"Apa-apaan ini?!", tanya Vivi dengan nada membentak ke arah Mira dan Ardan.
Mira dan Ardan yang kaget dengan kedatangan Vivi ke kamarnya langsung bergegas merapikan diri. Ardan buru-buru memakai celananya kembali, namun Mira, dia harus berjalan sedikit jauh untuk mengambil kembali kaosnya yang tadi dilemparkannya.
Vivi berjalan mendekati Ardan. Ketika jarak antara mereka berdua sudah cukup dekat, kepalan tangan Vivi langsung meluncur ke arah Ardan. Ternyata, Ardan memiliki refleks yang bereaksi cukup cepat hingga ia berhasil menghindar. Namun, tetap saja pukulan Vivi mengenai pelipis Ardan hingga sedikit robek.
"Keluar lo!", bentak Vivi yang langsung dituruti Ardan.
Seperginya Ardan dari kamar mereka, Vivi langsung melihat ke arah Mira yang baru saja selesai memakai kaosnya.
"Maksudnya apa? Lo gw tinggal ngerjain tugas sampe malem aja langsung enak-enakan berdua sama cowok? Coba gw ga balik ke sini sebentar buat ambil tugas yang ketinggalan, udah ngapain aja lo ama dia?!", bentak Vivi kepada Mira.
Mira hanya bisa diam tertunduk malu. Ini memang kesalahannya yang sudah tidak setia kepada Vivi.
"Gila ya, selama ini gw percaya banget sama lo. Ternyata kalo gw ga ada, lo kayak gini.", ujar Vivi masih memarahi Mira.
Mira pun mengangkat pandangannya ke arah Vivi dan berusaha menjelaskan bahwa ini bukan hal yang selalu ia lakukan, dan setidaknya Vivi salah tentang satu hal itu.
"Bukan sayang, aku ga...", ujar Mira berusaha menjelaskan.
"Halah ga usah sayang-sayangan!", potong Vivi.
"Maaf...", usaha Mira kembali menjelaskan sembari dirinya berjalan mendekat ke arah Vivi.
"Ga! gw ga mau denger!", ujar Vivi yang langsung mengambil tugasnya yang tertinggal dan beranjak pergi dengan membanting pintu kamar kost.
Mira hanya bisa terduduk lesu di lantai dan menangis.
Malam sudah semakin larut. Seharusnya Vivi pun telah selesai mengerjakan tugas dengan teman-temannya. Namun, Vivi tak kunjung datang juga. Mira yang kini terbaring lemas di kasurnya tidak bisa berbuat apa-apa selain menunggu. Ia berusaha menghubungi Vivi namun sama sekali tidak ada jawaban. Vivi selalu mereject telfonnya dan chat darinya sama sekali tidak dibaca. Mira kembali menangis di kasurnya. Ia sama sekali tidak nafsu makan. Kue yang spesial ia belikan untuk Vivi dibiarkan tak tersentuh di atas meja Vivi. Malam yang seharusnya spesial ia rencanakan untuk Vivi malah menjadi terbalik. Ia kecewakan kepercayaan yang selama ini Vivi berikan kepadanya. Dalam hati, Mira merasa sangat bersalah.
Mira tak sadar kapan dirinya mulai tertidur, namun ia kini terbangun karena suara pintu kamarnya yang dibuka. Mira bergegas terduduk dari tidurnya. Ia lihat Vivi memasuki kamar. Terlihat jelas bahwa Vivi masih marah dari ekspresi mukanya yang dingin. Mira tahu bahwa setiap hari Jumat adalah hari Vivi latihan taekwondo. Sebelum ia terbaring lesu di kasur semalam, Mira sempat menyiapkan seragam taekwondo Vivi yang ia taruh di samping kue yang ia belikan. Mira tahu bahwa Vivi pasti akan kembali, setidaknya untuk mengambil seragam taekwondonya itu.
"Vi, itu seragam taekwondo kamu udah aku siapin di atas meja.", ujar Mira menyapa namun tidak digubris oleh Vivi. Vivi hanya mengambil seragamnya lalu memasukkannya dalam tas.
"Aku juga beliin kamu kue kemarin...", ujar Mira, namun, lagi-lagi hanya didiamkan oleh Vivi yang kini benar-benar sudah pergi lagi keluar kostannya.
Mira sangat tak bersemangat untuk pergi kuliah. Untuk bangun dari kasurnya saja ia sudah sangat kesulitan. Sesampainya di kampus, ia berusaha mencari Vivi namun tanpa hasil. Vivi seakan ditelan bumi dan lenyap begitu saja, atau lebih tepatnya Vivi sangat tidak mau menemui Mira sehingga ia bersembunyi dari kehidupannya. Mira pun sebenarnya bingung apa yang akan ia katakan kepada Vivi misalnya ia berhasil menemukan Vivi, namun tetap saja ia mencari kekasihnya itu.
Mira melalui hari-hari di kampusnya dengan sangat berat. Sore ini pun dia tidak menonton Vivi latihan taekwondo seperti biasanya. Ia takut Vivi akan marah jika ia menemuinya. Selain itu, ia khawatir jika akan bertemu Ardan lagi di sesi latihan taekwondo. Mira pun tak tahu harus ke mana. Ia tidak ingin berlama-lama di kamarnya lagi karena itu membuat dirinya semakin stress.
"Duh, aku harus gimana? Pusiiiiiing!", ujar Mira memijat kepalanya sendiri dengan gemas. Ia masih menyesali perbuatannya kemarin dengan Ardan. "Bego banget sih gw! Ahhhh!", sesal Mira.
Ia pun hanya berjalan keluar kampus tanpa tahu kemana langkahnya akan membawanya....
KAMU SEDANG MEMBACA
Hasrat Terlarang (18+) - End
FanfictionRasa penasaran Mira yang mendambakan sosok lelaki dalam hidupnya membuat hubungan terlarangnya dengan Vivi semakin tergoyah. Akankah kehadiran Ardan mengakhiri kesetiaan cinta antara Mira dan Vivi yang mereka sudah jalin semenjak 4 tahun lalu?