Bab7

431 44 0
                                    

Singto menghentikan mobilnya di depan club malam xx sesuai dengan nama yang di sebutkan pelayan tadi. Pria berkulit tan itu segera melangkahkan kakinya berlari memasuki club. Pemandangan pertama yang ditangkapnya adalah lampu disko berkelap kelip menyinari ruangan. Dengan wanita wanita berbaju minim yang menggerakan pinggul mereka kekiri dan kekanan sesuai irama musik bervolume tinggi. Bau alkohol bercampur asap rokok memenuhi ruangan membuat Singto semakin risih berada disini.

"Apa yang dilakukan Krist disini?" tanya Singto pada dirinya sendiri.

Tanpa mempedulikan sekitar, Singto mengedarkan pandangan mencari bossnya, Krist. Netranya menangkap pria manis tengah meracau tak jelas pada seorang bartender. Segera Singto menghampiri pria tersebut yang tak lain adalah Krist, ia juga membayar minuman pria itu. Tak perlu berlama lama lagi di papahnya Krist menuju mobil.

Singto memakaikan sabuk pengaman pada Krist. Tampak pria tersebut kembali meracau tak jelas. Wajahnya memerah padam dengan bau alkohol yang teramat kuat. Dua kancing di kemeja atas Krist terbuka, menampilkan dada bidangnya. Kulitnya putih, wajahnya cukup imut saat ini, dan jangan lupakan bibir merah yang meracau tak jelas tersebut. Singto segera menghentikan lamunannya.

Lalu melajukan mobil tersebut dan berhenti di depan minimarket. Ia turun untuk membeli air mineral. Setelah kembali ke dalam mobil, Singto menepuk pelan wajah Krist menyadarkan pria tersebut.

"Kit... Bangun!!"

Mata Krist sedikit terbuka, ia mengerjap pelan dan masih setengah sadar. Singto membantu Krist meminum air mineral. Kemudian kembali melajukan kendaraannya.

***

"Kit... Rumah mu berada di nomor berapa?" tanya Singto yang berada di depan gerbang perumahan Krist.

"A6... A6....ahaha" ujar Krist yang masih meracau tak jelas.

Satpam di perumahan tersebut mempersilahkan mobil Singto masuk, ketika melihat seorang Krist Perawat didalamnya. Singto melajukan mobilnya dan berhenti di rumah A6. Tampak rumah megah bergaya modern membuat Singto terpaku sesaat. Ia segera merogoh kantong celana Krist, berharap menemukan kunci rumah boss manisnya ini.

"Hnggh... Aah." Krist mendesah pelan dengan perlakuan Singto. Sial!!  Kenapa Singto tampak mesum disini? Padahal ia hanya berusaha mengambil kunci rumah. Setelah mendapatkan apa yang dicari. Singto membopong Krist memasuki rumah di hadapannya. Tampak sangat elegan pemandangan pertama yang ditangkap Singto. Tak perlu berlama lama lagi segera dirinya membawa Krist kedalam kamar. Mengganti pakaian pria tersebut dan menyamakan tidur Krist.

Saat Singto hendak melangkahkan kakinya pulang. Krist menarik tangan pria tersebut hingga Singto terduduk di pinggir kasur king size milik Krist.

"Kit aku harus pulang--!!" Krist memeluk Singto dari samping. Membuat Singto terdiam membeku karena terkejut.

"Jangan... Jangan pergi." ujar Krist mempererat pelukannya.

"Tapi--"

"Jangan pergi... Hiks... Jangan pergi" Krist mulai menangis, kalau sudah begini mana tega Singto meninggalkan bossnya ini. Singto memudurkan dirinya kebelakang. Hingga punggungnya menyentuh dinding bercat biru. Dipeluknya Krist hingga kepala pria tersebut bersentuhan dengan dada bidangnya. Singto mulai mengelus rambut Krist lembut. Berharap pria di depannya kembali tenang.

"Ssst... Jangan menangis...aku gak bakal pergi" isakan Krist perlahan menghilang kemudian Singto berbisik di telinga Krist "Tidurlah Kit, kau sudah bekerja dengan baik hari ini." suara isakan tersebut berubah menjadi dengkuran lembut. Diikuti oleh Singto yang mulai terlelap dengan Krist yang tertidur di dadanya.

Police in the sky [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang