembali menenangkan dirinya dan mengingat lagi apa yang sudah ia pikirkan malam tadi.

"Aku harus bicara sama Mira. Suka ga suka, aku harus hadapi ini.", ujarnya kembali. "Namun sekarang aku latihan dulu aja. Penat tau ga sih gara-gara si Mira!", kata Vivi kesal.

Tadinya, Vivi merasa tidak mood untuk pergi latihan taekwondo, apalagi jika ia harus kembali ke kostan akibat seragamnya yang tertinggal. Ia belum siap bertemu dengan Mira. Namun, taekwondo sudah menjadi semacam hobby yang menghilangkan stress bagi dirinya.

"Yaudah asal gw ga asal pukul orang aja gara-gara kesel. Ampe gw sembarangan hajar orang, ini semua salah Mira!", ujar Vivi kembali kesal.

Namun harapan Vivi kelihatannya akan sangat sulit terkabulkan. Ia lupa dengan siapa ia sama-sama latihan di club taekwondo ini. Ya, Ardan. Begitu Vivi memasuki area latihan, Ardan seakan langsung menyambut pandangannya.

"Anjing! gw lupa. Si bangsat ini juga anggota klub!", sesal Vivi.

Di salah satu sesi latihan, ada satu sesi yang digunakan untuk sparing combat yang dilakukan berpasangan dengan partner. Menjadi suatu kebetulan ketika Ardan dan Vivi menjadi sparing partner untuk latihan di hari itu.

"What!? Kenapa sih nih orang ga mati aja?", ujar Vivi kesal dalam hati. "Eh, tapi kan gw bisa hajar nih orang. Awas aja kalo dia berani ngelawan gw. Ini kan salahnya dia. Sama salahnya Mira juga!", ujar Vivi dalam hati yang masih sangat marah kepada Ardan dan juga Mira.

Sparing pun dimulai. Tanpa basa-basi, Vivi langsung melayangkan tendangan kencang ke arah dada Ardan. Namun, Ardan yang refleksnya termasuk cepat dengan sigapnya langsung mundur menghindari tebasan kaki Vivi. Sama sekali tak puas dengan hasil tendangannya, kaki Vivi yang satunya langsung melakukan serangan lanjutan, begitu berkali-kali hingga akhirnya serangannya berhasil menjangkau Ardan. Namun, serangan itu hanya bisa mengenai tangan Ardan yang memang sengaja ia kerahkan dalam posisi menangkis.

Tak juga berhasil mendapatkan hasil yang memuaskan dari setiap serangannya, Vivi mulai semakin kalap dan mulai menyerang dengan gegabah. Keseimbangannya sedikit goyah akibat kuda-kudanya yang tak terbentuk dengan benar, hasilnya ia sedikit terjerembab ke arah depan dengan posisi menunduk. Ardan mengambil kesempatan ini dengan menurunkan pukulannya ke arah punggung Vivi sehingga Ardan lah yang mendapatkan poin pertama di sesi sparing mereka. 

Namun, ternyata ini adalah langkah yang salah.

Vivi menjadi semakin kesal. Bukannya dirinya yang mendapatkan kepuasan menghajar Ardan, kini malah Ardan yang mendapatkan poin pertama di sparing itu. Vivi yang semakin kesal dan ceroboh mencoba melakukan serangan yang sangat beresiko. Ia melakukan tendangan lompat yang ia lakukan dengan perhitungan yang tak matang. Ardan dengan mudahnya mengelak dan....

Hasrat Terlarang (18+) - EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang