ꜰʀᴇꜱʜ ᴍɪʟᴋ

999 184 19
                                    

"Aduh!"

"Eh?"

"Sakit tau!"

Kageyama berkedip dua kali, baru sadar dirinya tak sengaja menabrak [F/N] yang tengah berjalan kearah yang sama.

Gadis itu terjungkal ke depan, untung tak sampai jatuh. Mengingat perbedaan bobot badan antara dirinya dan Kageyama, cowok itu kemudian sedikit panik.

"Ah, maaf Kak."

"Mau kemana sih? Buru-buru banget."

"Susu!" Kageyama baru ingat, kemudian berbalik dan melarikan diri menuju salah satu vending machine yang ada di sekolah.

"Susu?" Netra hitam menatap bingung, kemudian mengendikan bahu tak terlalu peduli.

Gadis itu berbelok memasuki kelas yang menjadi tujuan utamanya, saat baru saja duduk seseorang tetiba memanggil. Kesal, [F/N] mengerang pelan seraya menghentak kaki. "Siapa sih?! Baru juga duduk."

"...."

"...."

"Kageyama?"

"Kak."

"Ngapain?"

Cowok itu berdiri canggung, tangan kanannya bergerak menyodorkan sekotak susu stroberi. "I-ini permintaan maaf."

"HUAH KOK TAHU AKU SUKA SUSU STROBERI?!" Emosi [F/N] mulai teralihkan, menatap Kageyama dengan ekspresi senang bukan kepalang.

"Eh? Suka?"

"Suka!" Gadis itu buru-buru mentusbol kotak susu dengan sedotan yang ada kemudian menyeruput isinya. "Enak! Makasih ya? Gak usah repot-repot padahal."

"I-iya."

Beberapa saat kemudian keduanya masih sama-sama berhadapan, namun nggak ada satupun yang memulai percakapan. Sebenarnya [F/N] sudah gatal mau masuk kelas, duduk santai. Dirinya baru beres membantu ketua kelas membawakan tumpukan buku ke ruang guru, pegel.

Penginnya sih, bilang makasih sekali lagi terus nyelonong aja tanpa bilang apa-apa lagi. Tapi kesannya gadir.

"Jadi?"

"Itu," Kageyama menggaruk tengkuk, "Aku mau minta saran."

'Napa gak bilang dari tadi.' Gadis itu berbatin.

"Kok ke aku?"

Kageyama mulai bergerak tak nyaman, netra birunya bergerak kesana-kemari. "Karena... rasanya aku nggak bisa cerita ke yang lain soal ini."

"Oh?" Netra hitam menatap bingung. "Tentang apa emangnya?"

"Menurut Kak [F/N], Kak Suga kesel nggak posisinya aku rebut?"

[Your Point of View]

Aku memicing, rebut? Oh. Benar juga. Kemarin Ryu cerita Pelatih Ukai telah menentukan pemain starter untuk turnamen bulan ini. Lalu Kageyama menempati posisi setter.

"Rebut? Emangnya kamu maksa Bang Ukai buat nempatin kamu di starter?"

"Hah?" Cowok ini memberi jeda, kepalanya miring kayak orang kecengklak. "Enggak, Bang Ukai sendiri yang milih aku."

"Ya berarti nggak ngerebut dong?"

Kageyama diam, ekspresinya masih gusar namun gesturnya sudah mulai rileks.

"Aku takut kayak kejadian pas SMP, orang-orang itu cuma ngeluh dan nyindir tanpa ngasih tau apa yang harus aku lakukan."

Aku tersenyum tipis. Lihat? Refleksi adalah salah satu cara terbaik dalam memperbaiki diri. Meskipun menerima kenyataan bahwa "aku dulu gini banget" itu susah.

Aku yakin, sebenarnya Kageyama paham betul dengan keadaan yang ia alami saat ini. Namun otak perasanya mulai bertindak diluar otak pemikir, menekan ego sementara hatinya tak mau membuat kesalahan yang sama.

Orang-orang yang berada di posisi Kageyama memang hanya perlu didengarkan, diingatkan juga
kadang-kadang.

"Beberapa hari lalu pas Golden Week, Bang Ukai nyuruh aku turun jadi starter dari awal. Kirain buat pertandingan itu aja, ternyata buat turnamen nanti juga gitu."

"Kak Suga juga bukan orang yang nerima gitu aja kalau dia ngerasa ada yang salah, Dek." Aku sok asik, manggil adek seakan Kageyama emang sejauh itu usianya sama aku. Padahal beda satu tahun aja. "Aku yakin di belakang mereka udah banyak ngobrol kok, kamu nggak harus ikut stress mikirin itu. Fokus aja ya?"

Cowok cuek di hadapanku menghela nafas seraya menutup mata, mengangguk dengan seutas senyum tipis yang tak bisa kulihat dengan jelas. Menggumamkan terima kasih tanpa bergerak satu sentipun.

"Kak."

"Kenapa lagi?"

"Ini," Kageyama menyodorkan satu kotak susu yang sebelumnya kukira akan ia minum sendiri. "Buat Kakak."

"Kan udah?"

"Itu," cowok ini mulai mengeluarkan gestur gusar.

"Beberapa minggu lalu aku lihat Kak
[F/N] keluar dari ruang guru, dan... mata kakak basah."

Tunggu... itu kan sudah lumayan lama? Saat Bu Maiko berkata yang tidak-tidak 'kan? Saat Kak Suga meminta Kak Asahi masuk Klub lagi?

"Iya...? Terus?"

"Aku tadinya mau ngasih ini ke Kakak," katanya tetap menunduk.

"Tapi Kakak kayak yang gak mau diajak ngobrol sama manusia. Jadinya aku tunda terus, sampai pulang aku tungguin di gym. Tapi Kakak nggak muncul.
Hari-hari seudahnya, Kakak tetep nggak dateng."

Aw, cowok ini nungguin aku? Serius? What a good friend.

Dengusan geli kulemparkan menutupi rona yang tercetak pada pipi, "Iya. Ada sesuatu. Makannya aku nggak dateng lagi. Aku udah ngobrol sama Pak Takeda kok, beres juga masalahnya."

Kotak susu itu kuraih dengan sedikit gesekan yang terjadi antara jemariku dan telapak kasarnya. "Makasih."

"I-iya."

Cowok ini. Kenapa nggak nanggah aja sih?!

effort. | tobio Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang