Bab 4

444 48 2
                                    

Pagi ini nasib baik menghampiri Singto. Atasan Singto memintanya mengirim file ketempat Krist. Singto merasa senang bukan karena apa, ia hanya senang bisa menggali informasi lagi, dan hal baiknya Singto menggali info pada tersangka utama.

Ia segera naik menggunakan lift, Singto menekan nomor 17 tempat Krist berada sekaligus lantai tertinggi digedung tersebut. Segera setelah sampai tujuan Singto berjalan elegan menuju ruangan Krist. Membuat beberapa pasangan mata kaum hawa menatapnya terpana.

"Permisi" suara yang terasa familiar di telinga Krist membuat kepalanya reflek menghadap kearah pintu. Tampak pria yang semalam mengantarnya, memegang sebuah file. Pria itu menghampirinya dan tersenyum menawan, membuat Krist sekali lagi terpaku padanya.

"Awh, ada karyawan ya" seru pemuda tinggi bergigi kelinci yang tengah sibuk bermain game pada layar gadgetnya.

"Masuk aja P'" ucap pria lainnya bertubuh lebih pendek dengan wajah tampan, ia tengah menyeduh teh.

"Kit, tadi P' Nicky suruh nganter file."

Kedua pria lainnya menatap kejadian itu penuh tanya. Tadi dia manggil si kura kura galak ini 'Kit'?  Gak salah denger nih. Begitulah sekira pemikiran keduanya.

"Eeh iya P' taruh aja di meja" Krist kembali dari lamunannya dan tak menyadari tatapan dari kedua pria lainnya.

"Awh, kok sekarang manggil gue, P'?" Singto meletakan file tersebut dan kembali menatap Krist.

"Ternyata lu tua setahun dari gue P' ehehe." Krist tertawa renyah di tanggapi senyum menawan lagi dari Singto. Karena setelah kejadian Singto mengantar Krist, pria manis itu mencari informasi seputar Singto.

"Jangan senyum please, gak baik buat jantung gue." batin Krist yang kembali terpaku pada senyum Singto.

"Eeeh gue ketinggalan berita apa nih?" Pria bergigi kelinci tersebut menghentikan acara bermainnya dan menatap Krist penuh tanya.

"Paan sih, kutil anoa?" Krist melempar buku kearah pria tersebut dan telak mengenai dahinya.

"Eeh P' nama gue Perth yang itu Win." ujar Pria pendek yang sedari tadi menonton kedua sepupunya bertengkar, ia menujuk pria bergigi kelinci yang ternyata bernama, Win.

"Ini kisah kami semua"

Bletak!!!

Kali ini pulpen snowman melayang dari tangan Krist dan kembali menghantam dahi Win. Membuat korbannya meringis kesakitan.

Singto tertawa ringan melihat interaksi di depannya, membuat jantung Krist berpacu lebih kencang diikuti wajahnya yang memerah "Nama gue Singto, salam kenal ya."

Senyum Singto saja sudah berbahaya untuk Krist, dan tadi Singto tertawa!! Bisa mati mendadak Krist dibuatnya.

"Santai ae P', lu aja bisa santai ama Krist. Jadi ama kita santai juga yaq." Perth duduk di samping Win yang tengah sibuk mengelus dahinya. Singto mengangguk dan berjalan keluar ruangan tersebut.

"Akhirnya gue makin deket ama mereka yang merupakan pemimpin perusahaan. Semoga dapet info lah" batin Singto tak menyadari seorang pria menatap intens padanya.

***

"Tanam tanam ubi, tak perlu di bajak, bacot kau babi kita gelut ajak" Nanon bernyanyi namun matanya masih fokus pada game di layar ponsel miliknya.

"Semarakan hari ini, kita bantai ramai ramai" sambung Ohm yang mulai menembaki musuh membabi buta di dalam game.

"Tembak kanan, tembak kiri, Winner dengan damai~" seru mereka berdua, kemudian layar HP masing masing menampilkan kata 'Winner'.

Police in the sky [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang