Part 2

27.5K 3.6K 1.4K
                                    



Halooh! akhirnya Snowdrop update lagi😂😂

Terima kasih untuk antusiasnya di part 1 kemarin. Wagilaa sih, ini standnya Paman Yungi pada mantul semuah wkwkwk 🌝👌🏽

Oh iya, untuk visual bibi Eunjo kalian bisa membayangkan terserah mau siapa aja. Sebenarnya aku tidak mematok, tapi memang untuk mempermudah dalam menulis jadinya aku menggunakan referensi visual versiku sendiri. Kalian gak perlu membayangkan orang yang sama kok, jadi kembali lagi pada selera kalian siapa yang cocok dengan karakter Eunjo yang swag dan savage ini. Kalo ini bibi Eunjo versi aku, sama Paman Yungi wkwkwkwkw

 Kalo ini bibi Eunjo versi aku, sama Paman Yungi wkwkwkwkw

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Voter keberapa nih?








Eunjo baru saja menutup teleponnya ketika mobil Yungi berhenti di bawah dirusan lampu lalu lintas. Cuaca terlihat terik dan panas matahari serasa memaksa tubuh untuk memeras rasa gerah, hingga Eunjo mau tidak mau menurunkan suhu mobil lebih rendah. Seperti biasa, mereka tidak memiliki percakapan hangat seperti, cuacanya panas ayo membeli patbingsu sebelum sampai rumah, atau bertanya, apakah nanti malam ada kemungkinan hujan?

Jangan berharap. Yungi hanya peduli jika setelah ini ia menenggelamkan diri di dalam studio dan Eunjo terlihat santai saja karena beberapa urusan kedai sudah teratasi dengan baik.

Kedua mata Eunjo menoleh pada barisan toko-toko baju saat mobil Yungi kembali melaju, "Apartemenmu memiliki berapa ruangan yang bisa digunakan?" tanyanya tanpa di duga.

Sedangkan Yungi terlihat hening beberapa saat, tetapi tatapan tenangnya terlihat memeta rumahnya sendiri di dalam kepala, "Tidak banyak. Satu untuk kamar tidur, satu ruangan lain untuk studio," jawabnya tanpa panjang lebar.

"Wow," respons Eunjo dengan mata mengerjab tidak percaya, dan tidak membutuhkan waktu lama bagi Yungi untuk memahami apa yang sebenarnya melintas dalam pikiran sang Istri.

"Kenapa? kurang mewah?" sergah Yungi begitu saja, "Sayang sekali, aku memang hidup di dunia nyata, bukan istana negeri dongeng."

Eunjo terlihat mengembuskan napas panjang secara terang-terangan. Seolah menunjukkan seberapa ia membenci fakta yang baru saja merangsek ke dalam rungunya, "Lalu di mana aku akan tidur?" Eunjo menoleh ke arah Yungi sekilas dengan mata menyipit—sedikit menuntut dengan intonasinya.

"Ya tidurnya di tempat tidur," timpal Yungi begitu saja.

Barangkali, berdebat dengan Yungi itu memang mendatangan badai sendiri dalam dada Eunjo. Terasa sayang jika ia juga harus menelan semua penghakiman itu bulat-bulat.

"Lalu, di mana aku meletakkan semua baju dan barang-barangku?" kali ini intonasi Eunjo semakin meninggi kesal.

Yungi mengembuskan napas panjang tidak habis pikir, "Bajunya di taruh dalam lemari, kenapa begitu saja kau masih bertanya."

Snowdrop ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang