16. Aku Benci Abang

1.1K 160 27
                                    

DISARANKAN MENGUBAH KE MODE GELAP
.

~Aku Benci Abang~

_________________________________________
perhatian 2380 kata
____☆ ☆ ☆ ☆ ☆ ☆ ☆____

Hari kedua puluh tujuh November

"Tumben kakakmu belum menjemput, Fi?" tanya seorang wanita muda seraya mendekati Zulfian yang masih duduk di bangku kelasnya dengan raut gelisah.

"Saya juga tidak tahu Bu. Mungkin sebaiknya saya menunggu di depan gerbang saja," usul Zulfian.

Merlin, seorang wanita muda yang berprofesi sebagai guru di SMA Excellent tempat Zulfian mengenyam pendidikannya sekarang. SMA Excellent merupakan SMA khusus bagi anak-anak istimewa seperti Zulfian. Letak SMA ini cukup dekat dengan SMP Angkling Dharma 1, tempat Zulfan bersekolah.

"Ya sudah, Bu Merlin bantu ke sana ya?"

Zulfian mengangguk, membiarkan tangan halus wanita itu menggandeng lengannya dengan lembut. Merlin membantu Zulfian sampai ke depan gerbang sekolah. Tepat di depan gerbang itu, sebuah mobil silver terpakir di sana. Seorang pemuda berkemeja kotak-kotak sedang berdiri bersandar di badan mobil sembari mengotak-atik ponselnya.

"Permisi Pak, Bapak sedang menunggu siapa?"

Merlin melontarkan tanya kepada pemuda yang belum menyadari kehadirannya itu.

"Eh, saya---Fian, Abang kira kamu udah dijemput Dylan tadi," ujarnya langsung fokus pada Zulfian, tanpa sadar mengabaikan pertanyaan si guru cantik bernama Merlin itu.

"Maaf Anda siapa ya?"
Merlin mengeratkan genggaman tangannya di lengan Zulfian, berjaga-jaga jika pemuda yang ada di hadapannya bukanlah orang baik-baik. Merlin tidak ingin Zulfian dimanfaatkan oleh orang asing berbahu lebar itu.

"Oh maaf. Saya Saguna. Abang sepupunya Zulfian."

Saguna menerbitkan senyum andalannya, yang biasanya selalu sukses meluluhkan hati siapapun yang melihatnya. Sayang hal itu tak berpengaruh pada Merlin. Wanita itu masih tetap menyimpan kecurigaan terhadap Saguna.

"Bu Merlin, Bang Saguna ini Abangnya Fian kok. Kakak dari Bang Arsha juga," ujar Zulfian untuk menyakinkan gurunya.

Mendengar penuturan muridnya, kecurigaan Merlin meluruh seketika. Raut tegang siap siaga di wajah manisnya pun lenyap berganti binar ceria yang membuat mencandu lawannya. Senyumannya sangat manis.

"Oh maafkan sikap saya barusan," ujarnya kemudian.

"Nggak apa-apa. Wajar. Kan, saya baru pertama kali menjemput Fian ke sini, soalnya," balas Saguna ramah.

"Em. Oh ya, saya Merlin, guru bahasa inggris sekaligus wali kelasnya Fian." Merlin mengulurkan tangannya sebagai salam perkenalan dan Saguna menyambutnya.

"Bu Merlin juga orang Jakarta, Bang. Teman SD, SMP, dan SMA-nya Bang Arsha," celetuk Zulfian.

"Oh ya??" Saguna menampilkan raut terkejut.

Merlin tersenyum. "Iya, setelah lulus kuliah, saya langsung bekerja di sini,"

Saguna ber-oh ria. 

"Bang Arsha ke mana, Bang?" pertanyaan yang dilontarkan Zulfian, diam-diam juga mewakili rasa penasaran Merlin terhadap ketidakhadiran Arsha saat ini.

"Arsha mendadak ada urusan mengenai skripsinya di Jakarta," jawab Saguna.

Terjadi percakapan kecil di antara mereka bertiga, sebelum akhirnya Saguna berpamitan kepada Merlin dan mengajak Zulfian masuk ke dalam mobil.

"Guru lo cantik, Fi. Kayaknya dia juga wanita yang baik," ujar Saguna mengawali percakapan disela-sela fokusnya mengemudi.

HIATUS | THE ORION CONSTELLATION [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang