4. Perundingan yang Menegangkan

1.1K 177 17
                                    

DISARANKAN MENGGUNAKAN MODE GELAP
.

~Perundingan yang Menegangkan~
_________________________________________
perhatian 1330 kata
_____☆ ☆ ☆ ☆ ☆ ☆ ☆____

Sekitar pukul tiga sore, keluarga Asya datang melengkapi reuni yang hampir dua puluh lima tahun ditinggalkan.

Kerinduan enam bersaudara itu akhirnya terobati setelah sekian lama harus menahan diri, terutama bagi Airy, yang belum pernah bertemu kakak dan adiknya semenjak memutuskan pergi mengikuti sang suami.

Ruangan diskusi keluarga kini telah terisi. Enam kursi berpahat ukiran naga telah ditempati oleh keenam anak kakek. Satu kursi kayu biasa juga terletak di samping kiri masing-masing kursi ukiran naga, dan itu juga telah diisi oleh pasangan hidup mereka. Kecuali kursi di samping Airy dan Alfa, yang akan tetap kosong.

Kakek melangkahkan kaki mendekati kursi utama yang menjadi pusat dua belas kursi lainnya. Ia duduk lantas memperhatikan anak dan menantunya satu per satu secara bergiliran.

"Ayah senang kalian datang memenuhi undangan ayah," kakek buka suara.

"Pasti ayah. Kami semua juga senang bisa berkumpul kembali." Amar menyahut.

"Ayah mengumpulkan kalian di sini, hanya ingin memastikan tentang cucu-cucu ayah."

Kesepuluh pasang mata itu menatap bingung pada sang kakek.

"Coba ceritakan sekilas tentang anak kalian, dimulai dari Amar."

Amar yang merasa terpanggil pun, berdehem, untuk memulai pembicaraan.

"Ararya Saguna Amrullah itu nama lengkap Saguna. Dia lahir di bulan September, tepat pada 12 september lalu ia berusia 23 tahun." Amar menghentikan ucapannya, lantas meminta sang istri untuk meneruskan.

"Saguna, anaknya sedikit keras kepala. Dia sopan, sedikit gengsian sama seperti Amar, anaknya juga spontan, dan selebihnya kalian bisa lihat sendiri nanti," tutur Lina mengakhiri perkenalan dari Saguna.

"Ryan, Arshi?" Sang kakek memangil nama pasangan suami istri yang menjadi anak keduanya.

"Arsha lahir pada bulan Maret. Tanggal 4 bulan maret lalu ia genap berusia 22 tahun. Dia anaknya pendiam, bisa diandalkan, dan tegas."

"Rafka Arsha Fathan, itu kepanjangan nama Arsha. Perilakunya gak jauh beda sama Abinya sewaktu muda. Jutek, cuek, dia juga suka spontan anaknya. Satu hal yang paling Arsha benci adalah diganggu saat tidur. Dan kalau boleh jujur, Arsha anaknya galak."

Sang kakek mengangguk paham, ada rasa kecewa sedikit di hatinya mendengar tingkah-tingkah cucu-cucu tertuanya. Tapi tak bisa dipungkiri, sang kakek juga merasa bahagia, karena mungkin pilihannya sudah tepat.

"Airy?"

"Ayahnya memberi nama Hafizhan Raffa Khairy. Panggilannya Raffa, dia anak yang baik, pekerja keras dan tidak pernah mengeluh. Semenjak ayahnya meninggal, Raffa lah yang selalu menghiburku, ia tumbuh dewasa lebih cepat. Aura ceria miliknya membuatnya banyak memiliki teman. Tapi Raffa tidak melanjutkan ke sekolah menengah," tutur Airy dengan mata barair. Alfa yang duduk di dekatnya segera merengkuh tubuh kakak perempuannya itu.

HIATUS | THE ORION CONSTELLATION [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang