18 - Berkali-kali Gagal

132 27 64
                                    

Happy Reading all readers


Hari ini merupakan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Setelah melakukan upacara bendera, SMA Negeri 1 Batam selalu mengadakan kegiatan lomba untuk merayakan hari kemerdekaan RI. Lomba yang digelar meliputi permainan rakyat, yaitu tarik tambang, lompat karung, bola air, sendok goli, dan sebagainya.

Seperti biasa, Senja hanya menjadi tim hore yang ikut memeriahkan acara. Ia tak pernah suka mengikuti perlombaan seperti itu. Ia hanya akan berdiam diri menjadi penonton daripada harus bersusah payah mengikuti perlombaan.

Berbeda halnya dengan Jingga. Karena tidak belajar, Jingga sangat antusias mengikuti satu demi satu perlombaan. Bahkan, ketika tak ada perwakilan kelas yang maju, Jinggalah yang menyerahkan diri dengan sendirinya. Ada untungnya juga. Jadi, seisi kelas tidak perlu dihukum oleh pak Anwar gara-gara tidak ada yang mengikuti.

Seluruh siswa berkumpul di lapangan basket.

Banyak dari mereka berbondong-bondong mengambil posisi duduk memenuhi lapangan, sedangkan Senja memilih untuk mengambil posisi duduk di anak tangga kelima, tepatnya di depan pohon-pohon cemara yang juga berisi tulisan SMAN 1 KOTA BATAM. Selain karena sedikit menjauhi kerumunan yang akan dipenuhi dengan teriakan, Senja juga bisa menyaksikan dengan jelas karena berada di posisi yang lebih tinggi.

Fajar yang kebetulan juga tidak mengikuti perlombaan memilih untuk tiba di lapangan setelah berkeliling satu sekolah bersama kerabatnya Bara.

"Bar, lo gak ke lapangan?"

Bara hanya diam tak menjawab. Ia sedang asik menghorizontalkan handphone-nya dan masuk ke dalam dunia per-game-annya.

"Bar."

"Bara!"

"BARAAAAAAA!!!"

"Bar, Bar, Bara gila!" Fajar berteriak tepat di telinganya Bara menggunakan nada dari lagu power rangers.

"Pekak bego!"

"Oh, masih bisa dengar. Gua kira lo budek!"

"Apaan! Telinga gua masih normal kali," jawab Bara sembari melanjutkan game-nya.

"Habisnya lo dipanggil berkali-kali gak dengar."

Bara kembali tak merespon ucapan dari Fajar.

Fajar yang merasa kesal dengan perilakunya Bara segera merampas handphone dari genggaman Bara. "Lo ngapain sih! Gua lagi seru-seru main lo ganggu," cetus Bara dengan raut wajahnya yang sedikit kesal.

Fajar menghentikan langkahnya sejenak. "Jalan itu arahnya ke depan, bukan ke bawah goblok! Lo mau kelanggar sama tiang gara-gara main game?" tegas Fajar sambil menjitak kepalanya Bara.

"Woi, kepala mulus gua lo jitak-jitak terus! Enggak licin lagi entar," sahut Bara sembari mengelus-ngelus kepalanya yang licin itu.

"Gak ada yang punya juga."

"Ada!"

"Siapa?" tanya Fajar dengan raut wajahnya yang berkerut memandang Bara.

"Siapa apanya?"

"Tadi lo bilang ada."

"Ada apa lagi?" Bara menjawab seakan-akan tak merasa bersalah.

Fajar mulai geram melihat Bara yang gobloknya tingkat dewa. Dikasih makan apa coba sampai segila ini.

"Ada yang punya!" seru Fajar sembari merangkul Bara dan mencekik lehernya.

"Punya apa lagi?" Bara memang sekonyol itu. Kecepatan otaknya menangkap mungkin hanya kisaran 0-0,9 m/s, tak menjejaki angka 1.

Catatan Senja [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang