"Ada lagi tuh, anak kelas satu. Tinggi. Namanya Tsukishima, ngeselin."
Ryunosuke merutuk tanpa menatap. Menceritakan hal apa saja yang terjadi di hari pertamanya masuk SMA sebagai kelas dua, kesan antusias langsung dirasakan gadis dihadapan.
"Lebih ngeselin mana sama Kageyama?"
Si botak tampak berpikir seraya menuangkan air kedalam gelas, "Kageyama sih masuknya bukan ngeselin, songong aja."
"Lebih songong mana sama kamu?"
Keselek.
Minuman yang baru saja mengalir kedalam mulut Ryu kini muncrat mengotori separuh meja makan, bercampur ludahnya. Jijay.
"AHAHAHAHAHA!"
"Ketawa kamu ya?!"
[F/N] memukul-mukul meja pertanda senang bukan kepalang, melihat Kakak kembarnya mengalami penderitaan memang membuatnya sangat bahagia. Lebih bahagia daripada mendapatkan seorang pacar.
Or so she said.
"Lagian Kamu gak ngaca, ngatain orang lain songong." Gadis itu menutup mulut, "Pfft, padahal sendirinya aja ngejomblo gara-gara sering masang muka serem."
"Nah-nah," Ryu menunjuk-nunjuk adik kembarnya dengan nada ngajak ribut, "Kok bahasannya jadi ke jomblo nggak jomblo? Mentang-mentang punya pacar ya kamu!"
"Gak ada, udah putus."
"Loh? Kenapa? Cepet banget gantinya."
Perempuan bersurai hitam itu bergerak mengambil lap tangan yang terletak tak terlalu jauh dari meja makan, "Bosen katanya."
》《
"[F/N]-SAN!!!"
"YUU!"
"KAU CANTIK SEKALI HARI INI!"
"HAHAHAHAHA TIAP HARI JUGA CANTIK KALI!"
Ryunosuke menutup telinga, pengang.
Enggak ngaca sendirinya juga sering melakukan hal yang sama saat melihat manajer voli yang cakepnya kebangetan.
Gadis itu sebenarnya ingin menanyakan apakah Nishinoya Yuu sudah mulai ikut latihan? Namun pertanyaan itu ia simpan, mengingat konflik yang terjadi masih lumayan membekas dalam ingatan.
Percakapan singkat berakhir saat Ryu menarik adik kembarnya menyusuri koridor, Nishinoya melambaikan tangan seraya berjalan pulang.
Sampai di gymnasium, [F/N] menyadari belum ada siapa-siapa yang datang sebelum dirinya dan sang Kakak. Saat Ryu berganti baju di ruang klub, gadis itu memutuskan pergi lebih dahulu. Meminta kunci kepada Ryu kemudian membukakan pintu.
"Loh? [F/N]? Tumben mampir?" Daichi beserta pawangnya memasuki gedung, Sugawara langsung ikut menyapa si adik kembar dengan ramah.
"Eh, Kak Daichi." Gadis itu memasang senyum lebar, "Kata Ryu anak voli kelas sepuluh udah mulai latihan ya? Aku mau nyapa adik-adik kelas aku yang unyu."
"Kembar emang mirip ya sifatnya?"
"Banget."
Bisik-bisik tetangga mewarnai pertemuan sore itu, Suga dan Daichi bahkan mengangguk mengiyakan. Menyisakan Kinnoshita dan Narita yang mendapat death-glare dari [F/N].
"Iya, hari ini latihan." Kata Sugawara seraya melakukan pemanasan, "Syarat dari Daichi tuh, Kageyama sama Hinata harus akur dulu baru bisa masuk sini."
Daichi tersenyum psycho, "Suruh siapa nerbangin wig kepala sekolah, kepasang di kepala aku pula wignya."
"BUAHAHAHAHAHAHA!"
"PERMISI!"
Semua netra berpusat pada pintu, menampakan dua cowok yang tengah kesulitan mengatur nafas. "Apa kami terlambat?"
"Enggak kok, baru mau mulai pemanasan."
"Hah, syukurlah!" Si rambut oranye mengelus dada. Dada sendiri.
"Gara-gara kamu sih, sok ngajak balap lari. Jadinya sekarang capek kan?! Boge!"
"Loh? Kok-"
"Kageyama, Hinata." Suara lembut Daichi sukses membuat keduanya membeku. Menggumamkan kata maaf seraya melakukan pemanasan.
Tak lama kemudian, Tsukishima dan Yamaguchi ikut bergabung. Ternyata mereka melakukan pemanasan diluar gym, berduaan lari-lari keliling taman.
Matahari terus bergerak kearah barat. Pertanda hari sudah semakin sore dan akan berganti malam tak lama lagi. Hal ini juga menjadi alasan keinginan [F/N] untuk berkenalan dengan para adik kelasnya tertunda dulu, mendahulukan tujuan utama para anggota voli hari itu. Pertandingan antara Kageyama, Hinata, dan Ryunosuke, melawan Tsukishima, Yamaguchi dan Daichi.
Fair enough. Gadis itu berbatin. Kalau dilihat dari sudut pandang kasar, Tim Ryu adalah tipe penyerang dan Tim Daichi adalah tipe bertahan. Jangan lupakan set super akurat dari Kageyama dan reflek cepat dari Hinata. Dan- sang bintang utama, Ryunosuke Tanaka. Pukulan stright-nya tajam bukan main.
Disisi lain, Daichi memiliki senjata receive yang tak tergoyahkan. Dibantu blok super tinggi dari Tsukishima, juga Yamaguchi yang cekatan
kesana-kemari."Boge! Receive-mu masih payah!"
"Berisik, Kageyama!" Hinata balas menyulut emosi, "Lagipula kan aku jagonya nge-spike, bukan receive atau service!"
"Iya itu namanya payah!"
"Kenapa nggak mengumpan ke aku juga sih?!"
"Kak Tanaka jauh lebih baik daripada kamu!"
"Ya-ya emang bener." Ryu mengangguk-angguk mirip boneka dashboard seraya menutup mata. Kembarannya mendelik, tak menyia-nyiakan kesempatan untuk melemparkan setidaknya satu hinaan.
"Gak usah dipuji terus dek, nanti dia gede hulu."
"Apaan sih kamu? Bukannya seneng punya kembaran keren!"
Gadis itu memasang raut merendahkan, "Hah? Keren apanya? Rata-rata poin yang kamu cetak kan hasil umpan bagus dari Kageyama."
'Wah, kembar emang mirip.' Kageyama berbatin.
Permainan terus berjalan, terasa lama karena semua memperhatikan dengan seksama. Diluar dugaan, Tsukishima banyak memprovokasi sampai-sampai Kageyama berdiam diri. Ryunosuke berusaha menengahi, namun keburu diperingati oleh Daichi.
"Iya." Kageyama menjawab semua kalimat nyata dari Tsukishima dengan satu kata.
Hening, laki-laki itu menunduk seraya melanjutkan perkataan. "Saat itu nggak ada yang mau nerima umpanku. Sumpah. Aku takut setengah mati."
Banyak hal mengejutkan terjadi setelah jawaban singkat dari Kageyama, ia menjelaskan tentang bagaimana Hinata harus bergerak. Kemudian diiyakan dan- boom. Keduanya mencetak poin dengan Hinata yang menutup mata.
Senjata baru. Batin hampir semua senior yang ada. [F/N] tersenyum tipis. Menyadari sesuatu yang besar akan segera terjadi.
Hari itu berakhir dengan kemenangan diraih Tim Tanaka.
KAMU SEDANG MEMBACA
effort. | tobio
Fanfictionwahyu setelah baca chapter 399 alias warning senyum kageyama bikin mimisan