Chapter 5: Rahasia

3 2 0
                                    

Rooftop

Tempat yang selalu menjadi tujuan Dia saat bosan dengan pelajaran sekolah, tak jarang ia tersenyum menikmati semilir angin teduh yang seakan berbisik padanya.

Kau selalu di sisi Dia, bersama malaikat pelindung adalah hal yang tepat bagi Kau. Hari itu kebetulan jam kosong karena persiapan menuju perayaan ulang tahun sekolah.

"Kau, bagaimana jika aku menjadi perompak?" Tanya Dia tiba-tiba sembari tersenyum.

Kau melotot, ia menatap Dia dengan tatapan aneh "apakah kamu kembali mendapat bisikan dari angin? Cita-cita macam apa yang ingin menjadi perompak"

Dia tersenyum, menatap gadis manis yang kini menjadi adik kelasnya "bukan cita-cita, Kau. Aku hanya mengkhayal"

"Katanya mau jadi bintang?" Kau masih ingat jelas semua, janji Dia kala itu.

"Aku pernah mengatakannya?" Dia nampak bingung.

"Kamu lupa? Serius?" Kau memegang tangan Dia, meyakinkan bahwa Dia pernah mengatakannya.

Dia berpikir, mencoba mengingat semuanya. Semua nihil. Tak satupun ia ingat, Dia hanya menggeleng.

Kau kesal, ia malu sekarang. Ia salah mengingatkan pada Dia. Kau hanya bisa mencabikkan bibirnya kesal, ia mengalihkan pandangannya dari Dia.

Dia tersenyum, ia ingin tertawa tapi ia juga tak tega seakan melupakan semua kenangan bersama gadis itu. Mana mungkin Dia bisa melupakan semua janjinya pada Kau, gadis manis yang sangat ia rindukan di sepanjang malamnya dan menjadi doa di sepertiga malamnya "sebentar lagi" ucap Dia mencoba menatap wajah Kau yang menatap sisi lainnya, sisi yang berlawanan dengan Dia.


Kau menatap lelaki itu, kedua insan itu kini sangat dekat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kau menatap lelaki itu, kedua insan itu kini sangat dekat. Wajah mereka saling berdekatan, masing-masing mampu melihat bayangan mereka di netra lawan jenisnya. Angin seakan menyamarkan detak jantung mereka, helai demi helai anakan rambut keluar dari tempatnya terikat. Rambut Kau yang sengaja ia ikat telah Dia lepas, gadis itu semakin manis dengan rambutnya yang tergerai lebat.

"Cukup seperti ini, kamu cantik" Di sela detakan jantungnya yang sangat cepat, Dia memuji gadis pujaannya, ia tak tahu kapan perasaannya datang, tapi gadis di hadapannya benar-benar telah mengikatnya dalam perasaan aneh. Perasaan yang membuat sesuatu seperti menggelitiki perutnya ketika bersama dengan gadis itu.

Kau menundukkan wajahnya, sebagai wanita ia tersanjung. Namun sebagai siswi di kasta rendahan, seorang yatim piatu, apa yang harus ia harapkan dari seseorang yang memiliki segalanya.

"Sesuai keinginanmu, kamu tak akan pernah hanyut dalam rasa rindu lagi. Karena setiap kamu mencariku, aku akan muncul di setiap sisi kehidupanmu. Aku akan menjadi bintang, aku akan muncul di layar kaca" Kini Dia menatap langit, cuaca saat itu terik. Untung mereka berada di rooftop yang cukup teduh.

Dia; Ketika Hukum Menegakkan KisahnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang