Twelve

32K 3.8K 1K
                                    

Bilang kalau ada typo
2300 word, awas gumoh
Happy Reading

“Gabisa Yen, aku mau jagain nana” Lagi, selalu saja itu kata-kata yang keluar dari mulut Jeno. dan lagi-lagi Yeeun harus kecewa.

“O-oh gitu” Jeno melihat kekecawaan yang nampak pada wajah Yeeun. Ia menghela napas.

“Aku janji lain kali ya. Minggu depan gimana?”

Yeeun mengulas senyumnya,, “Iya jen,, tapi… novelnya gimana?”

“Kalau novelnya nanti abis, aku janji beliin kamu buku yang kamu mau, gimana?”

“Aku tau kamu orang kaya, Jen”

“Aku ga bilang aku kaya, yen”

Yeeun tak menanggapi. “Aku mau buku puisi hujan di bulan juni sama novel sama disforia inersia kalau minggu depan novel yang best seller itu abis stocknya

“Oke deal. Ayo aku anter kamu pulang” Jawab Jeno sambil merangkul bahu kecil yeeun.

****

Sudah lima hari berlalu dari semenjak Jaemin jatuh sakit, anak  manis itu sudah jauh lebih baik sekarang. Infusnya sudah dilepas, ia  bahkan sudah bisa untuk melakukan aktivitas ringan seperti  berjalan-jalan di dalam asrama. Sudah tidak lagi terus menerus  merebahkan diri di kamar.

Hari ini, Jaemin sibuk dengan tugas kuliahnya yang menumpuk.  Saat ini di ruang tengah asrama ia sedang mengerjakannya, dibantu  Jeno dan Jisung, juga Chenle yang sebenarnya hanya duduk  diam di samping Jaemin sambil memperhatikan.  Chenle ingin membantu sebenarnya, tapi dia tak mengerti apa yang ketiga mahasiswa seni itu kerjakan.

"udah, gue aja yang lanjutin sini."

 Jeno mengambil alih laptop Jaemin Saat bocah manis itu  terlihat sedang memegang kepalanya dengan dahi mengkerut. Ingat? Jaemin hanya jauh lebih baik, bukan sembuh sepenuhnya.

 Ah, ngomong-ngomong soal Jeno, akhir-akhir ini lelaki itu sangat menempel sekali dengan Jaemin. Meski memang biasanya seperti  itu, tapi kali ini lebih menempel dari biasanya.

Jeno seperti mendedikasikan waktunya untuk Jaemin selama si  manis sakit. Yang biasanya pulang kuliah pergi nongkrong ke warung  kopi di depan kampus, atau mengunjungi teman-temannya di kantin  samping gazebo untuk sekedar mengobrol, kini sudah jarang  Jeno lakukan.

Bahkan menghabiskan waktu dengan Yeeun saja sudah jarang.

Mungkin selain karena rasa bersalah, sudah banyak yang pernah  Jaemin lakukan untuk Jeno selama ini, tak ada salahnya  merelakan waktu pentingnya untuk Jaemin. Walau, kembali lagi, Jeno memang pada kenyataannya sering menempeli Jaemin ketika di asrama.

"Kak Na, udah minum vitamin?"  Chenle yang baru ingat, bertanya pada Jaemin.

"eum.. udah belum, ya?"  sungguh, Jaemin tak berbohong, ia benar-benar lupa sudah minum vitamin atau belum.

 Chenle mendengus, "udah makan siang?" tanyanya.  Jaemin menggeleng sebagai jawaban.

 "berarti belum, makan dulu, ya?"

 "nanti aja. tugasku belum-“ ucapan Jaemin terhenti, ketika menyadari lirikan tajam Jeno,

 membuat si manis mengerucutkan bibirnya malas.

 "sumpah, abis ngerjain tugas gue makan,jen."  Jeno menggeleng, "makan."  Si surai merah kecoklatan itu berseru tegas, menekankan intonasi pada satu kata itu, dengan maksud tak ingin dibantah.

Adiós || Nomin ☑️(Unpublish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang